Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 21

Thread: Perang Salib

http://idgs.in/45218
  1. #1
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default Perang Salib

    Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari
    pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada
    periode 1095 - 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan
    tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah
    Suci” dari kekuasaan Muslim dan
    awalnya diluncurkan sebagai respon atas permohonan dari Kekaisaran Byzantium yang beragama
    Kristen Ortodox Timur untuk
    melawan ekspansi dari Dinasti
    Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia.

    Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang
    terjadi selama Abad ke 16 di wilayah diluar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran
    antara agama, ekonomi dan politik. Skema penomoran tradisional atas
    Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad
    ke 11 sampai dengan Abad ke 13. “Perang Salib” lainnya yang tidak
    bernomor berlanjut hingga Abad ke 16 dan berakhir ketika iklim
    politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa
    Renaissance.

    Perang Salib Anak-anak
    bukan suatu kampanye militer akan tetapi suatu pergerakan rakyat di
    Perancis dan/atau Jerman yang kemungkinan besar dengan maksud untuk
    mencapai Tanah Suci untuk secara damai meng-Kristen-kan umat Islam
    disana.

    Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek
    politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih
    berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara
    kerajaan-kerajaan Kristen dan
    kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti
    Perang Salib Keempat)
    bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya
    kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel. Perang Salib Keenam adalah perang
    salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang
    memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan
    perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik
    internal antara kerajaan-kerajaan Muslim
    dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara
    satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara
    kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.

    1. Konteks Sejarah

    1. 1. Kondisi Eropa Barat


    Peta dari Semenanjung Iberia pada saat kedatangan Dinasti Almoravid pada Abad Ke 11- Kerajaan-Kerajaan Kristen terdiri dari Aragón, Castile, Leon, Navarre, dan Portugal

    Peta dari Semenanjung Iberia pada saat kedatangan
    Dinasti Almoravid pada Abad Ke 11- Kerajaan-Kerajaan Kristen
    terdiri dari Aragón, Castile,
    Leon, Navarre, dan
    Portugal

    Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di
    Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga
    menurunnya pengaruh Kekaisaran
    Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan
    Muslim Turki.
    Pecahnya Kekaisaran
    Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan
    stabilnya perbatasan Eropa sesudah
    peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking,
    Slav dan Magyar,
    telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan
    secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk
    setempat. Gereja berusaha untuk menekan
    kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan
    Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para
    ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan
    kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan
    pun menjadi semakin tidak menarik. Kecuali pada saat terjadi
    Reconquista di Spanyol dan Portugal,
    dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di
    Eropa bertempur melawan pasukan Moor
    Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang
    dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2
    abad.

    Pada tahun 1063, Paus Alexander
    II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk
    memerangi kaum Muslim. Paus memberikan
    baik restu kepausan standard maupun pengampunan bagi siapa saja
    yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang
    datang dari Kekaisaran
    Byzantium yang sedang diancam oleh kaum Muslim Seljuk, menjadi
    perhatian semua orang. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar
    Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi
    pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.

    Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang
    intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang
    tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima
    sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan
    dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena
    adanya Kontroversi
    Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih
    berlangsung selama Perang Salib
    Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture berusaha
    untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat
    secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya
    adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada
    masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh
    propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil
    kembali Tanah Suci - yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan
    pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan
    Antioch (kota Kristen yang pertama) -
    dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor
    penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang
    merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan
    abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh
    para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan
    dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem
    kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal
    dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya
    yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori
    menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk
    Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati
    kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam
    pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib
    berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam
    pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain
    menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang
    tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib.
    Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika
    melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang
    memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan
    kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

    1. 2. Situasi Timur Tengah

    Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan
    bangsa Arab terhadap Palestina pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya
    tidak terlalu mempengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum
    Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di
    Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat
    tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem - yang berada jauh di Timur - sampai
    ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang
    Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking
    dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslimlah yang
    berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran
    Byzantium yang beragama Kristen Orthodox Timur.

    Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat
    kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan
    penghancuran Gereja Makam Suci (Church of The Holy
    Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium
    untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah
    untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi banyak laporan yang
    beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para
    peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang
    pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan
    Perang Salib pada akhir abad itu.

    1. 3. Penyebab Langsung

    Penyebab langsung dari Perang
    Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran
    Byzantium menahan laju invasi tentara
    Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Pada tahun 1071, di
    Pertempuran Manzikert,
    Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Muslim Seljuk dan kekalahan ini berujung kepada
    dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia
    Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat seldang
    berlangsung antara gereja Katolik
    Barat dengan gereja Orthodox
    Timur, Alexius I mengharapkan
    respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang
    didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi
    yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali
    Yerusalem.

    Ketika Perang Salib
    Pertama didengungkan pada tahun 1095, para pangeran Kristen dari Iberia
    sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia,
    wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi,
    selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor
    Toledo kepada Kerajaan Leon pada tahun 1085 adalah
    kemenangan yang besar. Ketidak bersatuan penguasa-penguasa Muslim
    merupakan faktor yang penting, dan kaum Kristen, yang meninggalkan
    para wanitanya di garis belakang, amat sulit untuk dikalahkan.
    Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur, mereka tidak
    memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para
    ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan
    asing yang dipenuhi oleh orang kafir
    sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya.
    Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan
    pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari
    karakter Castilia, dengan perasaan bahwa
    kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran
    mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

    1. 4. Kondisi Sesudah Perang Salib Pertama

    Perang Salib Pertama
    melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang
    diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib
    melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar
    terhadap pemeluk Kristen
    Orthodox Timur. Kekerasan terhadap
    Kristen Orthodox ini berpuncak
    pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana
    seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya
    serangan-serangan terhadap orang Yahudi,
    pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi
    dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan
    perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan
    tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh
    mereka tanpa pandang bulu.

    Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat
    kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Acra jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291
    dan sesudah penghancuran bangsa Occitan
    (Perancis Selatan) yang berpaham
    Catharisme pada Perang Salib Albigensian, ide
    perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh
    pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah
    yang terjadi di Katolik Eropa.

    Orde Ksatria Salib yang terakhir yang mempertahankan wilayah
    adalah orde Knights
    Hospitaller. Sesudah kejatuhan Acra yang terakhir, orde ini
    menguasai Pulau Rhodes dan pada abad
    ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara
    Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun
    1798.

    2. Peninggalan

    2. 1. Benua Eropa

    Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian
    Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik
    Roma. Sungguh pun demikian, banyak pula kritikan pedas terhadap
    Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa
    Renaissance.

    2. 1. 1. Politik dan Budaya

    Perang Salib amat mempengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan. Pada masa itu,
    sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14,
    perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di
    Perancis, Inggris, Burgundi,
    Portugal, Castilia dan Aragon.
    Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal
    perang salib.

    Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui
    hubungan antara Semenanjung
    Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu
    pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur
    diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang
    salib.

    Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa,
    seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan
    dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur,
    tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai
    tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke
    dunia, terutama Asia.

    Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan
    sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain
    lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di
    universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa
    Renaissance pada abad-abad berikutnya.

    2. 1. 2. Perdagangan

    Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara
    yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan
    yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan
    Romawi, terlihat mengalami peningkatan
    disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya.
    Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa
    untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang
    ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk
    dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance
    di Itali, karena banyak negara-kota di
    Itali yang sejak awal memiliki hubungan
    perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara
    Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah
    bekas Byzantium.

    Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat
    jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
    berbagai macam rempah-rempah,
    gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang
    kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu,
    jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.

    Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat
    mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian
    besar diakibatkan oleh kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap
    Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang dilakukan oleh
    Enrico Dandolo yang terkenal,
    penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah
    Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4.
    Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun
    1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat
    sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.

    Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih
    dapat digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam,
    ketimbang perlawanan Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam.
    Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali.
    Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat
    diatas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama
    dalam menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah
    memerangi Islam dan tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan
    ke-Kristen-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat dapat
    dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk memperoleh bantuan
    logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski
    begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan
    secara umum dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

    2. 2. Dunia Islam

    Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada
    dunia Islam. Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas
    yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad
    ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan
    gerakan Pan-Islamisme masih terus
    menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang
    Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan
    keji oleh kaum Kristen Eropa.

    Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang
    perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan
    mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai
    arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat
    sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk
    seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam
    merasa dikucilkan, terus berlanjut.”

    2. 3. Komunitas Yahudi


    Artikel utama: Sejarah Yahudi dan Perang
    Salib



    Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara Salib

    Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang
    menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni
    Judenhut) oleh tentara
    Salib

    Kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi di kota-kota di Jerman dan Hongaria,
    belakangan juga terjadi di Perancis dan
    Inggris, dan pembantaian Yahudi di
    Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah
    Anti-Semit, meski tidak ada satu
    perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi.
    Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan
    yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad. Posisi
    sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan
    meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan
    bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh
    Paus Innocentius III dan
    membentuk titik balik bagi Anti-Semit
    abad pertengahan.

    Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi.
    Diantara narasi-narasi itu, yang terkenal adalah catatan-catatan
    Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar Nathan, “The Narrative of
    The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan “Sefer
    Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari
    Bonn.

    2. 4. Pegunungan Kaukasus

    Di Pegunungan Kaukasus di
    Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku
    yang disebut Khevsurs yang dianggap
    merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib
    yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan
    terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh.
    Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan
    baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas
    tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25
    tahun (1842 - 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok
    dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib
    yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan
    bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan
    mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.

  2. Hot Ad
  3. #2
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Perang Salib Kedua (berlangsung dari sekitar
    tahun 1145 hingga tahun 1149) adalah Perang
    Salib yang dikirim dari Eropa, dalam tanggapan atas jatuhnya
    Kerajaan Edessa. Edessa adalah
    salah satu dari Negara-negara Tentara Salib
    yang didirikan pertama kali selama Perang Salib Pertama (1095-1099), dan yang pertama
    jatuh. Perang Salib Kedua diumumkan oleh Paus Eugenius III, dan Perang Salib
    pertama yang dipimpin oleh Raja-raja Eropa, seperti Louis VII dari Perancis dan
    Conrad III dari Jerman,
    dengan bantuan dari bangsawan Eropa penting lainnya. Pasukan dari 2
    Raja itu maju secara terpisah melewati Eropa dan agak dihalangi
    oleh Kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus; setelah melewati
    teritori Bizantium menuju Anatolia, kedua pasukan dikalahkan oleh orang
    Seljuk. Louis dan Conrad dan sisa
    dari pasukannya mencapai Yerusalem dan
    berpartisipasi dalam serangan Damaskus.
    Perang Salib di Timur gagal dan kemenangan yang hebat untuk orang
    Muslim. Ini akan membuat jatuhnya Kota Yerusalem
    dan Perang Salib Ketiga pada
    akhir abad ke 12, dan yang berhasil hanya yang datang dari luar
    wilayah laut Tengah, dimana orang
    Flem, Frisia, Normandia, Inggris, Skotlandia, dan beberapa tentara
    salib Jerman, dalam perjalanan menuju Tanah Suci dengan kapal,
    secara tidak sengaja dihentikan dan membantu untuk merebut Lisboa tahun 1147. Beberapa
    dari mereka, yang telah berangkat lebih awal, menolong merebut
    Santarém lebih awal di
    tahun yang sama. Nantinya, mereka juga membantu menguasai Sintra, Almada, Palmela dan Setúbal, dan dipersilahkan untuk tinggal di
    tanah yang dikuasai, dimana mereka tinggal disitu. Setelah itu, di
    Eropa Timur, Perang Salib Utara dimulai dengan
    keinginan mengubah orang yang menganut paganisme menjadi beragama Kristen, dan mereka
    harus berjuang disitu berabad-abad.


    1. ALIH Templat:Perang
    Salib


    1. Latar belakang

    Setelah Perang Salib
    Pertama dan Perang Salib
    1101, terdapat 3 Negara Bagian yang didirikan di Timur:
    Kerajaan Yerusalem, Kerajaan Antiokhia, dan Kerajaan Edessa. Yang keempat, Kerajaan Tripoli, didirikan tahun 1109.
    Edessa adalah Negara Bagian yang paling utara diantara semua ini,
    dan juga yang paling lemah dan dengan populasi kecil; karena itu,
    daerah ini sering diserang oleh Muslim yang dikuasai oleh Ortoqid, Danishmend,
    dan Seljuk. Baldwin II dan Joscelin dari Courtenay
    ditangkap setelah kekalahan mereka pada saat terjadinya pertempuran Harran tahun 1104. Baldwin
    dan Joscelin ditangkap kedua kalinya tahun 1122, dan meskipun
    Edessa bangkit setelah pertempuran
    Azaz tahun 1125, Joscelin dibunuh pada sebuah pertempuran tahun
    1131. Penerusnya, Joscelin
    II terpaksa untuk bersekutu dengan Kekaisaran Bizantium, tetapi tahun 1143, baik Kaisar
    Kekaisaran Bizantium, John II
    Comnenus dan Raja Jerusalem Fulk dari Anjou meninggal dunia.
    Joscelin juga bertengkar dengan Raja
    Tripoli dan Pangeran
    Antiokhia, meninggalkan Edessa tanpa sekutu yang kuat.

    Setelah itu, Zengi dari Seljuk, atabeg
    dari Mosul, telah merebut Aleppo tahun 1128. Aleppo adalah kunci kekuatan di
    Suriah. Baik Zengi dan Raja Baldwin II
    mengubah perhatian mereka menuju Damaskus; Baldwin ditaklukan
    diluar Kota tahun 1129. Damaskus, dipimpin oleh Dinasti Burid, nantinya bersekutu dengan
    Raja Fulk saat Zengi menyerang Damaskus tahun 1139 dan 1140;
    aliansi dinegosiasikan oleh penulis kronik Usamah ibn Munqidh.

    Pada akhir tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Ortoqid dan
    menyerang Edessa dengan hampir
    seluruh pasukannya untuk membantu Ortoqid melawan Aleppo. Zengi, telah menginginkan kematian Fulk
    tahun 1143, dengan cepat ke utara untuk menyerang Edessa, yang akhirnya
    direbut olehnya setelah 1 bulan pada tanggal 24 Desember 1144.
    Manasses dari Hierges,
    Philip dari Milly dan lainnya
    dikirim ke Jerusalem untuk membantu, tetapi terlambat. Joscelin II
    terus menguasai sisa daerah dari Turbessel, tapi sedikit demi sedikit sisa
    daerah direbut atau dijual kepada Bizantium. Zengi sendiri memuji
    Islam sebagai "penjaga kepercayaan" dan al-Malik
    al-Mansur, "raja yang berjaya". Dia tidak menyerang
    sisa teritori Edessa, atau Kerajaan Antiokhia, seperti yang
    ditakuti; kejadian di Mosul memaksanya untuk kembali pulang, dan
    dia sekali lagi mengamati Damaskus. Namun, dia dibunuh oleh seorang
    budak tahun 1146 dan digantikan di Aleppo oleh anaknya, Nuruddin. Joscelin berusaha untuk merebut
    kembali Edessa karena pembunuhan Zengi, tapi Nuruddin
    mengalahkannya pada November tahun 1146.

