Kenapa tidak boleh bersedih? Bukankah bersedih itu manusiawi?
Bersedih karena materi akan membuat kita mengalami depresi. Robert E. Lane dalam The Loss of Happiness in Market Democracies menyatakan, “… untuk dapat dikatakan depresi, anda harus memiliki paling tidak 4 gejala dibawah ini yang berlangsung hampir setiap hari, selama paling tidak dua minggu:
Selera makan hilang atau kehilangan berat yang sangat berarti (dalam keadaan tidak diet);
Susah tidur (insomnia) dan hipertensi;
Gerakan yang melambat (agitasi psikomotor);
Kehilangan minat atau rasa senang pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan;
Kehilangan tenaga, kelelahan;
Merasa tidak berharga, menyalahkan diri, atau merasa bersalah yang berlebihan;
Menggerutu atau menunjukkan hilangnya kemampuan berpikir sehingga sulit mengambil simpulan;
Selalu muncul pikiran tentang kematian, bunuh diri, ingin segera mati.
Bersedih merupakan hal yang dilarang Allah melalui firman,
Daniel Goleman menulis, “Pada sebagian negara kaya kemungkinan orang yang lahir pada 1955 untuk menderita depresi besar—bukan hanya kesedihan, tetapi kesepian yang melumpuhkan, kehilangan semangat, kehilangan harga diri, ditambah perasaan tidak berdaya yang luar biasa—pada satu titik kehidupan lebih dari tiga kali lebih besar daripada generasi kakek mereka.” Dengan merujuk data yang sama, Martin Selibman, tokoh psikologi positif, berkomentar, “Kita sekarang ini berada di tengah-tengah wabah depresi, wabah dengan akibat bunuh diri yang menyebabkan kematian sama banyaknya dengan kematian karena AIDS dan lebih menyebar. Depresi yang parah sepuluh kali lebih banyak terjadi sekarang ini daripada 50 tahun yang lalu. Depresi menyerang perempuan dua kali lebih sering dari lelaki dan sekarang menyerang 10 tahun lebih muda daripada generasi sebelumnya.”
Sikap sedih akan memadamkan bara harapan, mematikan ruh cita-cita, dan membekukan semangat jiwa. Kesedihan tak ubahnya seperti demam yang melumpuhkan kehidupan umat Islam. Kesedihan bahkan seperti barikade yang tidak mudah untuk dilalui dan menghalangi setiap pergerakan menuju kebahagiaan. Bahkan kesedihan merupakan situasi yang paling disukai ***** karena melalui kesedihan, ***** menurunkan keyakinan hati manusia akan keadilan dan kasih sayang Allah.
Seorang muslim diperintahkan untuk mengusir kesedihan, tidak boleh menyerah, serta harus membuang jauh-jauh, menolak, melawan dan mengalahkan kesedihan. Bahkan Nabi sendiri pernah memohon agar dihindarkan kesedihan melalui doanya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan.”
Untuk itu, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mendatangkan kebahagiaan dan menciptakan kehidupan yang melapangkan dada. Kita harus memohon kehidupan yang baik, penghidupan yang memuaskan, pikiran yang jernih, dan kelapangan dada. Karena itu, seorang ulama pernah menyatakan, “Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga. Barang siapa yang belum memasukinya, ia belum dapat memasuki surga di akhirat.”
Share This Thread