Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 29
http://idgs.in/295105
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Bayang di Cermin Buram

    Uhuk... agak malu mengakuinya, tp idea utk cerita ini saya dapet di WC, wkwkwk... Yap, tanpa banyak kata, silahkan menikmati

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Bayang di Cermin Buram


    Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya.
    Merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru.
    Meletus balon hijau… DHUAR ! Hatiku sangat kacau.
    Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat.


    Pagi ini, seharusnya sama seperti pagi lainnya. Aku berangkat ke sekolah dengan terburu-buru, karena lagi-lagi aku terlambat bangun. Ibu memarahiku, dan minta agar aku mengubah kebiasaan burukku itu. Dengan setengah enggan, aku meng-iya-kan, lalu mengambil sepeda dan berangkat. Tidak ada yang aneh, semua berlangsung seperti pagi hari-hari sebelumnya.
    Tetapi…
    Ketika sedang melewati perempatan jalan yang ramai, tiba-tiba aku merasa sekelilingku menjadi sangat sunyi. Dan pada saat itulah, aku mendengar seseorang memanggilku dengan sebuah nama asing, “Rani…”
    Suara klakson yang memekakkan telinga, membuatku kembali tersadar; Aku sedang terbengong di atas sepedaku tepat di tengah-tengah perempatan jalan, dan sebuah mobil van dengan kecepatan tinggi sedang menuju tepat ke arahku ! Akibat terkejut, sekujur tubuhku terasa lemas, dan aku tidak dapat bergerak.
    “Seseorang, tolong… tolonglah aku !”

    Pada saat yang kritis, seseorang melompat dan mendorongku, “Awas, bahaya !”
    Tubuhku terguling dan kakiku menabrak lampu lalu lintas, sehingga terkilir. Walau demikian, aku selamat. Aku mendengar jeritan dari orang-orang di sekelilingku, dan ketika aku melihat tempatku tadi berada, aku melihat sebuah pemandangan yang mengerikan; Darah memenuhi seluruh jalan, dan tubuh orang yang tadi menolongku tergeletak di tengah jalan merenggang nyawa. Dengan tertatih-tatih aku mendekat, dan melihat bahwa orang itu masih hidup.
    “Tolong, panggil ambulans ! Dia.. dia masih hidup ! Cepatlah !”
    Maka pagi inipun menjadi berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, tetapi ini hanyalah suatu awal.

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Sepertinya cerita ini dah mayan lama ya, sy msh pakai format middle utk suara hati. Skr sy udah nggak pakai format tsb sih... BTW sedikit info, nama karakter utama adalah Rauny, bagi yg ingin tahu, fufufu... N ada yg tahu, kata2 apa di pembukaan cerita ini ? Fufufu.. Lagu 'Balonku'. All right reserved ke pengarangnya, saya cm minjem tuh lagu.

  2. Hot Ad
  3. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Mira, tolong sampaikan pada guru, aku tidak bisa datang ke sekolah, karena seseorang mengalami kecelakaan untuk menolongku ... Aku baik-baik saja, tetapi aku tidak bisa meninggalkan orang itu begitu saja khan ? ... Sekarang aku ada di Rumah Sakit Umum Pusat ... Iya, bye.”
    Aku memutuskan hubungan telepon selularku dengan Mira, teman sekelasku. Saat ini aku sedang duduk di bangku panjang di lorong Rumah Sakit Umum Pusat, tepat di depan kamar operasi tempat para dokter berusaha mempertahankan nyawa orang yang menolongku.
    “Aku selamat, tetapi sebagai gantiku, orang itu yang berada di ambang hidup dan mati.
    Tuhan, tolong, selamatkanlah penolongku itu.”
    Tiba-tiba lampu kamar operasi mati. Perasaanku langsung menjadi tegang. Ketika dokter keluar dari ruang itu, aku segera bangkit berdiri lalu bertanya, “Dokter, bagaimana keadaan orang itu ? Apakah ia selamat ?”
    Dokter memperhatikanku, lalu bertanya, “Apakah kamu kerabatnya ?”
    “Bukan, tetapi aku adalah.. orang yang telah diselamatkan olehnya. Tolong katakan padaku dokter, apakah dokter berhasil menolongnya ?”
    Dokter menarik nafas panjang, “Ia masih hidup, kalau itu maksudmu. Tetapi...”
    “Tetapi apa, dokter ?”, aku mulai merasa tidak sabar.
    “Tetapi, mungkin ia akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya.”
    Seketika itu pula, kakiku terasa lemas, dan aku jatuh berlutut. Lalu aku memegang bagian bawah jas dokter.
    “Dokter, apa benar ia akan lumpuh ? Apa dokter tidak bisa menyembuhkannya ? Apa tak ada cara agar ia bisa segera pulih ?!”, suaraku semakin meninggi akibat merasa putus asa.
    Dokter memandangku penuh rasa iba.
    “Aku bisa memahami perasaanmu. Aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkannya, tetapi maaf, aku tidak bisa menjanjikan apapun.”
    Setelah berkata demikian, dokter berjalan pergi meninggalkanku, yang masih berlutut sambil memandang ke arah pintu kamar dengan pandangan hampa.