    2. Reaksi dari barat

    Berita jatuhnya Edessa dibawakan oleh peziarah pada awal tahun
    1145, lalu setelah itu duta besar dari Antiokhia, Jerusalem dan Armenia. Uskup Hugh dari Jabala melaporkan berita ini
    kepada Paus Eugenius III, yang
    menerbitkan papal bull Quantum praedecessores pada
    tanggal 1 Desember 1145, sehingga terjadilah Perang Salib Kedua. Hugh
    juga memberitahu Paus seorang raja Kristen timur, yang diharapkan
    akan membawa pertolongan kepada negara bagian tentara salib.
    Eugenius tidak mengontrol Roma dan tinggal di Viterbo, tapi demikian perang salib diartikan
    untuk lebih mengatur dan mengontrol daripada Perang Salib Pertama:
    beberapa pendeta akan diterima oleh paus, pasukan akan dipimpin
    oleh Raja terkuat Eropa, dan rute penyerangan akan direncanakan.
    Tanggapan kepada papal bull perang salib baru sangat sedikit, dan
    dalam fakta harus diterbitkan kembali saat Louis VII akan mengambil
    bagian dari ekspedisi. Louis
    VII dari Perancis juga telah memikirkan ekspedisi baru tanpa
    campur tangan Paus, dimana dia mengumumkan kepada pengadilannya di
    Bourges tahun 1145. Hal ini diperdebatkan saat Louis merencanakan
    perang salibnya sendiri, saat dia mau memenuhi janjinya kepada
    saudaranya, Phillip, bahwa dia akan pergi ke Tanah Suci, dimana dia
    dicegah oleh kematian. Mungkin Louis memilih pilihannya dengan
    bebas dengan mendengar tentang pendahulu Quantum. Dalam beberapa
    hal, Kepala Biara Suger dan
    bangsawan lainnya tidak senang dengan rencana Louis, dimana dia
    akan pergi dari kerajaan untuk beberapa tahun. Louis berkonsultasi
    dengan Bernard dari
    Clairvaux, yang menyuruhnya kembali ke Eugenius. Kini Louis
    telah mendengar tentang papal bull, dan Eugenius dengan penuh
    semangat mendukung perang salib Louis. Papal Bull diterbitkan
    kembali pada tanggal 1 Maret 1146, dan Paus Eugenius memberikan kekuasaan kepada
    Bernard untuk berkhotbah di Perancis.

    3. Bernard dari Clairvaux berkhotbah kepada Tentara
    Salib

    Tidak ada antusias populer untuk perang salib sebagaimana telah
    ada tahun 1095 sampai tahun 1096. Namun, St. Bernard, salah satu
    orang terkenal diantara umat nasrani pada saat itu, menemukan jalan
    bijaksana untuk mengambil salib sebagai arti mendapat pengampunan
    dari dosa dan mencapai keagungan. Pada 31
    Maret, dengan persembahan Louis, dia menasehati keramaian di
    lapangan di Vézelay. Bernard
    berorasi, dan orang-orang naik dan berteriak "Salib, berikan
    kami salib!", dan mereka pergi untuk membuat salib. Tidak
    seperti perang salib pertama, perang salib kedua menarik perhatian
    keluarga rajam seperti Eleanor
    dari Aquitaine, Ratu Perancis, Thierry dari Elsas, Graf Flander, Henry, yang nantinya akan menjadi
    graf Champagne, saudara Louis
    Robert I dari Dreux, Alphonse I dari Tolosa, William II dari Nevers, William de
    Warenne, pangeran ketiga Surrey, Hugh VII dari Lusignan, dan
    bangsawan dan uskup lainnya. Tapi bantuan lebih banyak muncul dari
    orang-orang. St. Bernard menulis kepada uskup beberapa hari
    kemudian: "Saya buka mulut saya, saya berbicara, dan dan
    akhirnya Tentara Salib berjumlah menjadi tak terbatas. Desa dan
    Kota sekarang ditinggalkan. Anda akan baru saja menemukan 1
    laki-laki untuk 7 wanita. Dimana-mana anda akan melihat janda yang
    suaminya masih hidup".

    Akhirnya disetujui bahwa tentara salib akan berangkat dalam 1
    tahun, selama waktu ini mereka akan membuat persiapan dan membuat
    jalur menuju tanah suci. Louis dan Eugenius menerima bantuan dari
    pemimpin-pemimpin dimana daerah mereka akan dilewati: Geza dari Hongaria, Roger II dari Sisilia, dan kaisar
    Bizantium, Manuel I Comnenus,
    meskipun Manuel ingin tentara salib untuk bersumpah kesetiaannya
    kepadanya, seperti yang diminta Kakeknya, Alexius I Comnenus.

    Sementara itu, St. Bernard melanjutkan untuk berkhotbah di
    Burgundi, Lorraine, dan Flanders. Seperti pada Perang Salib Pertama,
    khotbah membuat serangan kepada orang Yahudi; seorang pendeta fanatik Jerman bernama
    Rudolf adalah orang yang membuat terjadinya pembantaian orang
    Yahudi di Cologne, Mainz, Worms, dan Speyer, dengan Rudolf mengklaim orang Yahudi tidak
    berkontribusi secara finansial untuk menolong tanah suci. St.
    Bernard dan uskup besar dari Cologne dan Mainz dengan hebat
    menentang penyerangan itu, dan juga St. Bernard mengunjungi dari
    Flanders ke Jerman untuk mengatasi masalah
    itu, dan juga St. Bernard meyakinkan para pendengar Rudolf untuk
    mengikutinya. Bernard lalu menemukan Rudolf di Mainz dan berhasil
    mendiamkannya, dan mengembalikannya ke biara.

    Eleanor dari Aquitaine

    Eleanor dari Aquitaine

    Saat masih di Jerman, St. Bernard juga berkhotbah kepada
    Conrad III dari Jerman
    pada bulan November tahun 1146, tapi Conrad tidak tertarik untuk
    berpartisipasi, Bernard melanjutkan perjalanannya untuk berkhotbah
    di Jerman Selatan dan Swiss. Namun, dalam
    perjalanannya pulang pada bukan Desember, dia berhenti di Speyer,
    dimana, dalam kehadiran Conrad, dia mengantarkan khotbah emosional
    dimana dia mengambil peran Yesus dan
    bertanya apa yang akan dia lakukan untuk kaisar. Lalu Bernard
    berteriak "Orang!", "apa yang sebaikinya aku lakukan
    untukmu yang tidak pernah kulakukan?" Conrad tidak bisa
    melawan lagi dan bergabung dengan perang salib dengan banyak
    bangsawannya, termasuk Frederick II.
    Seperti di Kota Vézelay, banyak orang juga ikut perang salib di
    Jerman.

