Part Me
Ini adalah cerita terpendam saya, cerita lama, yang bikin hidup saya pada sisi terbaik dan sisi terburuk. Dan saya harap ini adalah perasaan terakhir saya kepadanya...
Saya mengenal dia pada saat dia berumur 15 tahun, masih remaja, atau masih anak-anak. Jadi pada tulisan ini saya memanggil dia dengan 15. Tapi dimata saya dia lebih sedikit dewasa ketika itu. Awalnya saya tidak ada perasaan ke 15 sama sekali. Tetapi ketika seseorang teman saya dengan sangat antusias menceritakan dia kepada saya, bahwa dia sangat suka kepada 15. Owh, tidak apa-apa. Saya toh gak kenal dengan 15, biarkan dia (rahmad) mendekatinya. Hari-hari kemudian berlalu, ketika itu salah satu guru Matematika saya meminta mengajar tambahan untuk adik kelas pada waktu SMA, saya bersedia, dibantu dengan dua orang teman saya yang juga pintar matematika.
Pada waktu itu saya adalah calm boy, pendiam, acak-acakan, dan kampungan. Tidak ada sebenarnya yang saya banggakan. Peringkat kelas??tidak sama sekali, sejak saya sekolah di Boarding School ini, harapan untuk peringkat kelas pudar sudah. Walaupun saya jadi bintang di kampung, tapi disini! saya tidak ada apa-apanya, ini adalah pikiran awal ketika saya lulus test penerimaan siswa baru di Boarding School ini. Apa yang bakal saya lakukan untuk membuat senang orang tua saya. Entah bagaimana ketika itu saya berpikiran untuk memokuskan diri mempelajari Ilmu Hitung yaitu Fisika dan Matematika. Dan seiring hari saya telah memokuskan belajar untuk hal tersebut. Saya mengenyampingkan semua pelajaran selain Matematika dan Fisika. Ketika belajar Kewarganegaraan saya belajar matematika, begitupun juga saya sering menggunakan waktu pelajaran lain untuk belajar matematika dan fisika.
Mungin anda juga merasakan, ketika duduk dibangku kelas 1 SMA, tingkat kepercayaan diri kita sangat kurang, begitu juga dengan saya. Saya tidak percaya diri sama sekali soal penampilan. Makanya saya tidak ada melakukan hal-hal untuk mendekati cewek. Perasaan minder dan pemalu adalah penyebab saya untuk tidak melakukan itu. Jadi sewaktu kelas 1 SMA saya telah memfokuskan diri untuk belajar ilmu eksak. Hingga pernah menjuarain suatu lomba mata pelajaran eksak itu.
Kelas 2 SMA, ini adalah awal dari kebangkitan saya untuk dekat dengan cewek, ini bermula ketika saya adalah peringkat awal ketika babak pertama atau babak penyisihan pada salah satu lomba mata pelajaran. Saya tidak juara pada waktu itu. Saya hanya finalis, tetapi entah bagaimana ceritanya saya adalah idola panitia cewek pada waktu itu. Bermula seseorang yang meminta foto dengan saya, kemudian berbondong-bondong beberapa orang cewek untuk berfoto dengan saya. Saya yang calm boy, pendiam, dan minder menjadi gemetaran, menggigil dan gugup ketika hal itu terjadi. Kata teman saya juga, wajah saya merah. Penyesalan dan kebangkitan untuk tidak minder terjadi karena itu, saya merasa menyesal tidak meminta nomer HP salah satu cewek yang berfoto dengan saya pada waktu itu. Semenjak itu saya mulai meraih ke-PD-an diri sedikit demi sedikit.
Kelas 3, adalah cerita yang complicated, sebenarnya saya juga pernah kagum pada salah seorang cewek kelas 2, tapi saya tau dia gak mungkin pacaran, soalnya dia adalah seorang akhwat, yang ketika bersalaman saja dia tidak mau.
(bersambung)
Share This Thread