10. Dua Dunia
Ketika Penyihir kembali ke ‘The Gate’, ternyata sudah ada yang menunggunya di tempat itu.
“Rasanya benar-benar sulit, ketika menemui diriku yang dulu; Yang bodoh dan jatuh cinta kepada Anda, Nona Penyihir.”
Penyihir terkejut, melihat kakek tua itu telah duduk di salah satu bangku.
“Jadi, akhirnya Anda memutuskan untuk datang kembali ke tempat ini. Apakah perubahan ini ada hubungannya dengan Tuan Warna ?”
“Aku hanya tidak mengerti, kenapa pemuda itu sampai berbuat sejauh ini demi dua orang yang baru saja dikenalnya ? Lagipula, aku dan Gema sudah tak ada harapan lagi. Bahkan kurasa, saat ini Gema benar-benar telah lenyap, sementara aku hanya tinggal menunggu waktu saja.”
Penyihir-pun tersenyum.
“Saya memang pernah menanyakan hal itu kepada Tuan Warna. Jawabannya sederhana saja; Ia tak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Saya rasa, selama masih ada harapan, walau sedikit,
Tuan Warna pasti akan berjuang mati-matian.”
Sang kakek hanya terdiam mendengar jawaban Penyihir, dan sesaat, suasana ‘The Gate’-pun menjadi hening.
Tiba-tiba kakek itu mengajukan pertanyaan yang mengejutkan Penyihir.
“Nona Penyihir, Anda tentunya tahu, apa alasan aku dan Gema mengalami kutukan ini, bukan ? Tetapi kami tidak pernah tahu, bagaimana perasaan Anda sebenarnya. Apakah sekarang Anda siap untuk memberikan kami jawaban ?”
“Ja.. jawaban ? Mengenai.. bagaimana tanggapan saya terhadap perasaan kalian ?”
Sang kakek mengangguk. Penyihir-pun terdiam sejenak.
“Sejujurnya, saya sangat bahagia, ada yang menyukai dan menerima saya. Tetapi, bagi saya, sangat sulit untuk menerima kehadiran orang lain dalam kehidupan saya. Jangankan sebagai pasangan, untuk berteman saja sulit bagi saya.”
“Apakah itu berarti.. penolakkan ?”
Penyihir menunduk sambil menjawab, “Ma.. maaf, saya hanya...”
“Tidak apa-apa. Baik aku maupun Gema bisa paham dengan masalah yang Anda hadapi, Nona Penyihir. Selain itu, kedatanganku ke tempat ini bukan hanya untuk menanyakan itu kok.”
“Eh ?”
Kakek itu berjalan mendekat ke arah Penyihir, lalu berkata, “Aku ada sebuah permohonan, yang berkaitan dengan pemuda penuh warna itu.”
Warna dan Jester memandang gadis tanpa warna itu dengan bingung.
“(Kakakmu mencegah kami menemuimu, tapi justru malah kamu mendatangi kami; Benar-benar aneh ! Apa kamu tidak benci terhadap pemuda yang telah merenggut warna dari dirimu ?)”
Gadis itu-pun menunduk.
“(Aku tidak membencinya, aku hanya merasa sedih dan kecewa. Tapi untuk apa yang terjadi pada kakak, tidak adil jika menimpakan hal itu padanya.)”
Jester tertegun sejenak mendengar kata-kata gadis itu.
“Kakak... ya ?”, lalu Jester menatapnya dengan tajam, “(Benar juga. Sebelum kami ke ‘dunia ini’, bukankah kamu mendatangi ‘The Gate’ untuk menemui Penyihir ? Kakakmu tahu mengenai aku, dan kamu tidak terkejut melihatku. Jadi kurasa, aku langsung bertanya intinya saja. Mengapa kamu menemui kakak kembarku ?)”
Gadis tanpa warna itu hanya terdiam.
“(Selain itu, bukankah seharusnya kalian benci padaku, yang kalian juluki ‘Badut Gila’ ini ?!)”
Jawaban dari gadis tanpa warna itu, membuat Jester terkejut.
“(Tidak, aku dan kakak tidak membenci Anda, Nona Jester.)”
“(Heh, apa maksudnya itu ? Apa kalian tidak tahu, apa yang telah kulakukan...)”
Gadis itu segera mengangguk.
“(Ya, kami tahu semua tentang Anda. Dan itulah alasanku menemui Nona Penyihir; Aku ingin ke ‘dunia lain’, untuk menemui Anda.)”
Share This Thread