    Paus juga memimpin perang salib di Spanyol, meskipun perang melawan orang Moor masih terjadi untuk beberapa waktu. Dia
    memberikan Alfonso VII dari
    Kastilia indulgensi yang sama ia
    berikan kepada tentara salib Perancis, dan seperti yang dilakukan
    Paus Urban II tahun 1095, membuat
    orang Spanyol untuk bertarung untuk teritorinya sendiri daripada
    bergabung dengan tentara salib. Dia memimpin Marseille, Pisa,
    Genoa, dan kota lainnya untuk bertarung di
    Spanyol, tapi bagaimanapun memaksa orang Italia, seperti Amadeus III dari Savoy untuk pergi
    ke timur. Eugenius tidak mau Conrad berpartisipasi, dan berharap
    bahwa dia akan memberikan bantuan kerajaan untuk klaimnya terhadap
    kepausan, tapi dia tidak melarangnya untuk pergi. Eugenius III juga
    memimpin sebuah tentara salib di Jerman untuk melawan Wend, yang
    adalah penganut pagan. Perang telah terjadi untuk beberapa waktu
    antara orang Jerman dan orang Wend, dan mengambil bujukan Bernard
    untuk mempersilahkan indulgensi diumumkan untuk Tentara Salib Wend.
    Ekspedisi ini tidak seperti tentara salib tradisional, ini adalah
    ekspansi melawan pagan daripada melawan orang Muslim, dan tidak
    dihubungkan dengan pertahanan tanah suci. Perang Salib Kedua
    melihat melihat perkembangan menarik dalam arena baru perjalanan
    perang salib.

    4. Persiapan

    Pada tanggal 16 Februari 1147, tentara salib Perancis mendiskusikan tentang
    rute penyerangan mereka nantinya. Mereka mendiskusikan hal itu di
    Kota Étampes. Orang Jerman telah
    memilih untuk berpetualang melewati Hongaria, dimana Roger II musuh dari Conrad dan
    jalur laut tidak dapat dijalankan. Banyak bagnsawan Perancis tidak
    percaya jalur darat, dimana akan membawa mereka ke kekaisaran
    Bizantium, reputasi masih menderita dari First Crusaders. Meskipun
    dipilih untuk mengikuti Conrad, dan untuk memulainya pada tanggal
    15 Juni. Roger II melawan dan menolak
    untuk berpartisipasi. Di Perancis, Kepala Biara Suger dan Raja William
    dari Nevers dipilih sebagai pengawas selama Raja sedang pergi
    berpartisipasi dalam perang salibe.

    Di Jerman, khotbah lebih jauh dilakukan oleh Adam dari Ebrach,
    dan Otto dari Freising juga
    mengambil salib. Pada 13 Maret di
    Frankfurt, anak Conrad, Frederick IV dipilih sebagai raja, dibawah
    pengawasan Henry, Keuskupan
    Agung Mainz. Jerman berencana untuk maju pada bulan Mei dan
    bertemu orang Perancis di Konstantinopel. Selama pertemuan itu,
    pangeran Jerman yang lain memperluas ide perang salib kepada etnis
    Slavia yang tinggal di timur laut dari
    Kekaisaran Romawi Suci,
    dan dipimpin oleh Bernard untuk mengirim perang salib terhadap
    mereka. Pada 13 April, Eugenius
    mengkonfirmasi perang salib ini, membandingkan perang salib di
    Spanyol dan Palesitan. Dan pada tahun 1147, Perang Salib Wend juga muncul.

    5. Perang Salib di Spanyol dan Portugal

    Alfonso I dari Portugis

    Alfonso I dari Portugis

    Pada pertengahan bulan Mei, rombongan pertama meninggalkan
    Inggris, terdiri dari orang Flem, Frisia, Normandia, Inggris,
    Skotlandia, dan beberapa tentara salib Jerman. Tidak ada pangeran
    atau raja memimpin bagian perang salib ini; Inggris pada saat itu
    di tengah-tengah anarkisme. Mereka tiba
    di Porto pada bulan Juni, dan diyakinkan
    oleh uskup untuk melanjutkan perjalanan menuju Lisboa, dimana Raja Alfonso telah pergi saat
    mendengar armada tentara salib menuju kesitu. Pengepungan Lisboa dimulai pada
    1 Juli dan berakhir pada 24 Oktober saat kota itu jatuh ketangan
    tentara salib. Beberapa tentara salib bertahan di kota baru yang
    baru direbut, dan Gilbert dari Hastings dipilih sebagai uskup, tapi
    banyak armada melanjutkan ke timur pada Februari 1148. Hampir pada
    waktu yang sama, orang Spanyol dibawah Alfonso VII dari Kastilia dan
    Ramon Berenguer IV dan lainnya
    merebut Almería. Pada tahun 1148 dan
    1149, mereka juga merebut Tortosa,
    Fraga, dan Lerida.

    6. Keberangkatan Jerman

    Tentara Salib Jerman, tediri dari Franconia, Bavaria,
    dan Swabia meninggalkan tanah mereka, juga
    pada Mei 1147. Ottokar III
    dari Styria bergabung dengan Conrad di Wina, dan musuh Conrad, Geza II dari Hongaria akhirnya
    membiarkan mereka lewat tanpa dilukai. Saat pasukan tiba di tertori
    Kekaisaran Bizantium, Manuel takut
    mereka akan menyerang Bizantium, dan pasukan Bizantium bertugas
    agar tidak ada masalah apapun. Ada pengepungan kecil dengan
    beberapa orang Jerman yang tidak mau menurut di dekat Philippopolis dan di Adrianopel, dimana Jendral Bizantium Prosouch
    bertarung dengan keponakan Conrad, yang nantinya akan menjadi
    kaisar, Frederick. Hal yang
    membuat semakin buruk adalah beberapa pasukan Jerman tewas karena
    banjir pada awal bulan September. Pada 10 September, mereka tiba di Konstantinopel,
    dimana relasi dengan Manuel kecil dan orang Jerman dipersilahkan
    untuk menyebrang menuju Asia Kecil
    secepat mungkin. Manuel mau Conrad meninggalkan beberapa pasukannya
    dibelakang, untuk membantunya bertahan melawan serangan dari Roger
    II, yang telah mengambil kesempatan untuk untuk merebut kota-kota
    di Yunani, tapi Conrad menolak, walaupun
    adalah musuh dari Roger.

    Kaisar Frederick I, adipati Swabia selama Perang Salib Kedua

    Kaisar Frederick I, adipati Swabia selama Perang Salib
    Kedua

    Di Asia Kecil, Conrad memilih untuk
    tidak menunggu orang Perancis, dan maju menyerang Iconium, ibukota
    Kesultanan Rum. Conrad memisahkan
    pasukannya menjadi 2 divisi, 1 dihancurkan oleh Seljuk pada tanggal
    25 Oktober 1147
    pada Pertempuran Kedua
    Dorylaeum. Orang Turki Seljuk menggunakan taktiknya dalam
    berpura-pura mundur, lalu membalas menyerang pasukan kecil kavalri
    Jerman yang telah terpisah dari pasukan utama untuk mengejar
    mereka. Conrad mulau mundur ke Konstantinopel, dan pasukannya
    diganggu oleh Turki Seljuk, yang menyerang dan menaklukan penjaga
    depan. Bahkan Conrad terluka saat bertarung dengan mereka. Divisi
    yang lain, dipimpin oleh Otto dari Freising, maju ke selatan pantai
    Mediterania dan ditaklukan pada awal tahun 1148.

