sebuah cerpen tanpa editan lebih lanjut (blm ada judul)
raka tertawa. "konyol sekali" pikir raka"aku masih bingung dengan orang2 yg betah jadi bawahan". tawa itu lantang.memenuhi ruangan kantor raka yang tidak luas tapi proporsional. si boy pun menoleh. untunglah cangkir kopi diatas nampan yang sedang ia bawa tidak terjatuh. "konyol sekali" pikir si boy "aku bingung dengan kelakuan orang2 kaya itu. mereka diatas. banyak duit. tapi masih suka merasa stress sampai sering ketawa-ketiwi sendiri".
ketika boy menutup pintu. raka tiba2 sibuk mengutak-ngatik hapenya.
"halo sayang! nanti pulang jam berapa?....oh..ok...ok.....beres......apa sih yg ngga buat kamu sayang.....pasti dong.......hahahahah....oh aku sudah tidak sabar........jam lima aku jemput yaa! bye xxx!"
ketika boy kembali membuka pintu. entah kenapa darah raka tiba2 naik.meluncur deras ke kepala. lalu ruangan kantor yang tidak luas tapi proporsional itu penuh dengan suara-suara lantang : "KAMU ! SOPAN SANTUNMU MANA? KETUK DULU ! BISA TIDAK?"boy biasa saja. teriakan seperti ini sudah menjadi pengganti sarapan dan makan siang yang tidak pernah dia dapatkan dari kantor. sebenarnya boy berhak untuk sarapan. juga makan siang. bahkan ongkos cleaning. jangan lupa tip harian. tapi semuanya butuh uang. dan uang yang mengalir di kantor, yang masuk dan yang keluar, semuanya butuh otorisasi dari manager keuangan yang tak lain adalah raka. dua puluh ribu perharinya.itu hanya dari si boy. belum lagi dari suparno. sang teknisi kantor. yang jatah bulanannya dipakai raka untuk makan malam bersama lusi di restoran ternama. suparno tak tahu menahu. "orang kecil hanya bisa pasrah,dapet segini sudah sukur"begitu pikir suparno.begitu pula si boy.walau makan harus keluar uang sendiri. yang dia ambil dari jatah hariannya dan langsung habis hari itu juga, si boy hanya pasrah. itulah yang membuat raka tertawa "hahaha. konyol sekali".
pintu masih terbuka. kepala si boy masih melongo disitu. pasrah.diam.melongo saja dimarahi oleh raka. latar belakang pendidikan dan keluarga sampai jadi bahan makian raka kepada si boy. itu semua karena si boy lupa ketuk pintu. namun tiba juga saat si boy untuk bicara. "anu pak, itu dibawah ada ibu"pelan suara si boy. perangai raka jadi berubah. 180 derajat dalam matematika. darah yang penuh dikepala sudah turun.si boy lega. akhirnya dia bisa melanjutkan lagi pekerjaannya yang masih menumpuk.
seperti biasanya lift hanya penuh pada saat sebelum dan seusai jam kerja. dan ini baru jam 2 siang. satu jam yang lalu istirahat baru saja selesai. karyawan sedang sibuk-sibuknya.jangankan karyawan seperti suparno atau si boy. para manager dan direkturpun sedang sibuk-sibuknya. hanya seorang yang tidak sibuk. perutnya buncit, kumisnya tebal,rambutnya masih hitam kelam.mungkin akibat terlalu banyak makan tetapi jarang berpikir.
dia tergopoh-gopoh. perutnya terlalu besar dan mengganggu keseimbangannya saat ia berjalan cepat. di kanan kirinya karyawan menunduk. entah takut. hormat. atau jijik. dia tidak peduli. dia masuk ke lift yang masih kosong itu.
baru kali ini saja dia berpikir keras. ketika teringat akan sesuatu yang membuat dia tidak tertidur semalaman. dia merasa ada yang tahu. ya. ada saksi mata yang melihat saat ia mengantongi dollar2 dari dalam brankas di sudut ruangan kasir. tapi bukan kasir yang ia takuti. toni itu sudah ia kenal luar dalam. begitupun sebaliknya. bukan juga akuntan. andi sudah lama kerja disitu. dan sudah lama pula andi menuruti semua kata-katanya. termasuk saat menghapus data uang makan,uang tips,uang transport cleaning service,office boy dan teknisi dari neraca akhir bulan. ada air yang menetes dari dahinya. bulu romanya berdiri.dia tahu siapa saksi itu.
"hai mba!"seorang wanita yang anggun menyapa tika.resepsionis wisma gumilar. "oh bapak raka sudah dikasih tau bu,sedang menuju kesini.duduk aja dulu bu"ujar tika.setelah berterimakasih, wanita itu kemudian duduk di lobby. "baru lima menit, itu wajar mungkin sedang banyak kerjaan". pikirnya. sepuluh menit. lima belas menit. jam tangan yang sudah dari tadi ia lihat mulai membuatnya bingung. tidak biasanya sang suami membuat dia menunggu lama.