    Hari sudah siang, dan jam dinding menunjukkan Pk 14.00 Pemuda yang telah menolongku itu telah dipindahkan ke kamar perawatan, dan aku terus mendampinginya. Aku memandang keluar jendela.
    “Saat ini, sekolah pasti telah bubar. Jika tidak ada kejadian ini, pasti aku sedang berjalan keluar sekolah bersama dengan Mira dan teman lainnya, sambil mengobrol dan tertawa.”
    Lalu aku menengok ke arah pemuda tersebut.
    “Mengapa ? Mengapa semua ini harus terjadi ?
    Apa yang dapat kulakukan untuk menolongnya ?”
    Tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang gadis manis dikuncir satu memakai seragam sekolah, berlari masuk sambil menjerit, “Kakak !”
    Ketika melihat kondisi pemuda tersebut, air matanya mulai mengalir.
    “Ini.. ini tidak mungkin khan ? Kak Victor khan orang paling kuat, semua ini sangat tidak sesuai untuk kakak !”
    Sambil menunduk aku berkata, “Maaf, karena demi menolongku, kakakmu jadi seperti ini. Maafkan aku.”
    Gadis itu berjalan mendekat.
    “Kamu ya ? Kamu yang telah menyebabkan Kak Victor menjadi seperti itu ?!”, tiba-tiba sebuah tamparan keras menghantam pipiku, “Aku takkan memaafkanmu ! Keluar, keluar dari kamar ini ! Aku tidak ingin melihatmu.”
    Aku tertegun sesaat karena terkejut, lalu aku bangkit dan keluar dari kamar itu. Sebelum menutup pintu, aku berkata, “Kuharap kakakmu segera pulih.”
    Aku terduduk lemas di ruang tunggu sambil menunduk.
    “Ia memang berhak marah dan membenciku.
    Selama ini aku selalu saja bersikap cuek dan tak acuh, serta menganggap enteng semua masalah.
    Apakah ini hukuman untukku ?”
    Tiba-tiba telepon selularku berdering. Rupanya Mira sudah berada di depan Rumah Sakit Umum Pusat. Ketika sampai di ruang tunggu, Mira bertanya, “Mengapa kamu ada disini ? Bukankah kamu bilang ingin mendampingi orang itu ?”
    “Tadi adiknya datang. Ia berkata bahwa ia tidak akan memaafkanku, lalu mengusirku keluar.”
    “Eeh ?! Tapi, itu khan bukan salahmu, itu kecelakaan ! Dia tidak bisa seenaknya menyalahkanmu begitu dong !”
    “Tidak, mungkin apa yang dikatakannya ada benarnya. Kecelakaan itu terjadi karena aku sedang melamun, jadi wajar jika ia menyalahkanku.”
    “Te.. tetapi...”
    “Mira, sudahlah. Aku akan tetap menunggunya, sampai ia sadar. Aku senang kamu datang, Mira.”
    Mira menghela nafas, lalu berkata, “Kalau begitu, aku akan beli makanan. Kamu belum makan siang khan ?”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Msh bagian pembukaan, lom masuk bagian utama, fufufu...
    Last edited by Rivanne; 23-06-10 at 21:40. Reason: Saya ksh jeda cukup jauh antar paragraph ya...

  4. #3
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    bagus2, opening nya keren, keep continue yah smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  5. #4
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Rani...”, suara itu kembali kudengar. Begitu sunyi dan kelam.
    Dimanakah ini ? Dan.. siapa yang memanggil itu ?
    “Rani... Rani...”, berulang-ulang suara itu bergema di kepalaku, sampai akhirnya, “Rauny ! Hey Rauny, sadarlah !”
    Tiba-tiba aku melihat Mira sedang memegang bahuku, dan mengguncangkan tubuhku dengan keras.
    “Eh.. Mi.. Mira, a.. apa yang terjadi.. padaku ?”
    “Justru seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu ! Dari tadi kamu diam saja, padahal sudah berulang kali kupanggil ! Aku sangat khawatir tahu ?!”
    “Ma.. maaf. Tadi setelah kamu pergi, tiba-tiba saja di sekelilingku terasa begitu sunyi. Aku tak dapat mendengar suara apapun juga, lalu kemudian segalanya menjadi gelap dan dingin.”
    Mira memukul kepalaku dengan lembut, “Kamu ini ! Jangan mimpi di siang hari seperti ini dong !”
    Aku langsung menggelengkan kepala dengan keras, “Tidak Mira, ini bukan mimpi ! Sebelum kecelakaan itu terjadi, aku juga mengalami hal ini ! Kurasa, ada hal yang aneh pada diriku.”
    Mira menatapku dalam-dalam, lalu akhirnya mengambil makanan yang ditaruhnya di bangku, dan memberikannya padaku.
    “Sudahlah, yang terpenting sekarang, kamu harus makan dulu.”
    “Mira, kamu.. nggak percaya padaku khan ?”
    Mira tersenyum sambil memandang ke arah langit-langit rumah sakit, “Memang benar, aku nggak mudah percaya pada hal-hal aneh seperti itu, tetapi aku yakin kamu tidak berbohong, Rauny.”
    Aku-pun ikut tersenyum, “Terima kasih.”