    7. Keberangkatan Perancis

    Lukisan Dinding Kaisar Manuel I

    Lukisan Dinding Kaisar Manuel I

    Tentara Salib Perancis berangkat dari Metz pada bulan Juni, dipimpin oleh Louis, Thierry
    dari Elsas, Renaut I dari Bar,
    Amadeus III dari Savoy dan
    saudaranya, William V dari
    Montferrat, William VII dari Auvergne, dan lain-lain, bersama dengan pasukan
    Lorraine, Bretagne, Burgundi,
    dan Aquitaine. Pasukan dari Provence, dipimpin oleh Alphonse dari Tolosa,
    memilih untuk menunggu sampai bulan Agustus. Di Worms, Louis bergabung dengan tentara salib dari
    Normandia dan Inggris. Mereka mengikuti
    rute Conrad dengan damai, meskipun Louis datang dalam konflik
    dengan Geza dari Hongaria sat Geza menemukan Louis telah
    mempersilahkan orang Hongaria untuk bergabung dengan
    pasukannya.

    Relasi dengan Bizantium juga kecil, dan Lorrainer, yang telah
    maju, juga datang dengan konflik dengan orang Jerman yang
    perjalanannya lebih lambat. Sejak negosiasi awal diantara Louis dan
    Manuel, Manuel telah melaksanakan kampanye militer melawan Kesultanan Rüm, menandatangani
    gencatan senjata dengan Mas'ud. Ini telah dilakukan
    sehingga Manuel bebas mengkonsentrasikan pertahanan kekaisarannya
    dari tentara salib, yang telah mendapat reputasi untuk pencurian
    dan penghianatan sejak Perang
    Salib Pertama dan dituduh melakukan hal jahat di Konstantinopel. Relasi Manuel dengan
    pasukan Perancis lebih baik daripada dengan orang Jerman, dan Luis
    terhibur di Konstantinopel. Beberapa orang Perancis marah karena
    gencatan senjata Manuel dengan Seljuk dan melakukan penyerangan di
    Konstantinopel, tapi mereka dikendalikan oleh papal legate.

    Saat pasukan dari Savoy, Auvergne,
    dan Montferrat bergabung dengan Louis
    di Konstantinopel, melewati Italia dan menyebrang dari Brindisi menuju Durres,
    seluruh pasukan perahu mereka menyebrangi Bosporus menuju Asia
    Kecil. Dalam tradisi yang dibuat oleh Kakek dari Manuel,
    Alexios I, Manuel menyuruh
    orang Perancis untuk mengembalikan teritori manapun yang direbutnya
    kepada Bizantium. Mereka disemangati oleh rumor bahwa orang Jerman
    telah merebut Iconium, tapi Manuel menolak
    memberi Louis satupun pasukan Bizantium. Bizantium baru saja
    diserang oleh Roger II dari
    Sisilia, dan semua pasukan Manuel diperlukan di Balkan. Baik
    Jerman dan Perancis memasuki Asia tanpa bantuan Bizantium, tidak
    seperti Perang Salib Pertama.

    Orang Perancis bertemu sisa dari pasukan Conrad di Nicea, dan Conrad bergabung dengan pasukan Louis.
    Mereka mengikuti rute Otto dari Freising sepanjang pantai
    Mediterania, dan mereka tiba di Efesus
    pada bulan Desember, dimana mereka mempelajari kalau Turki Seljuk
    menyiapkan penyerangan untuk menyerang mereka. Manuel juga mengirim
    duta besar yang mengkomplain tentang menjarah dan merampas yang
    Louis lakukan disepanjang jalan, dan tidak ada tanggung jawab kalau
    Bizantium akan membantu mereka melawan Turki Seljuk. Setelah itu,
    Conrad jatuh sakit dan kembali ke Konstantinopel, dimana Manuel
    memeriksanya, dan Louis, tidak mendengarkan peringatan serangan
    Seljuk, maju keluar Efesus.

    Seljuk menunggu menyerang, tapi dalam pertarungan kecil diluar
    Efesus, orang Perancis menang, Mereka
    mencapai Laodicea pada bulan Januari
    tahun 1148, hanya beberapa hari setelah
    pasukan Otto dari Freising dihancurkan di daerah yang sama.
    Melanjutkan serangan, barisan depan dibawah Amadeus dari Savoy
    terpisah dari sisa pasukan, dan pasukan Louis diikuti oleh orang
    Turki, yang tidak menyadarinya. Orang Turki tidak mengganggu dengan
    menyerang lebih jauh dan orang Perancis maju ke Adalia, yang telah
    dihancurkan dari jauh oleh Seljuk, yang juga telah membakar tanah
    untuk menghindari orang Perancis dari melengkapi makanannya, baik
    untuk diri mereka maupun untuk orang Perancis. Louis ingin untuk
    melanjutkan dengan tanah demi tanah, dan telah dipilih untuk
    mengumpulkan armada di Adalia dan berlabuh ke Antiokhia. Setelah
    terlambat selama 1 bulan karena badai, hampir semua kapal yang
    dijanjikan tidak tiba. Louis dan koleganya mengambil kapal untuk
    diri mereka sendiri, dimana sisa pasukan harus melanjutkan serangan
    jauh ke Antiokhia. Pasukan itu hampir dihancurkan seluruhnya, baik
    karena orang Turki maupun karena sakit.

    8. Perjalanan menuju Yerusalem

    Louis tiba di Antiokhia pada tanggal 19
    Maret, setelah terlambat karena badai; Amadeus dari Savoy tewas
    di Siprus selama perjalanan. Louis
    disambut oleh paman dari Eleanor, Raymond. Raymond mengharapkannya
    membantunya bertahan melawan Seljuk dan menemaninya dalam ekspedisi
    melawan Aleppo, tapi Louis menolak, dia lebih memilih untuk
    memasuki Yerusalem daripada fokus dalam aspek militer. Eleanor
    menikmatinya, tapi pamannya mau dia tetap disitu dan menceraikan
    Louis jika dia menolak membantunya. Louis segera meninggalkan
    Antiokhia dan pergi ke Kerajaan Tripoli. Setelah itu, Otto dari Freising dan sisa pasukannya
    tiba di Jerusalam pada awal April, setelah itu Conrad segera
    sampai, dan Fulk,
    Patriarch dari
    Yerusalem, dikirim untuk mengundang Louis bergabung dengan
    mereka. Armada yang berhenti di Lisboa tiba pada saat ini, dan juga
    orang Provencals dibawah Aphonse dari Tolosa. Alphonse sendiri
    telah tewas dalam perjalanan menuju Yerusalem, diracuni oleh
    Raymond II dari Tripoli,
    keponakannya yang takut akan aspirasi politiknya di Tripoli.

