Tapi suaranya tak terekam dalam
pikiranku. Rasanya seakan semua
perasaanku terbakar habis, seakan
aku terjatuh kedalam jurang tak
berdasar, ditelan keputusasaan.
Aku tidak lagi mempunyai alasan
untuk melakukan apapun.
Entah itu bertarung dalam dunia ini,
kembali ke dunia nyata, atau
bahkan terus menjalani hidup,
semuanya telah kehilangan makna.
Seharusnya dulu aku bunuh diri
saat ketidakmampuanku dan
kelemahanku mengakibatkan
kematian teman-teman seguild.
Jika aku melakukannya, maka aku
takkan pernah bertemu Asuna,
maupun melakukan kesalahan yang
sama lagi.
Mencegah Asuna bunuh diri—Betapa
bodoh dan cerobohnya perkataan
itu. Aku tak mengerti apapun sama-
sekali. Dengan begitu saja---
dengan hatiku yang penuh
kehampaan, bagaimana mungkin
aku bisa terus hidup...
Aku menatap rapier Asuna dengan
hampa, sinarnya masih terpancar
meski terbaring di tanah. Aku
mencapainya dengan tangan kiriku
dan menggenggamnya.
Aku berusaha mencari sebekas
keberadaan Asuna di senjata tipis
dan gesit itu, tapi tidak ada apa-
apa. Tak ada yang tertinggal di
permukaan menyilaukan tak
berwajah yang bisa jadi tanda
keberadaan pemiliknya. Dengan
pedangku di tangan kanan dan
pedang Asuna di tangan kiri, aku
perlahan bangkit. Tiada yang aku
pedulikan lagi. Aku hanya ingin
pergi mencarinya berbekal kenangan
waktu singkat yang kami bagi
bersama.
Share This Thread