    Matahari sudah terbenam, sementara pemuda itu masih belum sadar.
    “Rauny, apa kamu masih berniat untuk terus menunggu hingga ia sadar ? Belum tentu ia sadar hari ini. Mungkin besok, lusa, minggu depan, bahkan tidak tertutup kemungkinan, ia tidak pernah sadar lagi.”
    Aku menunduk, “Aku tahu itu, Mira. Tetapi ia telah menolongku, menyelamatkan jiwaku ! Aku... pokoknya aku merasa, tidak bisa pergi meninggalkannya begitu saja !”
    Mira menghela nafas dengan kesal, “Terserahlah ! Tetapi maaf, aku tidak bisa terus menemanimu. Masih banyak hal lain yang lebih penting bagiku, daripada menunggu sesuatu yang tidak pasti !”
    Aku memandang ke arah Mira, lalu mengangguk.
    “Aku mengerti. Terima kasih.”
    Mira mengangkat bahu, lalu pergi. Menit demi menit terus berlalu, sementara rumah sakit semakin sepi. Kebanyakan para pengunjung sudah pulang. Akhirnya aku memberanikan diri, dan pergi lagi ke kamar tempat penyelamatku itu dirawat. Dari balik pintu, aku mendengar sebuah nyanyian, yang dinyanyikan oleh gadis berseragam sekolah tadi; Sebuah nyanyian anak-anak.
    “Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya.
    Merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru.
    Meletus balon hijau… DHUAR ! Hatiku sangat kacau.
    Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat.”
    Entah mengapa, ketika aku mendengar nyanyian tersebut, tiba-tiba timbul sebuah perasaan yang sangat hangat, dan aku merasa sangat rindu dengan lagu itu.
    “Kak Victor, dulu ketika aku masih kecil, aku sangat suka dengan lagu tersebut. Dan kakak selalu menyanyikannya untuk kami sebagai lagu pengantar tidur. Walau kadang merasa kesepian, tetapi lagu itu benar-benar menghibur kami berempat, karena kami sadar, masih ada orang yang memperhatikan kami.”, tiba-tiba terdengar isak tangis, “Maka dari itu Kak Victor, cepatlah sadar. Kalau kakak tidak ada, apa yang harus kulakukan ?!”
    Mendengar kata-kata gadis itu, aku termenung.
    “Bagi gadis itu, pemuda itu adalah segala-galanya. Dan.. aku telah menyebabkan dia kecelakaan.
    Oh Tuhan, apa yang telah kulakukan ?!”
    Tiba-tiba tasku terjatuh.
    “Siapa itu ?!”
    Aku membuka pintu, “Maaf, aku benar-benar minta maaf. Kakakmu pastilah orang yang sangat baik, dan aku.. telah menyebabkan ia kecelakaan.”
    “Mengapa kamu masih ada disini ?”
    “Aku tidak bisa pergi begitu saja ! Aku sadar, kejadian ini akibat kesalahanku. Maka dari itu, aku tidak bisa meninggalkannya ! Tolong, ijinkanlah aku menunggunya hingga sadar.”
    Gadis itu memandangku dalam-dalam, lalu akhirnya ia menghela nafas.
    “Seharusnya yang minta maaf itu aku. Kakakku kecelakaan bukan karena kesalahanmu; Ia hanya ingin menolongmu. Aku menyalahkanmu tadi, karena aku kebingungan. Maafkan aku.”
    Melihat gadis itu menunduk, aku merasa tidak enak.
    “E.. eh, tidak apa-apa kok. Kita sama-sama menunggu hingga kakakmu sadar ya ?”
    Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
    “Oh ya, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Aku Helen, dan nama kakakku adalah Kak Victor.”
    Aku menerima jabat tangan gadis itu, “Namaku Rauny, senang berkenalan denganmu.”
    Mendengar itu, Helen terkejut. Bola mata indahnya terbelalak.
    “Ra.. Rauny ? Namamu.. Rauny ? Itu.. mustahil !”

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Ada apa dengan nama 'Rauny' ? Fufufu... BTW kok ada 1 post yg hilang ya ? Di antara part 1 dan 2, kayaknya mustinya ada post lagi deh dr org laen, fufufu...