    9. Dewan Akko

    Mesjid Umayyah di tengah kota Damaskus

    Mesjid Umayyah
    di tengah kota Damaskus

    Di Yerusalem, fokus perang salib berubah di Damaskus, target
    yang diincar oleh Raja
    Baldwin III dan Ksatria
    Templar. Conrad didesak untuk mengambil bagian dalam ekspedisi
    ini. Saat Louis tiba, Haute Cour
    bertemu di Akko pada tanggal 24 Juni. Ini adalah pertemuan paling spektakular
    dari Cour dalam keberadaannya: Conrad, Otto, Henry II dari Austria, Frederick I, dan
    William V dari
    Montferrat mewakili Kekaisaran Romawi Suci; Louis,
    Bertrand anak dari Alphonse, Thierry dari Elsas, dan raja lainnya
    mewakili Perancis; dan dari Yerusalem, Raja Baldwin, Ratu Melisende, Patriarch Fulk, Robert dari Craon, Raymond du Puy de Provence,
    Manasses dari Hierges,
    Humphrey II dari Toron,
    Philip dari Milly, dan Barisan dari Ibelin. Catatan, tidak
    ada yang datang dari Antiokhia, Tripoli, ataupun dari Edessa
    datang. Beberapa orang Perancis menyadari kalau kewajiban mereka
    terpenuhi, dan mau pulang; beberapa bangsawan Yerusalem menunjuk
    bahwa tidak bijaksana untuk menyerang Damaskus, sekutu mereka
    melawan Dinasti Zengid. Conrad,
    Louis, dan Baldwin berisikeras, dan pada bulan Juli, pasukan itu
    bersiap di Tiberias.

    10. Pertempuran Damaskus

    Tentara Salib memilih untuk menyerang Damaskus dari timur,
    dimana dimana kebun akan memberi mereka makanan. Mereka tiba pada
    tanggal 23 Juli, dengan pasukan Yerusalem
    di garis depan, diikuti dengan Louis dan lalu Conrad sebagai
    penjaga belakang. Orang Muslim berisap untuk serangan dan langsung
    menyerang pasukan yang maju menuju perkebunan. Pasukan Salib mampu
    melawan mereka dan mengejar mereka kembali ke Sungai Barada dan menuju Damaskus; setelah
    tiba diluar tembok kota, mereka langsung menyerang Damaskus.
    Damaskus telah meminta bantuan dari Saifuddin Ghazi I dari Aleppo dan
    Nuruddin dari Mosul, dan vizier, Mu'inuddin Unur, memimpin serangan
    yang tidak berhasil pada kemah pasukan salib. Ada konflik pada
    kedua kemah: Unur tidak mempercayai Saifuddin atau Nuruddin dari
    menguasai seluruh kota jika mereka menawarkan bantuan; dan pasukan
    salib tidak setuju siapa yang akan mendapatkan kota jika mereka
    merebutnya. Pada 27 Juli, pasukan salib
    memilih untuk bergerak ke bagian timur kota, yang lebih sedikit
    pertahanannya, tetapi memiliki sedikit persediaan makanan dari air.
    Nuruddin telah tiba dan tidak mungkin untuk kembali ke posisi
    mereka yang terbaik. Pertama Conrad, lalu sisa dari pasukan,
    memilih untuk mundur ke Yerusalem.

    11. Akibat

    Semua sisi merasa dikhianati oleh yang lain. Rencana lain baru
    dibuat untuk menyerang Ascalon, dan
    Conrad membawa pasukannya kesana, tapi tidak ada bantuan tiba,
    karena tidak ada kepercayaan karena kegagalan serangan Damaskus.
    Ekspedisi Ascalon ditinggalkan, dan Conrad kembali ke
    Konstantinopel, dimana Louis tetap berada di Yerusalem sampai tahun
    1149. Kembali ke Eropa, Bernard dari Clairvaux juga
    dipermalukan, dan ketika dia hendak memanggil perang salib yang
    gagal, dia mencoba memisahkan dirinya dari fiasco perang salib
    kedua. Dia meninggal pada tahun 1153.

    Serangan Damaskus membawa malapetaka
    kepada Yerusalem: Damaskus tidak lagi percaya kepada Kerajaan
    Tentara Salib, dan Kota itu diambil oleh Nuruddin pada tahun 1154.
    Baldwin III akhirnya mengepung
    Ascalon pada tahun 1153, dimana membawa
    Mesir kedalam konflik ini. Yerusalem mampu
    membuat kemajuan memasuki Mesir, dengan singkat merebut Kairo pada tahun 1160.
    Namun, relasi dengan Kekaisaran Bizantium dicampur, dan bantuan
    dari barat jarang setelah bencana dari perang salib kedua. Raja
    Amalric I dari Yerusalem bersekutu
    dengan Bizantium dan berpartisipasi dalam invasi Mesir tahun
    1169, tapi ekspedisi ini gagal. Pada tahun
    1171, Saladin,
    keponakan dari salah satu jendarl Nuruddin, menjadi Sultan Mesir,
    mempersatukan Mesir dan Siria dan mengepung kerajaan tentara Salib.
    Setelah itu, aliansi dengan Bizantium berakhir dengan kematian
    kaisar Manuel I pada tahun 1180,
    dan pada tahun 1187, Yerusalem diserang dan
    direbut oleh Saladin. Pasukannya lalu menyebar ke utara dan
    merebut semua ibukota dari semua daerah yang direbut tentara salib,
    menyulut terjadinya Perang Salib
    Ketiga.












    ===============

    Perang Salib IV adalah "Perang Salib" yang paling singkat dan lucu dalam sejarah. Para Crusader gagal melakukan penaklukan yang berarti di daerah Timur Tengah, maka mereka merebut Konstantinopel, yang sebenarnya justru merupakan daerah yang mereka "lindungi" sebagai alasan Perang Salib itu sendiri.

    Kenapa Mongol dengan mudah menguasai wilayah yang sangat luas? Penjelasannya cukup rumit. Pertama lawan mereka di Eropa, Novgorod, adalah konfederasi beberapa suku Rusia yang lemah. Mereka kalah dengan mudah karena baju perang dan perisai Eropa tidak dapat menang melawan composite bow orang Mongol yang menembus baju perang dan membunuh orang di dalamnya. Lagipula, baju perang paling mutakhir, yang sering disebut Ksatria Gothic, belum lahir pada masa itu (baru pada abad ke-16 mereka dibuat, dan popularitas mereka segera turun drastis karena bobot yang tinggi dan kelemahan mereka melawan senjata api). Taktik militer Mongol cukup simpel, kirimkan semua tahanan dan budak didepan pasukan utama, dan gunakan pemanah berkuda untuk melawan ksatria Eropa yang lamban dan mengandalkan charge. Mereka tidak dapat mengejar para pemanah, dan sering terjebak mengejar terlalu jauh sehingga dapat disergap dengan mudah. Taktik ini juga digunakan oleh Saladin untuk mengalahkan para ksatria Jerusalem ketika Raynald de Chatillon dan Raja Guy de Lusignan melanggar perjanjian damai. Senjata pengepungan mereka peroleh dari Turki, dimana kota-kota mereka seperti Bokhara, Samarkand, dan Khwarazm semuanya dibakar habis dan di bekas kota-kota tersebut didirikan tumpukan kepala manusia, terutama orang tua, wanita, dan anak-anak. Senjata pengepungan ini digunakan untuk melawan kota-kota Eropa yang semua bertembok tebal. Pasukan Genghis menaklukkan seluruh Rusia (kecuali beberapa kota di Kiev -sekarang Ukraina- dan Muscovy -sekarang Moscow-), menaklukkan Hungaria dan membakar Budapest, Carpathia, Volhynia, dan bahkan telah sampai ke gerbang Vienna.

