Duuh, dapet PR utk gambar deh, wekekeke...
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6. Pos Penjaga
Hari menjelang malam, matahari perlahan sedang terbenam. Keadaan Kota Abkash menjadi kacau akibat peringatan tersebut. Dari tempatku berada, suara orang-orang yang menjadi panik terdengar jelas, dan sekilas aku menengok ke arah tengah kota.
“Ayo Joseph, cepatlah ! Kita harus segera pergi dari kota ini !”
Saat itu Orphiel telah berada di atas tembok sisi barat Abkash, dan sedang menjulurkan tangan untuk menarikku ke atas tembok.
“Sebenarnya aku khawatir akan nasib dua orang gadis yang telah menerima kami di kota ini.”
Orphiel berkata dengan tidak sabar, “Tenang, mereka pasti baik-baik saja ! Ingat, yang dicari oleh Behemoth adalah dirimu. Kalau kamu tetap disini, justru kamu akan membahayakan para penduduk kota !”
Benar juga. Behemoth kembali menyerang, karena aku balik ke Kota Abkash ini.
Aku mengangguk, lalu menjulurkan lenganku ke arah tangan Orphiel. Dengan sigap, Orphiel segera menarik tubuhku.
“Disana ada tangga batu, kita akan turun dari sana.”, Orphiel menunjuk ke sebuah tempat.
Dengan mengendap-endap, kami berjalan menyusuri bagian atas tembok barat tersebut. Dan ketika sampai di tangga batu yang dimaksud, aku dapat melihat sesosok bayangan raksasa yang berada di bagian utara Abkash; Walau rupa Behemoth tersebut tidak terlihat jelas, tapi aku dapat merasakan sepasang sinar yang seakan sedang mencari-cari sesuatu.
“Cepat turun, Joseph ! Jangan sampai Behemoth melihatmu !”
Tubuhku gemetar; Belum pernah aku merasa se-takut ini sebelumnya. Setelah menenangkan diri, aku-pun menuruni tangga batu menyusul Orphiel yang telah terlebih dahulu berada di bawah.
“Lalu Orphiel, kita akan pergi kemana ?”
Orphiel mengalihkan pandangannya ke arah barat, tempat matahari terbenam.
“Ada sebuah pos penjaga Kovachist, tak jauh dari Kota Abkash. Kurasa lebih baik kita kesana.”
Kami segera pergi meninggalkan Kota Abkash. Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba Orphiel berhenti mendadak, dan aku-pun menabraknya.
“Ke.. kenapa tiba-tiba berhenti ?”
Orphiel menunjuk ke arah dua mayat yang tergeletak, tak jauh dari tempat kami berdiri. Tubuh kedua mayat tersebut kering, seakan seluruh cairan tubuh mereka dihisap keluar.
“AKH ! A.. apa.. ini ?!”, aku-pun jatuh terduduk.
Orphiel memandang kedua mayat itu, lalu melihat ke arah lengannya yang terluka.
“Berarti, mereka-lah yang telah meminta pertolonganku. Tapi, siapa yang...”, tiba-tiba Orphiel menyadari sesuatu; Wajahnya menjadi tegang. Lalu ia menoleh ke arahku dengan tatapan tajam.
“Joseph, apa kamu bisa menceritakan mengenai temanmu itu ? Maksudku, teman yang telah membawamu balik ke masa lalu ini ?”
“Mengenai Selena ? Kenapa ?”
Orphiel memperhatikan sekeliling kami; Saat itu langit sudah gelap, dan angin bertiup kencang.
“Sebaiknya kita segera ke pos penjaga itu. Malam hari di tengah Gurun Kovac bisa sangat berbahaya.”
Orphiel berjalan dengan diikuti olehku. Tak lama kemudian, kami tiba di sebuah bangunan yang menyerupai kubah kecil, dengan hanya sebuah pintu dan jendela pengamat. Orphiel mengetuk pintu, tapi tanpa jawaban.
“Sepertinya, pos penjaga ini hanya didiami oleh kedua orang tadi.”, lalu Orphiel membuka pintu, “Ayo masuk.”
Walau sederhana, tapi di dalam pos penjaga itu terdapat barang-barang penting untuk bertahan hidup di padang pasir yang ganas; Beberapa kendi berisi air, dua kotak batu besar untuk makanan, dan juga di salah satu sudut, terdapat setumpuk jubah pelindung panas. Orphiel menghempaskan tubuhnya di sebuah tempat tidur kecil.
“Nah, sekarang katakan padaku, siapa sebenarnya temanmu yang bernama Selena itu ?”
Aku duduk di sebuah bangku, lalu bertanya balik, “Sebelumnya aku ingin tahu, kenapa kamu tertarik dengan Selena ?”
“Kedua mayat yang kita temukan tadi, terbunuh akibat sesuatu yang diluar kemampuan manusia. Pelakunya pasti bukan penduduk Abkash ataupun kaum Kovachist.”
“Ja.. jadi, kamu berpikir bahwa Selena-lah yang telah membunuh mereka ?! Nggak mungkin, itu nggak masuk akal !”
“Tenanglah, Joseph. Aku tidak ingin sembarangan menuduh, dari sebab itu aku ingin tahu, orang seperti apa temanmu itu.”
Aku terdiam sejenak, lalu sambil menarik nafas, aku-pun mulai menjelaskan mengenai Selena.
“Sejujurnya, aku juga tidak terlalu mengenalnya. Tapi kurasa, Selena bukan orang yang bisa melakukan perbuatan se-kejam itu. Aku berjumpa dengannya, ketika ia sedang mampir di desa tempatku berasal. Ia adalah seorang penghibur keliling, dengan cara memainkan kotak musiknya. Ketika aku sedang mendengar lagu dari kotak musiknya, tiba-tiba saja kami berada di jaman ini.”, tiba-tiba aku menyadari sesuatu, “Oh ya, lagu yang dimainkannya ketika itu, adalah lagu kuno Kaum Kovachist. Selena yang mengatakannya padaku.”
“Lagu kuno Kaum Kovachist ?”, Orphiel tampak terkejut mendengarnya, “Memang, lagu itu lagu yang seperti apa ?”
“Hmm... kalau nggak salah sih, seperti ini.”, lalu aku berusaha bersenandung, seperti yang biasa dilakukan oleh ibu.
Karena sering sekali mendengarnya, bahkan sekarang-pun aku merasa mendengar suara ibu yang sedang menyanyikannya dalam benakku.
Tiba-tiba Orphiel bangkit berdiri, “Lagu itu... Joseph, benarkah kamu kembali ke masa ini akibat mendengar lagu itu ?!”
“Be.. benar. Kenapa ?”
Tampak kemarahan di wajah Orphiel ketika menjawab, “Itu lagu yang diciptakan oleh Sang pengkhianat Eye of Death, untuk memuja Yullef ! Dan itu adalah lagu terkutuk bagi kami, Kaum Kovachist !”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oops... lagunya ternyata... berbahaya... fufufu...
Share This Thread