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Aku memandang Helen dengan pandangan bertanya. Tetapi kemudian Helen menggeleng.
    “Ya, itu tidak mungkin. Pasti hanya kebetulan saja.”
    “Memangnya ada apa ?”
    “Sebenarnya, sejak awal melihatmu, aku merasa kamu mirip dengan seseorang yang kukenal. Dan namanya juga sama, Rauny. Tetapi itu tidak mungkin.”
    “Kenapa tidak mungkin ?”
    “Karena...”, wajah Helen terlihat tegang sesaat, “Karena ia sudah meninggal ! Ya, ini pasti hanya kebetulan, tak mungkin ia hidup kembali.”
    Aku memperhatikan Helen sejenak, lalu berkata, “Helen, bisakah kamu menceritakan mengenai temanmu itu ?”
    “Eh, kenapa ?”
    Lalu aku berjalan menuju jendela.
    “Sejujurnya, aku tidak ingat masa laluku. Orang tuaku yang sekarang, menolongku ketika terjadi sebuah kebakaran hebat di bekas tempat tinggalku dulu. Karena terlalu shock, aku mengalami amnesia.”
    Helen terpana memandangku, lalu perlahan air matanya mulai mengalir di pipinya.
    “Kebakaran ? Kalau begitu, kamu benar-benar.. Rauny yang kukenal ?”
    Ia langsung memelukku, “Kamu tentunya tidak tahu, betapa inginnya aku bertemu lagi denganmu.”
    “Eh tu.. tunggu ! Sudah kubilang kalau aku sama sekali tidak ingat masa laluku, jadi belum tentu aku adalah Rauny yang kau kenal. Jadi tolong, ceritakanlah mengenai dia.”
    Helen menghapus air matanya, lalu mengangguk. Dan setelah duduk, ia-pun mulai bercerita...



    “Sejak kecil aku yatim piatu, karena orang tuaku mengalami kecelakaan. Itu sebabnya aku takut dan kebingungan, ketika mendengar Kak Victor mengalami kecelakaan. Dalam kesedihan akibat kehilangan kedua orang tuaku secara mendadak, Kak Victor hadir dalam hidupku. Ia adalah anak dari pemilik panti asuhan tempatku dan anak-anak lainnya dirawat. Berkat Kak Victor, keceriaanku kembali, dan aku mulai bisa mengerti makna hidup. Ia mengajarkan banyak hal kepada kami, dan menganggap kami sebagai adik-adiknya sendiri.”, lalu ia menengok ke arahku, “Rauny adalah teman dekatku di panti. Kehidupan di panti memang menyenangkan, tetapi semua itu tidak berlangsung lama. Pada suatu malam saat kami sedang tidur, tiba-tiba terjadi kebakaran. Kak Victor dan ayahnya mati-matian berusaha menyelamatkan kami. Tetapi ketika sedang menyelamatkan Rauny yang tertinggal, ayah Kak Victor terperangkap oleh api. Usaha Kak Victor untuk menolong mereka sia-sia, dan akhirnya mereka dianggap meninggal. Kehidupan kami setelah terjadinya kebakaran itu sangat sulit, dan akhirnya kami terpencar. Kak Victor sangat sedih, karena merasa tak mampu menggantikan ayahnya untuk merawat kami. Akhirnya hanya aku-lah satu-satunya orang yang masih berada di sisi Kak Victor.”
    “Apa penyebab kebakaran tersebut ?”
    Helen hanya mengangkat bahu, “Entahlah. Menurut polisi, akibat api lilin, tetapi mereka juga tidak yakin.”
    Lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah Victor yang sedang terbaring.
    “Apa aku benar-benar ‘Rauny’ yang dikenal oleh mereka ?
    Kalau benar, berarti sebenarnya aku adalah anak yatim piatu...”
    Tiba-tiba aku terkejut, karena melihat bibir Victor bergerak.
    “He.. Helen !”
    “Ada apa ?”
    “Kakakmu, dia.. sepertinya dia mulai sadar !”
    “Eh benarkah ?”, lalu Helen menengok ke arah Victor dan mengguncangkan tubuhnya, “Kak Victor, apakah benar kakak sudah sadar ? Tolong, jawablah kak !”
    Mendengar Helen, aku teringat akan kata-kata dokter.
    “Helen, tenang dulu ! Kondisi kakakmu bisa tambah parah kalau kamu mengguncangkannya seperti itu.”
    Helen tertegun sejenak.
    “Maaf, kamu benar.”, lalu Helen menggeleng, “Padahal Kak Victor selalu memperingatiku, agar jangan mudah terbawa emosi. Tetapi benarkah Kak Victor sudah sadar ?”
    “Entahlah. Tadi sepertinya bibirnya bergerak, seperti ingin mengucapkan sesuatu.”
    Helen tersenyum sambil menghenyakkan tubuhnya ke kursi, “Kalau begitu, kakak pasti segera pulih.”
    Aku terdiam, memperhatikan Helen. Akhirnya aku bertanya, “Helen, apakah kamu sudah berbicara dengan dokter ?”
    “Belum. Memangnya kenapa ?”
    “Menurut dokter, ada kemungkinan kakakmu..”, aku merasa berat untuk melanjutkan kalimatku, “..lumpuh seumur hidup.”
    Bola mata Helen terbelalak akibat terkejut.
    “A.. Apa ? Apa katamu ?”, Helen memandangku dengan bingung, seakan salah dengar, “Kamu.. bilang apa, Rauny ?”
    Aku tidak dapat menjawab, hanya menunduk.
    “Kak Victor.. akan lumpuh.. seumur hidup ?”, lalu gadis itu menggelengkan kepalanya keras-keras, “Tidak mungkin, aku tak percaya !”
    Helen bangkit berdiri dan kembali mengguncangkan tubuh Victor, “Kak Victor, kumohon sadarlah ! Tolong katakan padaku, kalau kakak tidak mungkin lumpuh ! KAK VICTOR !!”
    Lalu tubuh Helen-pun roboh; Ia jatuh pingsan.