    Di wilayah Islam, Hulagu (salah satu anak Genghis) menaklukkan hampir seluruh bekas wilayah kerajaan Sassanid, merebut Damascus dan Baghdad (pusat dari dinasti-dinasti Muslim). Tak terhitung jumlah peninggalan sejarah yang mereka rusak dan hancurkan. Bahwa dunia Muslim selamat hanyalah karena Hulagu, seperti pasukan Genghis di Eropa, harus pulang karena Genghis meninggal. **** adalah musuh terakhir Genghis, yang akhirnya ditaklukkan oleh cucunya, Kublai. Pada masa itu bangsa Mongol sudah jauh lebih beradab, dan Hangzhou hampir tidak dirusak ketika Hangzhou jatuh ke tangan Mongol.

    Penaklukan Mongol meninggalkan bekas-bekas yang sangat mendalam di Eropa dan wilayah Muslim. Pada masa itu adalah lazim dalam doa-doa seluruh rakyat Eropa permohonan supaya orang Mongol tidak lagi masuk lebih jauh ke Eropa. Demikian pula yang terjadi dalam dunia Islam. Bahkan para Crusader bekerja sama dengan tentara Muslim untuk melawan Hulagu, tapi mereka kalah. Kebencian yang mendalam ini akhirnya dilampiaskan ketika pada gilirannya dinasti Mongol yang terbentang luas tidak dapat mempertahankan kekuasaannya. Di Eropa, Ivan the Terrible membentuk negara modern Rusia, yang akhirnya mengalahkan sisa-sisa Golden Horde (nama negara Mongol di sana) di Rusia dan memukul mereka mundur. Di Timur Tengah, dinasti Seljuk merebut kekuasaan dan pelan tapi pasti mengalahkan tentara Mongol di sana, kota demi kota. Di ****, dinasti Yuan hanya berumur satu abad (CMIIW, kalau ngga satu dua deh). Kublai gagal menyerang Jepang dan Jawa. Zhu Di, kaisar pertama dinasti Ming, akhirnya mengalahkan tentara Mongol di ****. Pada masanya jenderal besar terakhir Mongol, Timur Lang (di Eropa dikenal dengan nama Tamerlane) muncul, dan tampaknya sempat mendirikan kerajaan yang cukup luas lagi. Dia pernah sesumbar akan memberi makan kudanya di Basilika Santo Petrus, Roma, tapi dia mati dalam ekspedisinya melawan Zhu Di di ****. Seperti nasib kerajaannya Alexander, kerajaannya pun bubar setelah Timur meninggal.

    Setelah Timur Lang mati, Mongol tidak lagi timbul sebagai kerajaan besar. Dinasti Manchu di **** menyatukan wilayah asli Mongol kedalam kerajaan besar mereka di ****.

    Side Note:

    Zhu Di adalah kaisar **** yang memerintahkan ekspedisi Zheng He (di Indonesia jauh lebih terkenal dengan nama Cheng Ho) ke seluruh dunia. Gavin Menzies, seorang sejarawan, menyatakan bahwa ekspedisi Zheng He ini adalah kali pertama seseorang mengelilingi seluruh dunia, hampir seabad sebelum Ferdinand Magellan mengelilingi dunia. Dia meninggalkan prasasti dan tanda-tanda di Amerika Selatan, Afrika, Indonesia, dan India. Sayangnya, setelah Zheng He pulang tahun 1473, tidak ada ekspedisi lain yang dilakukan. Pada tahun-tahun saat dia mengelilingi dunia, Istana Terlarang di Peking terbakar habis, dan banyak mandarin **** menyatakan bahwa ini adalah karena kesombongan dan keserakahan Zhu Di hendak menguasai seluruh dunia. Setelah Zhu Di meninggal, semua pelabuhan besar di **** ditutup total, dan semua kapal-kapal besar **** dihancurkan. Perdagangan mereka dengan dunia Arab turun drastis, dimana sekarang kapal Arab boleh masuk tapi tidak ada junk **** yang melayari lautan lagi. Ketakutan dan isolasionisme **** ini berlangsung sampai dermaganya dibuka dengan paksa oleh negara-negara barat pada abad ke-19.

  4. #3
    krusszz's Avatar
    Join Date
    Dec 2006
    Location
    somewhere over the rainbow
    Posts
    3,255
    Points
    3,695.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    intinya perang salib itu terjadi berapa kali sih ?

    kynya dulu gw pernah baca klo perang salib terjadi 7 kali

  5. #4
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Seri Perang Salib
    Perang Salib Pertama
    Perang Salib Rakyat
    Perang Salib Jerman, 1096
    Perang Salib 1101
    Perang Salib Kedua
    Perang Salib Ketiga
    Perang Salib Keempat
    Perang Salib Albigensian
    Perang Salib Anak-anak
    Perang Salib Kelima
    Perang Salib Keenam
    Perang Salib Ketujuh
    Perang Salib Gembala
    Perang Salib Kedelapan
    Perang Salib Kesembilan
    Perang Salib Utara

  6. #5
    -ID_BaRu-'s Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    2,100
    Points
    2,013.90
    Thanks: 33 / 59 / 29

    Default

    sedddd


    dah banyak banget yha...

    sdh beribu2 bahkan berjuta2 orang mati ::
    still the same guy you know, literally

  7. #6
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    apalagi perang salib anak2, anak2 ada yg ditangkep jadi budak dkck

  8. #7
    -ID_BaRu-'s Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    2,100
    Points
    2,013.90
    Thanks: 33 / 59 / 29

    Default

    hmmm...


    tidak berkeprimanusiaan skali yha...

    coba skarang ada perang macam itu...

    :: jadi sedih..
    still the same guy you know, literally

  9. #8
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Quote Originally Posted by -ID_BaRu- View Post
    hmmm...


    tidak berkeprimanusiaan skali yha...

    coba skarang ada perang macam itu...


    :: jadi sedih..
    banyak contoh, kyk perang irak juga kyk gitu

    duh oot nih

  10. #9
    gaptekbet's Avatar
    Join Date
    Feb 2007
    Location
    Anywhere near Computer & Internet
    Posts
    2,892
    Points
    549.96
    Thanks: 80 / 394 / 108

    Default

    Apakah ada kemungkinan salah satu sebab dari perang2 tersebut dikarenakan mencampur adukkan Agama dan Politik?
    Karena saya baca dari Buku Sejarah Saladdin Al Ayubbi, beberapa penyebab dari Perang tersebut murni karena Politik, tapi membawa2 Agama.

    Dalam buku yang berjudul asli "The Crusade; Islamic Perspectives" ini, Carole Hilenbrand mengaris bawahi bahwa perang Salib merupakan akar konflik antara Timur (Islam) dan Barat (Kristen). Ia juga memaparkan bahwa dalam penulisan sejarah perang salib yang dilakukan para sejarawan Eropa dan para orientalis terdapat banyak distorsi. Sehingga hal ini dijadikan alat untuk menganggap bahwa Islam adalah "monster" yang harus dihancurkan bagi Kristen. Titik fokus distorsi historis perang Salib ini menurut Carole adalah terletak pada pengkultusannya sebagai perang suci. Karena menurut umat Kristen perang ini merupakan perang mengusir orang kafir (umat Islam) dari kerajaan tuhan (Yarusalem).

