Kitab ini berisi dua puluh tiga BAB yang disebut KROMOSOM
Tiap bab berisi beberapa ribu CERITA yang disebut GEN
Tiap cerita tersusun dari PARAGRAF PARAGRAF yang disebut EKSON, yang diselang-seling dengan iklan yang disebut INTRON
Tiap paragraf terbentuk dari kata-kata yang disebut KODON
Tiap kata ditulis dalam HURUF-HURUF yang disebut BASA
Kalau kita melihat kembali ke masa jauh sebelum sekarang, genome nampaknya adalah sesuatu yang tidak bisa mati (immortal). Dengan mata rantai yang tidak pernah terputus, penghubung antara gen kita yang pertama muncul di bumi dahulu dengan gengen kita yang sekarang masih aktif dalam tubuh kita. Ini adalah mata rantai yang tak terputus yang panjangnya mencapai lima puluh milyar kali terjadi penyalinan selama kurun waktu empat milyar tahun. Tidak ada yang terputus atau mengalami kesalahan fatal sepanjang rantai itu. Meskipun begitu, keabadian dia masa lampau, tidak menjamin keabadian di masa datang. Gen gen yang aktif dalam diri kita saat ini sudah pasti merupakan warisan dari leluhur-leluhur kita, tapi belum tentu setiap kita akan bisa mewariskan
gen gen kita kepada generasi-generasi setelah kita.
Bahkan andaikata manusia bisa bertahan hidup hingga sejuta tahun lagi, banyak diantara yang hidup sekarang ini tidak menyumbangkan gen sama sekali kepada mereka yang hidup satu juta tahun mendatang,
bisa saja garis keturunan mereka terputus
karena tidak menghasilkan keturunan. Dan
seandainya spesies manusia gagal bertahan
hidup -pada umumnya spesies hanya
mampu bertahan sekitar sepuluh juta tahun
dan kebanyakan tidak mempunyai satu pun
penerus dalam wujud spesies baru-, tidak
ada diantara kita yang hidup sekarang ini
akan menyumbangkan sesuatu yang bersifat
genetik bagi masa depan. Meskipun begitu,
selama bumi masih ada dalam kondisi seperti
sekarang ini, akan ada makhluk, entah
dimana, yang akan menjadi leluhur spesies
masa mendatang. Dan rantai keabadian
akan berlanjut.
Kalau genom abadi, mengapa tubuh kita bisa
mati? Fotokopi terus menerus selama empat
milyar tahun tidak menumpulkan pesan
dalam gen-gen kita (antara lain karena wujudnya
digital), tapi mengapa kulit manusia
berangsur-angsur kehilangan elastisitas seiring
dengan pertambahan usia? Tidak perlu
lebih dari lima puluh kali penggandaan sel
dari satu sel telur untuk membuat suatu tubuh
manusia lengkap. Dan diperlukan beberapa
rarus kali pembelahan lagi untuk
menjaga kondisi tetap prima. Pada mulanya
telur yang sudah dibuahi membelah menjadi
dua sel, kemudian tiap anak sel membelah
lagi, dan terus seperti itu. Dan hanya dalam
empat puluh tujuh penggandaan, tubuh
yang terbentuk sudah mempunyai lebih dari
100 trilyun sel.
Karena sebagian sel sejak dini berhenti
menggandakan diri sedangkan sebagian
yang lain terus, banyak jaringan yang dibentuk
oleh lebih dari lima puluh penggandaan,
dan karena sebagian jaringan terus memperbaiki
diri seumur hidup, garis turunan selsel
tertentu bisa mengalami penggandaan
beberapa ratus kali selama hidup (seperti
kulit dan mukosa pencernakan). Ini berarti
kromosom-kromosom mereka telah di-
‘fotokopi’ beberapa ratus kali, sebetulnya ini
merupakan angka yang cukup wajar untuk
membawa bias pesan-pesan yang mereka
bawa. Namun demikian, ternyata lima puluh
milyar kali penggandaan sejak awal keFREEDOM
INSTITUTE
/ 3 /
hidupan di bumi ini tidak mengaburkan gen
yang kita warisi, hingga sekarang, semuanya
tertulis dengan akurat. Dimana letak perbedaan
dan rahasianya?
