Ada sebuah kisah di masa lampau; Kisah mengenai dua insan dari dua dunia yang berbeda. Seorang pemuda tanpa warna dari dunia yang penuh warna, dengan seorang gadis penuh warna dari dunia yang tanpa warna. Tanpa sengaja, keduanya berjumpa di perbatasan antara kedua dunia tersebut. Tak ada kata yang terucap, karena bahasa mereka sudah tentu berbeda. Walau tanpa sepatah kata-pun, tetapi keduanya saling mengerti dan memahami. Seiring berlalunya waktu, keduanya sering bertemu di perbatasan itu.
Tetapi akhirnya mulai muncul pemikiran aneh dalam benak Sang pemuda, ‘Mengapa duniaku dan gadis ini penuh warna, sementara aku tanpa warna ? Adilkah semua ini ?!’
Perlahan tapi pasti, mulai muncul rasa iri dalam diri pemuda tersebut. Sampai suatu saat, ketika rasa iri itu sudah tak tertahankan, Sang pemuda merebut seluruh warna pada diri Sang gadis. Tetapi pada saat yang bersamaan, terjadilah perubahan besar pada kedua dunia itu; Dunia tanpa warna menjadi dunia yang penuh warna, sementara dunia yang penuh warna menjadi dunia tanpa warna. Walaupun Sang pemuda telah berhasil mengambil warna Sang gadis, tetapi ketika ia kembali pada dunianya, seluruh warna pada dunianya telah lenyap. Ia-pun menangis dan meratap, ‘Apakah ini dosaku telah merebut warna dari gadis tersebut ?!’
Tetapi apa yang telah terjadi, takkan dapat pernah diperbaiki. Ketika Sang pemuda pergi ke perbatasan, Sang gadis sudah tak ada lagi.
‘Bodoh, aku benar-benar sangat bodoh ! Sekarang aku baru menyadari, bukan warna pada diriku yang paling penting. Aku telah kehilangan warna pada duniaku, juga warna pada diri gadis itu; Aku telah kehilangan segalanya yang sangat berarti bagiku !’
Maka Sang pemuda penuh warna itu-pun, memulai pengembaraan untuk mencari apa yang telah hilang tersebut.
1. Perjumpaan dengan Sang Gema
‘Dari manakah aku harus mulai mencarinya ?’
Karena tak dapat pergi ke dunia tempat gadis tersebut berasal, akhirnya Sang pemuda penuh warna berjalan menelusuri perbatasan antar kedua dunia.
Sekilas, ia menengok ke arah dunianya sendiri, yang telah menjadi dunia tanpa warna.
‘Aneh juga, aku merasa asing dengan duniaku sendiri. Tapi semua ini akibat ulahku, jadi kurasa aku harus menanggungnya.’
Tatapan-tatapan penuh rasa iri dari sekitarnya, terasa begitu menyakitkan. Tapi itu wajar saja, karena ia menjadi satu-satunya warna di dunia tanpa warna.
‘Mungkinkah gadis itu juga merasa seperti ini, ketika berjalan-jalan di dunianya dulu ?’
Tiba-tiba terdengar suara, tak jauh darinya.
“Tubuh itu... warna itu... aku sangat menginginkannya !”
Pemuda itu mencari-cari, tapi tak melihat seorang-pun yang berada di dekatnya. Sementara suara itu kembali terdengar.
“Kamu takkan bisa melihatku. Aku mendapatkan hukuman, dan semuanya diambil daripadaku, kecuali suaraku. Maka mungkin ini takdir, aku dipertemukan denganmu. Sekarang, berikanlah tubuh dan warna itu padaku !”
Pemuda penuh warna itu berlari, dan terus berlari.
‘Dia meminta tubuh dan warnaku ? Apa maksudnya ? Apa itu berarti.. ia ingin melenyapkan keberadaanku ?’
Merasa takut dengan apa yang sedang dipikirkannya, pemuda itu mempercepat langkahnya. Tapi kemudian ia-pun menghentikan langkahnya.
Dan suara itu tertawa di dekatnya, “Hahaha... apa akhirnya kamu sadar ? Sejauh apapun kamu berlari, takkan ada artinya. Apa kamu lupa, aku hanyalah suara tanpa wujud nyata. Artinya, selama berada di tempat yang terjangkau oleh suara, aku akan selalu berada di dekatmu !”
Pemuda itu jatuh berlutut.
‘Mungkin ini yang terbaik. Daripada terus hidup dengan perasaan bersalah, mungkin lebih baik jika keberadaanku lenyap.’
Sambil mendongak ke langit, pemuda itu-pun berkata, “Baiklah, jika kamu begitu menginginkan tubuh dan warna ini, ambillah !”
Pemuda penuh warna itu lalu memejamkan mata. Tapi setelah sekian lama berlalu, tidak ada apapun yang terjadi, dan ia-pun kembali membuka matanya.
“Hey, apa yang kamu lakukan ? Bukankah kamu begitu menginginkan tubuhku ?!”
Suara itu-pun menjawab, “Aku tak mengerti, mengapa begitu mudah kamu menyerah ? Tadi sudah kubilang, aku hanya bisa berada di dekatmu jika kamu berada di tempat yang dijangkau oleh suara. Tapi kamu tidak pergi ke tempat seperti itu. Apa kamu begitu ingin lenyap dari dunia ini ?”
Pemuda itu-pun tertunduk lemas.
“Aku.. telah melakukan dosa yang tak dapat kuperbaiki lagi. Kamu benar; Aku memang ingin lenyap dari dunia ini.”
“Dosa yang tak dapat diperbaiki ? Ingin lenyap ? Omong kosong macam apa itu ?!”, nada suara itu terdengar penuh amarah, “Baiklah, akan kukatakan alasanku. Aku juga sama sepertimu, melakukan dosa yang sangat berat, dan ini adalah hukumannya ! Dan aku ingin kembali memiliki tubuh, agar dapat memperbaiki kesalahan yang telah kuperbuat ! Tidak ada dosa yang tak dapat diperbaiki ! Kalau kamu ingin lenyap, itu hanyalah agar kamu bisa melarikan diri dari perasaan bersalah itu !”
“Ya, kamu memang benar !”, pemuda penuh warna itu meninju tanah di hadapannya, “Tapi aku bingung, tak tahu lagi apa yang dapat kulakukan untuk memperbaikinya !”
Hening sesaat, hingga akhirnya suara itu kembali berkata, “Kurasa kita memang senasib. Jadi tak adil rasanya aku merebut tubuh dan warnamu itu. Baik, kurasa tak ada salahnya kita saling membantu. Aku akan membantumu untuk penebusan dosamu, dan kamu akan membantuku untuk penebusan dosaku, bagaimana ?”
Wajah pemuda penuh warna itu-pun langsung kembali cerah.
“Benar juga ! Kalau bekerja sama, mungkin kita bisa memperbaiki kesalahan kita.”
Lalu sambil bangkit, pemuda itu bertanya, “Siapa namamu ?”
“Karena saat ini aku tanpa wujud, panggil saja aku ‘Gema’. Dan kurasa tak ada salahnya jika aku memanggilmu ‘Warna’, begitu ?”
Pemuda yang mendapatkan nama baru itu-pun mengangguk.
Share This Thread