  7. #6
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Tenanglah, ia cuma pingsan karena shock. Tak lama pasti akan sadar lagi.”
    Aku menghela nafas lega, lalu duduk di samping Helen. Saat ini kami berada di ruang dokter, dan Helen dibaringkan di sebuah bangku panjang.
    “Oh ya dokter, lalu bagaimana keadaan Kak Victor ?”
    “Victor ? Oh, maksudmu pemuda yang telah menolongmu itu ?”, lalu dokter menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, “Mungkin tadi kamu salah lihat. Ia masih belum sadar kok.”
    “Begitu ?”, aku menunduk dengan kecewa, “Padahal kuharap yang kulihat benar-benar nyata, tetapi ternyata hanya perasaanku saja.”
    Dokter memperhatikanku sejenak, lalu berkata, “Nona Rauny, sebaiknya Anda pulang. Kalau nanti pemuda itu sadar, kami akan segera memberi kabar pada Anda.”
    “Te.. tetapi...”
    “Anda tentunya tahu, orang yang mengalami koma tidak dapat diketahui kapan kesadarannya akan pulih. Dan tidak mungkin Anda terus menerus menunggunya khan ? Itu-pun jika kesadarannya pulih.”
    Walau kesal, aku sadar bahwa apa yang dikatakan oleh dokter memang benar. Akhirnya aku hanya bisa mengangguk.
    “Tetapi setidaknya, ijinkan aku berada disini sampai Helen sadar.”
    “Baiklah. Tetapi maaf, aku masih harus bertugas lagi. Tidak apa-apa khan, kalian kutinggal ?”
    “Tidak apa-apa kok. Terima kasih, dokter.”



    Setelah itu, dokter tersebut keluar ruangan. Di ruang itu, hanya tinggal aku bersama dengan Helen. Entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa sangat mengantuk. Perlahan mataku mulai terpejam...
    “Rani, mengapa kamu mencelakakanku ?”
    “Siapa ? Siapa yang bicara itu ?”
    “Padahal aku selalu menyayangimu. Mengapa ?!”
    “Aku tidak mengenalmu. Siapakah kamu ?”
    Tiba-tiba tubuhku terguncang dengan keras, “Rauny !”
    Ketika melihat sekelilingku, aku sangat terkejut. Saat ini aku berada di ambang jendela ruang dokter dan hendak melompat, sementara Helen menahan tubuhku dari belakang.
    “Rauny, apa kamu mau bunuh diri ?!”
    Mendengar kata-kata Helen, perlahan-lahan aku turun dari jendela, dan berpegangan pada sebuah meja yang terletak di dekat jendela. Sekujur tubuhku terasa lemas.
    “Kamu ini kenapa, Rauny ? Kamu tahu, tadi aku kaget sekali ketika sadar, melihatmu sudah hampir melompat keluar jendela !”
    Aku berusaha menenangkan hatiku dan mengatur nafasku.
    “Maaf Helen, tetapi sebenarnya, aku juga tidak sadar apa yang barusan kulakukan.”
    Helen tertegun, “Eh ? Apa maksudmu ?”
    Aku duduk di bangku tempat Helen tadi berbaring.
    “Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi yang pasti, ada sesuatu yang aneh dalam diriku. Kecelakaan tadi pagi juga kejadiannya mirip dengan yang barusan. Seperti ada seseorang.. yang terus menerus berbicara di dalam pikiranku.”
    Helen memandangku dengan takut, “He.. hey, kamu bercanda khan ? Aku paling tidak suka dengan hal-hal aneh seperti itu.”
    “Sayangnya, ini adalah kenyataan.”, lalu aku menarik nafas panjang, “Helen, terima kasih kamu telah menolongku. Dan maaf, kurasa lebih baik aku pulang ke rumah. Mungkin juga aku terlalu lelah, seperti kata dokter.”
    Helen mengangguk, “Kalau begitu, kita pulang sama-sama ya ?”
    “Eh, bukankah kamu hendak mendampingi kakakmu ?”
    “Setelah kupikir-pikir, Kak Victor tentunya tidak ingin aku terus menerus di sampingnya. Selain itu, besok aku juga harus pergi ke sekolah.”
    Aku-pun tersenyum.
    “Tetapi Rauny, aku tetap yakin Kak Victor bisa pulih ! Kak Victor sangat kuat, tidak mungkin lumpuh hanya akibat kecelakaan seperti ini !”
    “Ya, aku juga merasa demikian.”