"kyaaaaaaa" seorang wanita berteriak ketika lift itu baru saja terbuka di lantai dasar. tepat di samping lobby. tika masih sibuk dengan teleponnya.semua orang yang ada di lobby berlarian ke sumber teriakan. "astaga.."seorang security terlihat pucat saat melihat isi lift itu. ia segera sibuk dengan HT-nya. dan belasan orang lainnya hanya bisa terbengong-bengong saat melihat seorang pria dengan pisau dapur di perutnya. cuma dia satu-satunya penghuni lift itu. pria kurus itu makin terlihat kurus karena banyak darah yang keluar dari tubuhnya. orang yang awam ilmu forensikpun sudah tahu bahwa nyawa tidak lagi berdiam di tubuh penuh darah itu.
si boy sedang kebingungan. ia membantu yadi mencari sesuatu yang hilang dari pantry."lu taro dimana sih di?"teriak si boy.frustrasi."kaga tau boy, kaga pernah gw kemana-manain. disini-sini aja itu barang biasanya. disitu tuh ! selalu ditempatnya !"bela si yadi.
raka keluar dari lift barang. ia panik melihat kerumunan orang di dekat lobby.jantungnya berdetak kencang. baru kali ini dia terlibat langsung. dia bayar toni untuk menusuk saksi sial itu. toni kasir. mantan napi. dipanggil raka untuk kerja di kantornya supaya raka bisa leluasa mengantongi isi brankas. bapak anton sudah tua. matanya menderita silinder dan myopianya sudah -7. bapak anton percaya pada pandangannya. pandangan yang ia telah percayai selama puluhan tahun memegang jabatan manajer hrd di PT.gumilar sejahtera. sayangnya pandangan itu menua.luntur.tetapi bapak anton masih percaya diri dan merasa tidak perlu menelaah CV dari toni yang kebetulan baru keluar penjara karena penipuan.mengaku2 sebagai aparat polisi. badan toni yang tegap,suaranya yang tegas, membuatnya mudah memanipulasi orang lain. pak anton termasuk seseorang yang bisa dia manipulasi.jadilah toni.kasir. sobat kental raka sang manajer keuangan.
lima belas menit yang lalu raka keluar lift di lantai tiga. bagian komputerisasi. ia telpon sang saksi. yang dengan polosnya menggiring diri ke kandang pembantaian. raka memarahinya."KAMU INI KERJA APA? KABEL2 RUSAK SEMUA ! cepat perbaiki!!!"raka nyaring. "segera pak"sang saksi polos.
lift terbuka lebar di lantai tiga. raka menoleh. toni mengangguk. sang saksi masuk lift. toni ikut. sang saksi menekan tombol 6. toni diam.dia tahu lift pasti sepi.dia harus yakin.semua sudah terencana.semua lantai sedang sibuk.semua sudah diatur.dan dia sudah bawa pisau dari pantry.
suatu hari di Spanyol.
lusi dan raka sedang asik bercumbu. "kamu benar2 jago bikin kejutan. katanya mau jemput jam 5 dan dinner. tapi kamu sudah datang jam tiga dan sekarang kita sudah di madrid"lusi senang bukan kepalang.raka sibuk bergrilya diatas tubuh lusi.dan telepon genggam raka menghancurkan momment2 itu. andi my accounting's calling : "ya halo"raka segera menjawab.pasti penting.pikirnya.
"bos. toni tertangkap.sutarno tidak mati.dia bongkar segalanya segera setelah siuman"
"kenapa mas?"
"nggak"
"nih minum dulu biar tenang"
suatu hari di Spanyol.
seorang wanita muda dan cantik tersenyum.disampingnya berbaring seorang lelaki paruh baya. perutnya buncit, kumisnya tebal,rambutnya masih hitam kelam.mungkin akibat terlalu banyak makan tetapi jarang berpikir. wajahnya kebiruan. bibirnya pucat. ada buih-buih busa di sekitar mulutnya.
"lapor !"
"laporan diterima"
"misi sukses"bisik seorang wanita diseberang telepon.
pagi itu. Aburiza Raka sang mafia pajak,manajer keuangan yang korup,dan juga punya banyak anak perusahaan.tapi masih suka mengkorupsi "uang recehan". karena terlalu serakah. ia bahkan terang-terangan mengutil uang dari brankas di depan suparno.seorang agen kpk super yang menyamar jadi teknisi.yang sudah lama mencurigai raka. pangkatnya setara dengan lusi. namun lusi adalah agen polisi.
raka terbaring tanpa nyawa. setelah semalaman puas mencumbui seorang agen polisi yang menjalankan tugasnya dengan sangat rapi. "segelas kopi setelah peperangan semalam tak pernah mencurigakan."
NB :
hahaha pas gue baca lagi bener2 ga masuk akal loh.maklum gue cuma ngeluarin yg ada aja.tanpa di edit >.<"... jadi mohon maaf kalo tema en ceritanya bias. ngelantur parah. hahaha.
Share This Thread