Sebagian jawabannya ada pada kromosom
kita nomer 14, dalam sebuah gen yang disebut
sebagai TEP1. Produk TEP1 adalah sejenis
protein yang merupakan bagian dari sebuah
mesin biokimia kecil paling istimewa,
yang disebut telomerase. Ketiadaan telomerase,
gampangnya, menyebabkan penuaan.
Sebaliknya kebanyakan telomerase menjadikan
sel-sel tertentu tidak bisa mati!
Awal dari pengetahuan ini bermula dari sebuah
pengamatan tak terduga di tahun 1972
oleh James Watson, seorang penemu rangkaian
untaian DNA. Watson menemukan
bahwa mesin-mesin biokimia yang menyalin
DNA, disebut polimerase, tidak dapat mulai
bekerja dari ujung paling depan sebuah untaian
DNA. Polimerase baru mulai bekerja
setelah beberapa ‘kata’ terdepan dalam teks
melewati mereka. Akibatnya teks akan menjadi
sedikit lebih pendek setiap mengalami
penggandaan. Bayangkan saja kalau ada sebuah
mesin fotokopi yang menhasilkan kopian
sempurna sebuah teks tapi selalu memulai
dari baris kedua di tiap halaman dan
berakhir di baris kedua dari belakang. Untuk
mengatasi kelakuan mesin yang nyleneh ini
adalah memulai dan mengakhiri tiap halaman
dengan satu baris kalimat tanpa makna
yang bisa dibuang tanpa mengganggu arti
teks keseluruhan. Cara inilah yang diperbuat
oleh kromosom kita.
Setiap kromosom kita tidak lain adalah sebuah
molekul DNA raksasa yang panjang dan
membentuk spiral yang rapat. Seluruh molekul
ini dapat disalin kecuali bagian yang tepat
pada kedua ujungnya. Maka pada ujung kromosom
kita selalu ada sepenggal teks berisi
pengulangan kata tak bermakna, ada ‘kata’
TTAGGG yang berulang sampai sekitar dua
ribu kali. Pengulangan teks tanpa makna di
kedua ujung ini disebut sebagai telomer. Kehadiran
telomer ini memungkinkan mesin
penyalin DNA mulai bekerja tanpa kehilangan
pesan utuh dalam sebuah teks. Seperti
lilitan plastik kecil yang membungkus ujung
tali sepatu, penggalan teks tanpa makna ini
berfungsi mencegah kromososm kehilangan
informasi dari kedua ujungnya
Akan tetapi setiap kali kromosom kita difotokopi,
sebagian kecil telomer tertinggal. Sesudah
sekiar ratus kali disalin, bagian ujung
kromosom menjadi begitu pendek sehingga
gen-gen penting di dekat ujung berpeluang
tidak tersalin. Dalam tubuh kita telomer
memendek dengan kecepatan sekitar tiga
puluh satu huruf pertahun (dibeberapa jaringan
bisa lebih). Itu sebabnya sel-sel menjadi
tua dan kemudian mati setelah mencapai
usia tertentu. Ini juga sebabnya tubuh
kita bertambah tua. Pada seorang berusia
delapan puluh tahun, telomer rata-rata
berkisar lima per delapan panjang sewaktu
si empunya dilahirkan.
Penyebab gen-gen tidak sampai tertinggal
dalam telur dan ****** (yang menjadi leluhur
langsung generasi berikutnya), adalah
kehadiran telomerase, yang bertugas memperbaiki
ujung-ujung kromosom yang terkoyak,
memperpanjang kembali telomer.
Telomerase ditemukan pada tahun 1984
oleh Carol Greider dan Elizabeth Blackburn.
Dalam konteks ini, patut diperhatikan bahwa
‘frase’ TTAGGG yang berulang beberapa
ribukali dalam tiap telomer, tepat sama seperti
dalam telomer semua mamalia. Bukan
hanya itu. Sesungguhnyalah, frase itu sama
pada hampir semua hewan, bahkan pada
prtozoa, juga pada jamur. Dan dalam tumbuhan
frase yang sama mempunyai tambahan
sebuah T dibagian awal, menjadi: TTTAGGG.
Kemiripan ini terlalu dekat untuk
disebut sebagai sebuah peristiwa kebetulan.
Hampir bisa dipastikan telomerase sudah
ada sejak awal kehidupan, dan telah mengRYU
HASAN / MERAYAKAN KEKEKALAN MANUSIA
/ 4 /
gunakan RNA template yang hampir sama
untuk semua turuna. Pada awalnya, mesin
telomerase lengkap yang pertama kali berhasil
diisolasi adalah bukan dari manusia
tapi dari protozoa ciliata –makhluk mikroskopis
sok sibuk yang berkeliaran kesana
kemari- yang memiliki frase pengulangan
sedikit beda pada telomer mereka, biasanya
TTTTGGGG atau TTGGGG. Tapi sekarang
kita makin tahu secara pasti protein apa saja
yang diperlukan untuk membuat telomerase
manusia. Dulu sebagian orang menyebut
telomerase sebagai ‘enzim yang hanya mitos’
karena sulitnya menemukan dalam sel-sel
manusia.
Kemudian, melalui pencarian tiada henti,
sekelompok ilmuwan Kanada menemukan
gen tikus yang mirip dengan salah satu gen
ciliata, dan selanjutnya mereka dapat dengancepat
menemukan sebuah gen manusia
yang paling cocok dengan gen tikus tersebut.
Selanjutnya sekelompok ilmuwan di Jepang
memetakan gen itu pada kromosom 14 kita,
gen itu membuat protein yang diberi nama
‘keren’, yaitu telomerase-associated protein
1, atau TEP1. Tapi bukan protein ini yang
menjadi tokoh yang sesungguhnya yang berperan
dalam proses transkripsi balik, tapi
protein TEP2 yang berada pada kromosom
yang sama. Tidak berlebihan kalau kromosom
kita nomer 14 ini disebut sebagai krmosom
pembawa peluang kebadian manusia.
Beberapa tim riset di seluruh dunia sekarang
berlomba mencari protein-protein atau gengen
yang lain yang bisa lebih dahsyat membalik
proses menua sel-sel kita.
Yang sangat menggembirakan, penemuan
gen-gen telomerase ini semakin mendekatkan
upaya kita dalam menemukan ‘gen-gen
awet muda’. Telomerase nampaknya berperilaku
seperti obat hidup abadi bagi sel-sel
kita. Geron Corporation, sebuah perusahaan
yang berkiprah paling awal dalam penelitian
telomerase, disirikan oleh ilmuwan yang
pertamakali menunjukkan bahwa telomerase
mengalami penyusutan dalam pembelahan
sel-sel, yaitu Cal Harley. Nama geron
memdadak mencuat sebagai judul utama
pemberitaan di bulan agustus 1977 berkat
keberhasilannya membuat klon dari sebagian
telomerase. Nilai saham perusahaan itu
melonjak dua kali lipat dalam seketika, baik
dengan harapan bahwa temuan itu berpeluang
mengantar kepada penemuan obat awet
muda maupun harapa untuk membuat obat
anti kanker.
Sekarang, Geron bukanlah satu-satunya
perusahaan yang berusaha mengekalkan
sel-sel dengan menggunakan telomerase.
Dalam berbagai riset, ilmuwan mengambil
dua macam sel yang ditumbuhkan di laboratorium,
yang keduanya mengalami kekurangan
telomerase alami, kemudian ilmuwanilmuwan
itu menambahkan sebuah gen
pembuat telomerase.sel-sel terus membelah,
lincah dan awet muda, jauh melewati batas
ketika seharusnya sel-sel itu sudah tua dan
mati. Sel-sel yang telah diberi telomerase itu
telah melewati umur harapan mereka dengan
lebih dari dua puluh kali penggandaan,
dan sel-sel itu belum menunjukan tandatanda
perlambatan. Mereka adalah sel-sel
yang tetap menjadi remaja diusia yang seharusnya
mereka sudah tinggal sejarah. Di
penghujung awal dekade ke dua abad ke 21
ini, beberapa tim peneliti di Jepang, Australia
dan Amerika memberi isyarat bahwa
mereka telah mampu memperpanjang usia
sel hingga dua belas kali usia rata-rata. Hasil
penemuan mereka akan segera dirilis di
journal ilmu pengetahuan.
Artinya, bila hal ini diterapkan kepada manusia,
maka kita mempunyai kesempatan
untuk hidup lebih dari seribu tahun, dan
tetap dalam keadaan remaja. Nah, tentu hal
ini akan memberi dampak sosial-budaya
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Tapi
seperti biasanya, ilmuwan tidak terlalu merisaukan
hal ini. Jalan keluarnya akan dicari
nanti
Share This Thread