    “Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya...”Perlahan aku membuka mataku. Di dalam kegelapan, terlihat bayangan seseorang yang sedang memangku kepalaku. Ia berkata dengan lembut, “Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Kembalilah tidur..”
    Mendengar kata-kata orang tersebut, entah mengapa perasaanku menjadi sangat tenang. Aku-pun kembali memejamkan mata, sementara orang itu melanjutkan lagi lagunya...
    “Merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru.
    Meletus balon hijau… DHUAR ! Hatiku sangat...”
    , perlahan nyanyian itu tidak terdengar lagi, karena aku semakin lelap.
    “Siapa orang itu ? Mengapa aku merasa sangat rindu pada nyanyian itu ?”
    Tiba-tiba aku merasakan panas yang teramat sangat dari dalam tubuhku; Seakan tubuhku terbakar. Aku ingin menjerit, tetapi tidak ada suara yang keluar. Dan di sekelilingku tiba-tiba muncullah api, sementara suara itu kembali terdengar, “Apa kamu kepanasan, Rani ? Dulu aku juga mengalami hal yang sama. Rasanya panas sekali, dan benar-benar menyakitkan ! Kenapa Rani, kenapa kamu melakukan ‘hal itu’ padaku ?!”
    Perlahan, terlihat sesosok tubuh berdiri di antara api yang menyala; Seperti seorang anak kecil. Aku berusaha melihat wajahnya, dan sangat terkejut ketika berhasil melihatnya. Anak itu adalah diriku, ketika masih kecil ! Dan, aku-pun terbangun.

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Mulai dari bagian ini, mulai memasuki inti cerita. Mengapakah Rauny selalu dipanggil dengan nama 'Rani' ? Apakah yang sebenarnya terjadi pada masa lalu Rauny ?

  8. #7

    Join Date
    Jun 2010
    Posts
    141
    Points
    145.30
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    panjang bngt ya

  9. #8
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Yaah... sebenarnya ini memang nggak cocok masuk cerpen sih, fufufu... Sori deh kalau kepanjangan ^^a

  10. #9
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    gan, ada kritik dari pembaca katanya formatnya dirapiin dan dikasi jarak antar paragrap

    katanya susa bacanya


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  11. #10
    Spectre's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    Surgaa
    Posts
    482
    Points
    134.00
    Thanks: 57 / 4

    Default

    itu panjang bner kak,,susa di mengerti lagi
    terlalu dempet bener

  12. #11
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    bagus2 aja kok ceritanya, justru klo terlalu pendek malah ga asik smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  13. #12
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Hmm... utk cerita yg 1 ini sih, memang salah saya nggak saya bagi per chapter ^^a Duuh, kayaknya memang kudu dirapiin ya ? Pdh sebenarnya aslinya sih dah di bagi per paragraph, tp pas di posting kemari, jd agak susah dirapiinnya ^^a Maaf, saya akan berusaha merapikannya deh.

    Hmm... anehnya walau nggak di-enter, tp pas sy kasih Italic ataupun middle, pasti dapet 1 spasi utk berikutnya. Sudah saya coba rapikan sebisanya, semoga lebih mudah dibaca. BTW makasih atas masukkannya, laen kali kalau sy buat cerita, pasti saya bagi per chapter deh, huhuhu...

    BTW format middle itu biasa saya pakai utk suara hati, tp sekarang sih udah nggak pake format itu lagi.

  14. #13
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    BTW, gimana dgn format 3 spasi antara ? Apa bisa lbh mudah membacanya ? Semoga bisa yaaa ^^

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Ketika hari sudah pagi, ibu terkejut melihatku sudah bangun.
    “Tumben sekali, pagi ini kamu tidak telat bangun, Rauny. Ada apa nih ?”
    Dengan menggerutu aku berkata, “Bukannya mama sendiri yang minta supaya aku nggak telat bangun lagi ? Kok sekarang ngomongnya gitu sich ?”
    Ibuku hanya tersenyum, “Memang iya, cuma tetap aja rasanya aneh. Tapi baguslah kalau kamu udah bisa bangun pagi.”
    “Iya, iya.”, lalu aku mengambil tas sambil berkata, “Aku pergi dulu, Ma !”
    Ketika sampai di persimpangan tempat terjadinya kecelakaan itu, aku meminggirkan sepedaku.
    “Gimana keadaan Kak Victor ya ? Apa sudah sadar ?”
    Untuk sesaat, aku teringat kembali ketika tubuhku tidak dapat bergerak, sementara mobil van itu melaju dengan kecepatan tinggi ke arahku.
    “Aku tidak tahu, apakah aku ‘Rauny’ yang dikenal oleh mereka atau tidak, tetapi aku tetap berhutang nyawa kepada Kak Victor. Aku ingin mengucapkan terima kasih, kalau ia sadar nanti.”
    Tiba-tiba aku merasa suatu perasaan aneh. Ketika melihat ke seberang jalan, terlihat seorang gadis sedang memperhatikanku; Yang benar-benar membuatku terkejut, wajah gadis itu sama denganku ! Ketika sadar bahwa aku melihatnya, ia segera memalingkan muka dan pergi. Tetapi aku sempat melihat bahwa sisi kiri wajahnya ada bekas luka terbakar. Aku berusaha mengejarnya, tetapi ia menghilang dengan cepat di antara orang-orang yang lalu lalang.
    “Gadis itu.. berwajah sama denganku. Tetapi ia bukan aku; Wajah kirinya terbakar.
    Siapa dia sebenarnya ?”



    “Begitulah. Bagaimana pendapatmu, Mira ?”
    Aku baru saja selesai menceritakan kejadian pagi tadi kepada Mira. Mira memandangku sambil bertanya, “Apa kamu punya kembaran ?”
    “Eh, kembaran ? Entahlah. Kamu khan tahu, kalau aku amnesia. Tetapi...”, Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu secara samar; Mengenai seorang gadis kecil yang selalu bersamaku, dan selalu memanggilku, “Rani...”
    “Rauny, hey Rauny, apa kamu baik-baik saja ? Kok kamu tiba-tiba bengong ?”
    “A.. ah, Mira ?”, lalu aku tersenyum, “Yah, mungkin juga dulu aku punya kembaran. Tadi tiba-tiba saja aku sedikit teringat sesuatu.”
    “Oh ya ? Baguslah kalau kamu mulai bisa mengingat masa lalumu.”
    Mendengar kata-kata Mira, aku hanya terdiam.
    “Mungkin memang bagus. Tetapi entah mengapa, aku selalu merasa... lebih baik jika aku tetap tidak ingat apapun mengenai masa laluku.”
    Tiba-tiba bel sekolah berdering.



    Ketika pulang sekolah, aku berencana untuk kembali mengunjungi Rumah Sakit Umum Pusat.
    “Rauny, tunggu !”
    Aku menengok; Ternyata Mira berlari menyusulku.
    “Apa kamu ingin menjenguk laki-laki itu lagi ?”
    “Iya. Kenapa ?”
    “Boleh khan aku menemanimu ? Kemarin kita hanya menunggu di luar, jadi aku tidak sempat melihat penolongmu itu. Juga, aku ingin bilang pada adiknya, kalau kamu sebenarnya tidak bersalah !”
    Aku tersenyum, “Terima kasih, Mira. Aku senang sekali kamu mau menemaniku.”
    Dan kami-pun bersama-sama pergi. Ketika kami masuk ke kamar tempat Victor dirawat, ternyata Helen sudah ada disana.
    “Helen, cepat sekali kamu datang.”
    “Oh, rupanya kamu Rauny.”
    “Keebtulan kali ini ada temanku yang ikut. Perkenalkan, ini...”, kata-kataku terputus, karena wajah Mira tampak terkejut melihat Helen.
    “Kamu.. Helen ?”, tanya Mira.
    Helen juga terkejut, “Mira ? Benarkah ini kamu ?”
    Aku hanya terdiam karena bingung.
    “Apa mereka sudah saling kenal ?”
    “Ini.. benar-benar keajaiban ! Tak kusangka, akibat kecelakaan ini, kita bisa berkumpul lagi.”
    Tiba-tiba Mira menyadari sesuatu, “Tu.. tunggu ! Kalau begitu, berarti yang kecelakaan itu...”
    Helen mengangguk dengan sedih, “Iya, yang mengalami kecelakaan itu Kak Victor.”
    Wajah Mira langsung berubah pucat. Ia segera melihat ke arah Victor yang sedang terbaring di ranjang.
    “Kak Victor, tak kusangka kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini.”
    Aku yang dari tadi hanya memperhatikan mereka, akhirnya memutuskan untuk membuka mulut.
    “Helen, apakah Mira juga sebenarnya.. anak dari panti asuhan milik ayah Kak Victor ?”
    Untuk sesaat, Helen memandangku dengan bingung. Lalu ia menarik nafas.
    “Oh ya aku lupa, kamu mengalami amnesia. Memang benar.”, lalu ia menengok ke arah Mira, “Tetapi Mira, kamu seharusnya membantu Rauny untuk mengingat kembali masa lalunya dong !”
    Mira memandang Helen dengan bingung, “Eh, apa maksudmu ?”
    “Rauny mengalami amnesia akibat kebakaran waktu itu.”
    Wajah Mira semakin tampak kebingungan, “A.. aku.. benar-benar tak mengerti maksudmu, Helen.”
    “Ya ampun, Mira ! Itu lho, kebakaran yang menghancurkan panti asuhan kita ! Padahal waktu itu, kupikir Rauny sudah meninggal di tengah kobaran api, tetapi untung dia masih selamat.”
    “Tu.. tunggu ! Rauny.. di tengah kobaran api ? Apa kamu tidak salah, Helen ?”
    Mendengar kata-kata Mira, giliran Helen yang bingung, “Eh ? Salah apanya ?!”
    “Bukankah yang waktu itu meninggal di tengah kobaran api adalah Rani ?”
    DEG ! Aku sangat terkejut ketika nama itu disebut oleh Mira. Tetapi sebelum ada yang kembali membuka mulut, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah ranjang. Sepertinya Victor sudah mulai sadar !
    “Kak Victor !”, Helen segera mendekat ke arah Victor.
    Lalu ia menengok ke arah Mira sambil berkata, “Nanti saja kita lanjutkan percakapan ini. Sekarang lebih baik kita memanggil dokter.”, lalu ia berpaling padaku, “Rauny, tolong jaga kakak ya ?”
    Aku mengangguk, dan mereka-pun berlari keluar kamar.