    Perang Salib telah membentuk persepsi kaum Barat tentang dunia Islam sebagai mana perang itu juga membentuk pandangan umat Islam tentang Barat. Gambaran-gambaran stereotip mengenai 'musuh' lama ini telah terpatri kuat dan harus disuarakan serta diteliti dengan cermat supaya bisa dipahami dan diubah. Tidak diragukan lagi bahwa sudah saatnya pandangan Barat dan perspektif Islam perlu diseimbangkan. Riley-Smith dengan tepat menjelaskan bahwa sejarah Timur Latin akan berubah bila penelitian-penelitian tentang Islam diberikan tempat sebagaimana mestinya. Inilah yang juga diupayakan oleh Carole dalam karyanya ini. Sebab selama ini data yang diungkap para sejarawan Barat bersifat sepihak dan tidak mempertimbangkan kemungkinan lain yang bisa ditemukan dalam literatur-literatur Islam.
    dikutip dari http://www.nu.or.id/page.php?lang=id...w&news_id=8302

  11. #10

    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Ostenburg/Pavilion/Saxony
    Posts
    458
    Points
    602.20
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    om ceritain dong kisah orang2 "knight of Malta"

    coba dong ceritain??

  12. #11
    ekspresi's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    Jakarta - Lampung - Jogja - Kediri
    Posts
    2,178
    Points
    3,169.30
    Thanks: 5 / 3

    Default

    Quote Originally Posted by gaptekbet View Post
    Apakah ada kemungkinan salah satu sebab dari perang2 tersebut dikarenakan mencampur adukkan Agama dan Politik?
    Karena saya baca dari Buku Sejarah Saladdin Al Ayubbi, beberapa penyebab dari Perang tersebut murni karena Politik, tapi membawa2 Agama.



    dikutip dari http://www.nu.or.id/page.php?lang=id...w&news_id=8302
    murni politik.
    salah satu penyebabnya, perebutan kekuasaan di jarusallem antara 2 bangsawan eropa(gw lupa siapa nama bangsawan tersebut),dimana salah satu diantara bangsawan tersebut mendapat dukuangan dari umat islam di jarussalem.dan yg satunya lagi dari umat yahudi.singkat cerita karena hasutan bangsawan yg mendapat dukungan dari umat yahudi ini menyerang umat islamdi sana.hal inilah yg menimbulkan reaksi keras dari sallahudin.
    aih stahu gw seperti itu ada kok bukunya klo ga salah judul bukunya "Dibalik Pecahnya Perang Salib", maaf sebelumnya di dalam buku ini di tulis pula konspirasi umat yahudi dalam perang salib.coba dech cari bukunya penerbit pustaka kaustar.
    itu sich yg gw tau,niat gw cuma share2 pengetahuan aja no offence.

  13. #12
    ekspresi's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    Jakarta - Lampung - Jogja - Kediri
    Posts
    2,178
    Points
    3,169.30
    Thanks: 5 / 3

    Default

    Perang Salib (Masa Disintegrasi)
    Perang Salib (perang suci) ini terjadi pada tahun 1905, saat Paus
    Urbanus II berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang
    suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis
    yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan
    yang memberatkan bagi Umat kristen yang hendak berziarah ke sana.

    Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi
    yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464
    H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
    prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1 mengalahkan tentara Romawi yang
    berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj,
    al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
    permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
    kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah
    dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari
    kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa
    Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin
    berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka.
    Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen
    itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di
    Eropa supaya melakukan perang SUCI. Perang ini kemudian dikenal dengan
    nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.

    1. Periode Pertama

    Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar
    bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian
    ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan
    Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097
    mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha
    (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin
    sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea
    dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi
    rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099
    M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah
    penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya.
    Mereka menguasai kota Akka (1104 M.), Tripoli (1109 M.) dan kota Tyre
    (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya
    adalah Raymond.

    2. Periode Kedua

    Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan
    kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat
    tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki.
    Numuddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada
    tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.

    Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan
    Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang
    disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad
    II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di
    Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Numuddin Zanki.
    Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II
    sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Numuddin wafat tahun 1174
    M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang
    berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil
    peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem
    pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang
    berlangsung selama 88 tahun berakhir.

    Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan
    tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara
    salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the
    Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan
    ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari
    Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
    dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil
    memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian
    antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh
    al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen
    yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.

    3. Periode Ketiga

    Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick
    II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke
    Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen
    Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja
    Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil, membuat
    penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
    melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan Palestina,
    Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak
    mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan
    berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun
    1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir
    selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang
    menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang oleh
    Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali
    oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang
    berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol,
    sampai umat Islam terusir dari sana.

    Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari
    tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena
    peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini
    mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi
    demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah.
    Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat
    Abbasiyah di Baghdad.
    literatur yg gw ambil dari perpustakaan Unila.bahwa perang salib pecah karena kepentingan politik yg ditunggangi oleh fanatisme agama.
    judul buku yg gw ambil bwat literaturnya "Fakta2 dalam Perang Salib"
    Penerbitnya Balai Insan, Bandung.

  14. #13

    Join Date
    Apr 2007
    Location
    ?
    Posts
    28
    Points
    42.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Post Sejarah Perang Salib ma Genghis Khan Mongolia

    Kasitau Donk Sejarah Perang Salib ma Genghis Khan Mongolia. Ditunggu....

  15. #14
    CrL-bLaCk-'s Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Location
    -
    Posts
    10,051
    Points
    15,892.40
    Thanks: 13 / 232 / 105

    Default

    Perang Salib



    Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Muslim dan awalnya diluncurkan sebagai respon atas permohonan dari Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox Timur untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia.

    Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama Abad ke 16 di wilayah diluar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran antara agama, ekonomi dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke 11 sampai dengan Abad ke 13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke 16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.

    Perang Salib Anak-anak bukan suatu kampanye militer akan tetapi suatu pergerakan rakyat di Perancis dan/atau Jerman yang kemungkinan besar dengan maksud untuk mencapai Tanah Suci untuk secara damai meng-Kristen-kan umat Islam disana.

    Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.



    Konteks Sejarah


    Kondisi Eropa Barat
    Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slav dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Kecuali pada saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad.

    Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standard maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang diancam oleh kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.

    Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antioch (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

    Situasi Timur Tengah
    Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem – yang berada jauh di Timur – sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslimlah yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Orthodox Timur.

    Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Suci (Church of The Holy Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

    Penyebab Langsung
    Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Pada tahun 1071, di Pertempuran Manzikert, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Muslim Seljuk dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat seldang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Orthodox Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem.

    Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada tahun 1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan Leon pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidak bersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting, dan kaum Kristen, yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang, amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur, mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

    Kondisi Sesudah Perang Salib Pertama
    Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Orthodox Timur. Kekerasan terhadap Kristen Orthodox ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.

    Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Acra jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Occitan (Perancis Selatan) yang berpaham Catharisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.

    Orde Ksatria Salib yang terakhir yang mempertahankan wilayah adalah orde Knights Hospitaller. Sesudah kejatuhan Acra yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

    Sumber : Wikipedia
    Last edited by CrL-bLaCk-; 02-02-08 at 17:44.
    • True love doesn't have a happy ending, because true love never ends •

  16. #15
    op3nk's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    Mars
    Posts
    120
    Points
    143.81
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Gini aja bos...
    Mengenai Perang salib neh....
    Klo di jelasin pake tulisan kadang2 suka gak mudeng...
    Mending ke tempat penyewaan DVD trus pinjem film " Kingdom of Heaven "

    Jelas dan mudah di cerna...
    Ada cewe caem nya juga lagi....
    ::jumpsmile::
    love in peace
    op3nk

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •