Suatu hari, ada seorang ayah yang hidup bersama anaknya, sang ayah sangat memanjakan anaknya itu. Mereka hidup sangat sederhana, tapi karena tuntutan zaman, sang anak menjadi memiliki banyak kemauan. Suatu ketika, sang anak ingin sekali memiliki sebuah sepeda. Sang ayah menuruti kemauan sang anak dan menjanjikannya akan membelikan dalam waktu 3 hari. 3 hari kemudian sang anak menagih janjinya kepada sang ayah, kemudian sang anak kecewa karena ternyata sang ayah belum membelikannya sepeda. Kemudian sang ayah menjanjikannya 3 hari kemudian, namun dia masih belum mampu membelikannya sepeda dan menjanjikannya lagi 3 hari kemudian. Dihari ke-9 sang ayah belum juga membelikannya sepeda, betapa kecewanya anak itu karena sosok orang yang dianggap paling bisa mengerti tidak bisa memenuhi keinginannya dan mengingkari janji sampai 3 kali, kemudian dia langsung melarikan diri dari rumah dan sang ayah langsung mengejarnya. Ketika sedang berlari, sang anak terjatuh dan sang ayah mengulurkan tanganya untuk menolongnya, namun sang anak menolak uluran tangan sang ayah. Karena kesal, akhirnya sang ayah marah kepadanya untuk yang pertama kalinya. "Kenapa kamu seperti itu?" kata sang ayah, tapi sang anak diam saja dan memalingkan muka dari sang ayah. Lalu sang ayah bertanya untuk yang kedua kalinya, "Kenapa kamu seperti itu?", tetapi sang anak hanya diam saja, akhirnya ayahnya bertanya untuk ketiga kalinnya "Kenapa kamu seperti itu?!" dan sang anak tetap saja diam, kemudian sang ayah merubah posisinya dan duduk di depan sang anak sambil berkata "Kenapa kamu seperti itu? kamu bukan lagi anak kecil yang harus disuapin untuk makan, kamu bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun untuk berjalan, tak bisakah kamu mengungkapkan isi hatimu untuk ayah mengerti?" akhirnya sang anak pun berbicara "Saya memang bukan anak kecil lagi, tapi tak bisakah ayah mengerti rasa kecewa saya terhadap ayah?", kata sang ayah "Nak, kita bukan keluarga kaya yang bisa memiliki semua keinginan kita, kita keluarga sederhana yang harus berusaha keras untuk memilki apa yang kita inginkan", kata sang anak "Iya, saya mengerti, tapi tak harus ingkar janji bukan?", kata sang ayah "Iya itu salah ayah, ayah minta maaf", kata sang anak "Saya tidak bisa memaafkan ayah", kemudian sang ayah mengeluarkan sebuah kertas putih polos dan menunjukannya kepada sang anak "Apa yang kamu lihat?" sang anak menjawab "Sebuah kertas puti polos" lalu sang ayah mengambil sebuah pena dan memberi tanda titik ditengah-tengah kertas itu dan bertanya sekali lagi "Apa yang kamu lihat?", kemudian sang anak menjawab "Sebuah titik hitam" dan sang ayah berkata "Kenapa kamu hanya bisa melihat sebuah titik hitam pada hal masih banyak warna putih polos pada kertas ini, kenapa kamu hanya bisa melihat setitik kesalahan ayah pada hal masih banyak kebaikan dari diri ayah?" kemudian sang ayah meninggalkannya pulang bersama kertas tadi.
(from my blog)
Share This Thread