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Apa yg sebenarnya pernah terjadi di masa lalu ?

  15. #14
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Aku memandang ke arah Victor dengan setengah termenung.
    “Rani.. lagi-lagi aku mendengar nama itu. Siapa dia sebenarnya ?”
    Tiba-tiba mata Victor terbuka, dan ia melihat ke arahku. Bibirnya bergerak-gerak seakan hendak mengatakan sesuatu. Maka aku-pun mendekatkan telingaku ke bibirnya.
    “Ka..mu...”
    “Aku Rauny, orang yang telah kakak tolong.”
    Victor menggeleng dengan lemah, “Kamu.. Ra..ni...”
    Aku terkejut ketika mendengar nama itu lagi. Aku memperhatikan Victor selama beberapa saat, lalu mencoba mendekatkan telingaku ke bibirnya lagi.
    “Rani, mengapa kamu berusaha melupakan keberadaanku ?!”
    Kali ini aku terpekik dan melompat mundur; Suara itu bukanlah suara Victor, melainkan suara yang selalu kudengar dalam pikiranku. Dan ketika melihat ke arah ranjang, yang kulihat sedang terbaring di sana bukanlah Victor, melainkan gadis yang berwajah sama denganku, yang kulihat di jalan pagi tadi ! Dengan sisi kiri wajahnya bekas terbakar, gadis itu menatapku dengan sangat tajam; Seakan marah bercampur rasa sedih menjadi satu dalam tatapannya itu.
    “Siapa.. siapa kamu sebenarnya ?!”, suaraku berubah menjadi jeritan ketika menanyakan itu.
    Akhirnya aku berlari keluar kamar. Tepat ketika aku membuka pintu, aku menabrak seseorang, yang rupanya Helen yang baru kembali dari memanggil dokter.
    “Hey Rauny, ada apa ?”
    Aku memandang Helen sekilas, lalu beralih ke Mira. Untuk sesaat, aku kembali teringat kata-kata Mira, “Bukankah yang waktu itu meninggal di tengah kobaran api adalah Rani ?
    Aku menggelengkan kepala keras-keras, lalu berlari meninggalkan mereka.



    Keluar dari rumah sakit, aku terus saja berlari; Seakan ada sesuatu yang memaksa kakiku untuk terus berlari, walau aku tidak tahu pergi ke arah mana. Ketika berhenti, ternyata aku sudah berada di sebuah bekas gudang yang terbakar, yang terletak di sebuah tanah kosong yang luas.
    “Aneh ! Aku belum pernah datang ke sini, tetapi mengapa aku merasa mengetahui tempat ini ?
    Selain itu.. mengapa aku merasa sangat takut ?”
    Perlahan aku berjalan di antara reruntuhan gudang, sambil berusaha mencari sesuatu yang mungkin masih tersisa dari kebakaran. Semakin jauh aku melangkah, semakin keras getaran pada diriku.
    “Apa lebih baik aku pergi saja ? Tempat ini.. benar-benar menakutkan !”
    Baru saja aku berbalik hendak pergi, ketika tiba-tiba sebuah kilauan di antara puing-puing menarik perhatianku. Aku-pun mendekat, dan ternyata kilauan tersebut akibat pantulan cahaya dari sebuah liontin yang tergeletak di tanah. Ketika melihat liontin itu, tiba-tiba saja kepalaku terasa sakit luar biasa. Aku jatuh terduduk, lalu memegang kepalaku, dan berusaha untuk menahan rasa sakit itu. Setelah berhasil, aku kembali memandang liontin tersebut.
    “Liontin apakah itu ? Mengapa kepalaku tiba-tiba terasa sakit.. setelah melihatnya ?”
    Dengan tangan gemetar, aku mengambil liontin tersebut. Setelah memperhatikannya dari dekat, aku baru menyadari ternyata ada sebuah ukiran yang sangat indah yang menghias permukaan liontin itu; Ukiran seorang malaikat yang memegang tongkat, dengan sayap sebelah. Kemudian aku menyadari ada sebuah tuas kecil pada bagian pinggir liontin itu, dan aku menekannya. Liontin itu terbuka, dan pada bagian dalamnya, terdapat sebuah foto yang sangat kuno. Ketika melihat foto itu, aku sangat terkejut; Itu adalah foto diriku ketika masih kecil, bersama dengan seorang gadis kecil lain yang berwajah sama persis dengan diriku !

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Foto dari dua orang gadis kecil berwajah sama. Siapakah 'Rani' yang selalu disebut2 itu ???

  16. #15
    -FaLLenAngeL-'s Avatar
    Join Date
    Apr 2008
    Location
    di antara DoTA & Wanita
    Posts
    1,639
    Points
    0.34
    Thanks: 60 / 126 / 94

    Default

    jarak nya kk...jadi susah bacanya...
    masa gw baca balik lagi balik lagi

    play with pro and full respect
    -FallenAngeL-

    Quote Originally Posted by keithioapc
    If the tower hits you first, it isn't backdooring, it's self defense.

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •