Page 6 of 7 FirstFirst ... 234567 LastLast
Results 76 to 90 of 92

Thread: Dongeng Warna

http://idgs.in/517526
  1. #76
    Jcvan's Avatar
    Join Date
    Jun 2012
    Location
    黒雪姫♡
    Posts
    319
    Points
    5,606.90
    Thanks: 0 / 2 / 2

    Default

    ok w udah ampe chap 34

    terus...
    ending chap ya ngegantung bgt...

  2. Hot Ad
  3. #77
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #35 :
    Sementara Warna, dengan agak kesal, berkata, “Jester, apa sebenarnya yang sejak tadi kalian bicarakan ? Apakah kamu sudah mengatakan pada gadis tersebut, kalau aku hendak minta maaf padanya ?”
    Kata-kata Warna hampir tak terdengar oleh Jester; Jester masih berdiri mematung di tempatnya, akibat kata-kata gadis tanpa warna tersebut.
    “(Menemui..ku ? Kamu.. serius ?)”, lalu sorot mata Jester berubah, menjadi penuh rasa curiga, “(Siapa kalian sebenarnya ?!)”
    Belum sempat gadis itu menjawab, ketika Sang kakak muncul.
    “(Hey badut, bukankah sudah kubilang, jangan temui adik...)”
    Jester segera memotongnya, “(Kenapa kalian tidak membenciku ? Siapa kalian sebenarnya ?!)”
    Kedua kakak beradik itu saling berpandangan. Dan tiba-tiba, Sang kakak langsung menarik adik perempuannya pergi dari tempat itu.
    “Hey, tunggu !”
    Tapi usaha Jester mengejar mereka sia-sia. Begitu tiba di belokkan, keduanya telah menghilang.
    Ketika kembali, Warna merasa bingung melihat wajah Jester yang tampak penuh amarah.
    “Jester, apa yang...”
    Dengan suara rendah tapi penuh penekanan, Jester-pun bertanya balik.
    “Warna, siapa gadis itu sebenarnya ?”
    Warna menghela nafas sambil mengangkat bahu.
    “Aku juga tidak tahu. Aku hanya berjumpa dengannya di perbatasan antara dunia ini dengan dunia asalku. Hanya saja, aku merasa tenang, karena gadis itu satu-satunya yang tidak mempermasalahkan mengenai diriku yang dulu, yang tanpa warna.”, lalu Warna-pun menunduk, “Tapi.. aku malah menghancurkan satu-satunya ketenangan yang kudapat.”
    “Perbatasan ? Ah, maksudmu tempat di mana masing-masing dari kita bisa melihat dunia lain, walau tetap tak bisa mencapainya.”, kemudian Jester-pun tertegun, “Tapi kalau gitu, mengapa kamu bisa merebut warna dari gadis tersebut ?”

    Sementara itu, di perbatasan antara dua dunia, tampak Keadilan sedang memperhatikan dunia lain yang tak terjangkau.
    “Ketika rasa iri dan dengki tak lagi dapat ditahan, mungkin manusia memang dapat melakukan hal-hal yang tak terduga. Dan kurasa, itulah yang terjadi di tempat ini, ketika Tuan Warna melakukan ‘dosa itu’; Menembus apa yang seharusnya tidak dapat ditembus, mencapai apa yang seharusnya tidak terjangkau. Selanjutnya, ia hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi.”
    Dan bertepatan dengan kata-kata tersebut, tubuh Keadilan kembali condong ke arah kanan.
    “Tetapi memang benar, penyesalannya sangat mendalam, sebanding dengan dosa yang telah dibuatnya. Semoga saja Tuan Warna dapat menemukan ‘penebusan’ yang dicarinya, di dunia lain tersebut.”
    Dan di sisi lain dari perbatasan tersebut, Jester menatap Warna dengan pandangan tak percaya.
    “Barusan, kamu.. bilang apa ?”
    Warna terdiam sejenak sebelum menjawab, “Pada saat itu di perbatasan, tanganku mencapai gadis penuh warna tersebut. Sejujurnya, aku sendiri terkejut akan hal itu. Yang kurasakan ketika itu hanyalah, perasaan iri yang luar biasa akan dunia sekitarku, dan juga terhadap gadis tersebut. Dan ketika ingin menyentuhnya, ternyata aku berhasil melakukannya. Aku berhasil merebut warna darinya, tapi pada saat bersamaan, sepertinya warna dari duniaku juga pindah ke dunia ini. Sekarang aku hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.”
    “Kalau kamu memang bisa menjangkau dunia ini, mengapa minta bantuan kakakku untuk...”
    Warna-pun segera memotong kata-kata Jester, “Hal tersebut terjadi hanya pada saat itu saja ! Setelah itu, walau berulang kali aku mencoba, aku tidak bisa lagi melakukannya.”
    Jester-pun merenung.
    “Tapi tetap saja itu tidak menjelaskan, siapa gadis itu sebenarnya.”
    Mendengar kata-kata Jester, giliran Warna yang merasa bingung.
    “Sepertinya kamu penasaran dengan gadis itu, Jester. Kenapa ?”
    “Karena mereka tahu mengenai aku dan kakak, sementara aku sama sekali tidak tahu apapun mengenai mereka ! Benar-benar menyebalkan !”
    Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang membuat keduanya terkejut, “Jelas mereka tahu, karena kita-lah yang telah menciptakan mereka, Jester.”
    Baik Jester maupun Warna menengok, dan melihat Penyihir telah berdiri tak jauh dari mereka.


    Ha ? Masa ya gantung ? Fufufu...

    Dosa... dan Penebusan seperti apakah yang akan dijalankan Warna maupun Jester ? Dan, kebenaran apakah yang akan menunggu Jester, di akhir penjelasan Penyihir ???

    PS : Maap, pengarangnya sendiri sempet merasa pusing sama perkembangan cerita ini @_@ Bkn bagian ini sih, tp bbrp bagian stl ini... *SIGH*
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #78
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    anyway, w suka cara u bercerita di chap 35 ini...
    karena kesanya lebih santai di bandingkan chap-chap sebelumnya...
    jadi ga ada hal-hal yg miss...


    ayo-ayo cemumud nulisya

  5. #79
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #36 :
    “Nona.. Penyihir ?”, Warna memandangnya dengan bingung, “Bukankah Anda sudah balik ke ‘The Gate’ ?”
    Penyihir mengangguk.
    “Tapi, ada sebuah permohonan, yang menyebabkan saya kembali ke tempat ini.”
    “Permohonan ?”, kali ini, Jester-lah yang menanggapi, “Dari siapa ?”
    Bukan menjawab, Penyihir malah bertanya balik.
    “Tuan Warna, Jester, apakah kalian tahu, mengapa begitu sulit untuk berpindah antar dua dunia ini ? Mengapa tidak ada satu-pun kendaraan yang dapat menghubungkan kedua dunia ini ?”
    Jester memandang kakak kembarnya itu dengan tajam
    “Apa maksud dari pertanyaan itu ? Jelas tidak ada satu kendaraan-pun yang bisa menembus batas antar dunia yang berbeda !”
    Penyihir-pun melanjutkan pertanyaannya, “Kalau begitu, mengapa kedua dunia ini berbeda ?”
    Pertanyaan yang diajukan Sang Penyihir, membuat Warna maupun Jester tertegun. Sementara Penyihir memandang sekelilingnya.
    “Benarkah perbedaan antar kedua dunia ini, hanyalah akibat warna saja ? Ataukah...”
    Dengan kesal, Jester-pun berkata, “Hentikan, Kak ! Kalau ada yang ingin dikatakan, katakan saja langsung, jangan berbelit-belit !”
    Penyihir memandang Jester sambil tersenyum, walau senyumnya terlihat aneh.
    “Pernahkah terpikir olehmu, walau kita kembar, mengapa kita berasal dari dua dunia yang berbeda, Jester ? Juga, siapa orang tua kita sebenarnya ? Lalu, apakah kamu ingat, bagaimana kamu bisa tahu tentang diriku ?”
    Sunyi, tanpa jawaban. Warna memandang ke arah Jester, yang sedang merenung.
    “Kamu tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu, kan ? Sama dengan saya. Walau mungkin, sekarang saya bisa menduga, kapankah kita saling mengetahui satu dengan lainnya.”
    Sambil berkata demikian, Penyihir menengok ke arah Warna.
    “Tuan Warna, kami saling mengetahui, tepat pada saat batas antar kedua dunia ini lenyap, walau hanya dalam waktu singkat.”
    Bola mata Warna-pun terbelalak.
    “Ma.. maksud Anda... ?”
    Penyihir mengangguk.
    “Ya, ketika Anda merebut warna dari gadis penuh warna itu, kami yang seharusnya saling tidak mengetahui, jadi saling mengetahui.”
    “Seharusnya.. saling tidak mengetahui ?”, air mata mulai mengalir di pipi Jester, “Kak, jangan katakan kalau sebenarnya kita...”
    Penyihir memandang Jester dengan tatapan sedih.
    “Benar. Kita.. bukanlah saudari kembar, Jester. Kamu adalah diriku, di masa lalu.”


    Hahaha... th'x ^^ BTW cemumud tuh apa ya ??? Dan akhirnya, rahasia tentang Penyihir dan Jester-pun terbuka di chapter ini, fufufu... have fun reading ^^
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  6. #80
    levialexander9's Avatar
    Join Date
    Jan 2012
    Posts
    5,671
    Points
    778.48
    Thanks: 100 / 289 / 266

    Default

    semangat maksubnya

    terus sekarang timbul banyak pertanyaan di kepala w

  7. #81
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Chapter berikutnya ini sebenarnya terbagi 2, yaitu Chapter awal adalah 'Dosa', dan chapter berikutnya adalah 'Penebusan'. Awalnya pengen w jadiin 1, tapi karena masing2 cukup panjang, akhirnya dibagi jadi 2 chapter. 'Dosa dan Penebusan'... 'Sin and Atonement', karena menurut w, yg lebih cocok dgn dosa adalah penebusan, bukan hukuman. Penebusan merupakan bagian dari kesadaran diri untuk bertobat, sementara Hukuman lebih merupakan sesuatu dari luar, untuk menghukum seseorang yang berdosa. Lagipula, belum tentu dengan hukuman, orang tersebut menyadari kesalahannya ^^a Well, w nggak banyak komentar utk novel 'Sin and Punishment' deh, w coba menjabarkan cerita ini dgn idea sendiri kok, fufufu...

    Spoiler untuk Dongeng Warna #37 :
    11. Dosa
    Permohonanku sangat sederhana. Beritahu kenyataannya kepada pemuda penuh warna itu; Kenyataan.. mengenai dua dunia ini. Gema telah lenyap, dan diriku juga takkan bertahan lama, jadi jangan sampai ia mengulang dosa yang sama...
    Penyihir memandang ke arah Warna.
    “Tuan Warna, apakah alasan sebenarnya Anda berada di dunia ini ?”
    “Alasan ?”, Warna berpikir sejenak.
    “Untuk berjumpa dengan gadis tanpa warna itu, dan juga..”, Warna menengok ke arah Jester, yang masih tampak shock di tempatnya, “.. menghapus kutukan terhadap Gema.”
    “Gema telah lenyap, Tuan Warna. Dan.. Anda tidak seharusnya berjumpa dengan gadis tanpa warna itu. Sama seperti saya, seharusnya tidak berjumpa dengan Jester.”
    Warna-pun tertegun.
    “A.. apa maksudnya.. itu ?”
    “Sejak awal telah saya katakan, kalau gadis itu dan kakaknya tercipta akibat saya dan Jester...”
    Tiba-tiba Jester, yang sejak tadi masih terdiam, langsung bertanya dengan keras, “Benar, apa maksudnya mereka tercipta akibat kita, Kak ?”
    Penyihir memandang Jester dengan pandangan lembut.
    “Walau telah mengetahui kenyataannya, kamu tetap memanggilku ‘kakak’ ?”
    “I.. itu...”
    Penyihir tersenyum lembut.
    “Saya bahagia. Sayang, kita tidak bisa terus bersama, Jester. Lalu mengenai kedua kakak beradik itu, mereka juga tidak seharusnya berada di dunia ini.”
    Penyihir berhenti sejenak, sementara baik Warna maupun Jester menunggu.
    “Tentunya kamu masih ingat dengan dua orang pemuda yang menyukai saya, Jester. Dan akibat rasa cemburu, kamu ‘mengutuk’ mereka, benar kan ?”
    Jester mengangguk.
    “Yang seorang kehilangan wujudnya, dan yang seorang lagi menjadi tua dengan cepat. Yah, sebenarnya aku hanya menginginkan agar mereka tidak bisa mendekati kakak dengan diri mereka pada saat itu.”
    Wajah Penyihir berubah menjadi serius.
    “Ya, dan kamu memang berhasil. Tapi, itulah awal dari dosa kita kepada kedua dunia ini.”


    Dlm chapter ini, akan dijabarkan dosa2 yg telah mereka lakukan terhadap kedua dunia itu... maksudnya utk Warna dan Jester.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #82
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #38 :
    “Tuan Warna, Jester, apa kalian tahu, sejak kapan saya dipanggil ‘Penyihir’ ?”
    Jester terdiam, sementara Warna mencoba menjawab, “Menurut Gema, Anda mendapat julukan itu dari para penduduk, yang takut terhadap kemampuan Anda melihat isi hati seseorang.”
    Penyihir mengangguk.
    “Itu memang benar. Tapi sebenarnya, ketika kecil, aku juga mendapat julukan yang sama.”, lalu pandangan Penyihir beralih ke arah Jester, “Jester, karena kamu adalah masa lalu saya, tentunya kamu paham, apa yang saya maksud.”
    Dengan suara hampir tak terdengar, Jester menjawab, “Kemampuan untuk.. mempengaruhi orang lain dengan kata-kata...”
    “Tepatnya, mengubah kehidupan.”, Penyihir terdiam sejenak.
    Kemudian, sambil menghela nafas, Penyihir-pun melanjutkan, “Tetapi inti alam semesta adalah keseimbangan. Maka ketika dunia diubah secara paksa, pasti ada perubahan pada sisi lain, yang berfungsi sebagai penyeimbang.”
    Jester tertegun.
    “Maksud kakak, karena aku menjadikan kedua orang itu menjadi tanpa wujud dan orang tua...”
    Penyihir melanjutkan kata-kata Jester.
    “... maka akan ada sesuatu yang tidak normal pada dunia tanpa warna ini; Dan itu adalah keberadaan gadis penuh warna itu dan kakaknya.”
    “Itukah sebabnya, tadi kakak mengatakan.. mereka tercipta akibat kita ?”
    “Masa lalu Tuan Gema maupun orang yang menjadi tua itu, menjadi kacau akibat kutukanmu, Jester. Dan untuk mengisi kehilangan keduanya, maka terciptalah kakak beradik penuh warna, di dunia yang seharusnya tanpa warna ini. Tapi mereka tak seharusnya punya masa depan, ataupun berhubungan dengan dunia penuh warna.”
    Ketika mengatakan kata-kata terakhir, Penyihir kembali menengok ke arah Warna.
    “Dua buah dunia yang tidak boleh saling berhubungan; Tanpa warna dan penuh warna. Jadi itu sebabnya, kenapa ketika aku menembus perbatasan demi meraih gadis tersebut, dunia kami berdua juga ikut berubah...”

    Untuk sesaat, hanya ada keheningan di antara mereka bertiga. Jester terus menunduk, seakan tak ingin menatap siapapun. Sementara Warna tampak masih merenungi kata-kata terakhirnya sendiri.
    Akhirnya Warna berkata, “Kurasa, walaupun aku meminta maaf pada gadis tersebut, tidak serta merta kedua dunia akan kembali seperti semula, bukan ?”
    “Malah sebaliknya, karena tidak seharusnya Anda berhubungan dengan gadis tersebut ataupun dunia ini. Saya berjanji akan membantu Anda kembali ke dunia Anda.”
    “Walaupun Anda pernah mengatakan kalau ini hanyalah perjalanan satu arah ?”, lalu Warna menengok ke arah Jester, “Lalu, bagaimana dengan Nona Jester ?”
    Penyihir menatap Jester dengan pandangan lembut.
    “Jester adalah diriku di masa lalu; Keberadaannya di dunia penuh warna adalah kesalahan. Maaf, tapi Jester tetap harus berada di dunia ini.”
    Kemudian Penyihir tersenyum, tapi senyumnya terlihat begitu sedih.
    “Yah, saya rasa hal itu juga berlaku bagi saya.”
    Kata-kata terakhir Penyihir, membuat baik Warna maupun Jester terkejut.
    “A.. apa maksudnya.. itu ?”
    “Saya tidak mengada-ada ketika mengatakan kalau perjalanan ini hanyalah perjalanan satu arah, Tuan Warna. Dan mengembalikan Anda ke dunia asal Anda, berarti saya juga akan melakukan suatu pelanggaran terhadap keseimbangan dunia ini. Tapi tidak apa; Sejak saya mengurung diri dalam ‘The Gate’, saya sadar akan resikonya.”
    Tinju Warna mengepal dengan keras.
    “Padahal, semua ini terjadi akibat dosaku. Kenapa malah Anda yang harus menanggungnya ?! Ini.. benar-benar tidak adil !”
    Penyihir menepuk bahu Warna.
    “Apa Anda tahu, keberadaan saya di tempat ini adalah permintaan seseorang, yang tidak ingin Anda mengulang dosa yang sama seperti ketika itu. Keberadaan Anda di dunia ini merupakan suatu kesalahan, dan semakin lama Anda berada di sini, kekacauan pada kedua dunia akan semakin parah. Sampai pada akhirnya, tak ada batasan lagi antara masa lalu dan masa depan.”
    “A.. APA ?!”


    Chaos... itulah yg akan terjadi ketika dua dunia itu tak lagi ada batasan...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #83
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #39 :
    Dunia tanpa warna dan penuh warna, masa lalu dan masa depan; Dua dunia yang tidak boleh saling berhubungan. Akan tetapi, seorang pemuda telah melakukan dosa yang amat fatal; Pemuda tersebut telah menembus batas tak terseberangi antara kedua dunia itu. Kekacauan-pun terjadi, dan terjadi perubahan besar pada dua dunia itu. Bagaimanakah orang-orang yang terlibat, akan menghadapi hal tersebut ?
    Warna hanya berdiri mematung di tempatnya. Sementara Jester memandang Penyihir dengan tanpa ekspresi.
    “Tuan Warna, saya rasa penebusan yang paling tepat untuk Anda lakukan, bukanlah meminta maaf kepada gadis tersebut. Tetapi tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang sama, dan mencari cara untuk mengembalikan kondisi pada dua dunia ini.”
    Suara Penyihir, seakan terdengar begitu jauh bagi Warna. Tetapi suara tersebut sudah cukup untuk mengembalikannya pada kenyataan.
    “Mengembalikan kondisi.. dua dunia ini ?”, Warna seakan bertanya pada dirinya sendiri, “Tapi, bagaimana caranya ? Bahkan sampai sekarang aku tidak paham, kenapa ketika itu, aku bisa menembus batas dua dunia ini.”
    Penyihir menghela nafas.
    “Yah, untuk saat ini, yang terbaik Anda lakukan, adalah kembali ke dunia asal Anda. Setidaknya, kekacauan tidak akan menjadi tambah parah berkat itu.”
    “Tetapi itu berarti, Anda akan terperangkap dalam dunia ini ! Aku tidak...”
    Dengan cepat, Penyihir memotong kalimat Warna.
    “Tuan Warna, tentunya Anda mengerti akan bahaya jika tidak ada lagi batasan antara masa lalu dan masa depan, kan ?! Dan siapapun tidak mengharapkan hal itu terjadi ! Kumohon, jangan sampai terlambat dan Anda menyesal kemudian...”
    Mendengar suara penuh permohonan Penyihir, Warna hanya bisa terdiam. Akhirnya ia-pun mengangguk.
    “Baiklah. Dan maaf, semua jadi seperti ini. Nona Penyihir, tolong kembalikan saya ke dunia asal saya.”
    Penyihir-pun tersenyum. Tetapi, baru saja ia mengulurkan lengannya, ketika tiba-tiba tangan Jester menahannya.
    “Kakak akan terperangkap di dunia ini ? Itu berarti.. aku tidak mempunyai masa depan ? Jangan bercanda !”


    1 hal yg pasti... Jester tidak akan mau sampai Penyihir terperangkap...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  10. #84
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #40 :
    Jester tersenyum sambil menatap Warna, tapi senyumnya terlihat mengerikan.
    “Tadi kakak mengatakan hal yang menarik; Kemampuan untuk mengubah kehidupan. Dan, keberadaan Warna di dunia inilah yang menyebabkan kekacauan.”
    DEG ! Penyihir memandang Jester dengan penuh kewaspadaan.
    “A.. apa.. niatanmu, Jester ?”
    “Intinya, kalau Warna tak ada di dunia ini, semuanya akan kembali normal, bukankah begitu ?”
    “Jester, kamu ingin.. mengulangi dosamu lagi ?! Apa kamu lupa, semua ini terjadi justru akibat ulahmu kepada kedua orang itu !”
    Setelah kata-kata Penyihir, senyum-pun lenyap dari bibir Jester.
    “Kenapa ? Padahal ..... demi ..... tidak paham .....”
    Warna-pun bertanya dengan penuh keraguan, “Jester, apa kamu.. berniat melenyapkanku ?”
    Kali ini, Jester tidak menjawab. Ia hanya diam menatap Penyihir dalam-dalam. Dan akhirnya, Penyihir menghela nafas.
    “Jester, sejak mengetahui bahwa dirimu adalah diri saya di masa lalu, bukankah seharusnya ada pertanyaan yang ingin kamu ajukan kepada saya ?”
    “Pertanyaan ?”
    Penyihir mengangguk.
    “Mengapa saya tidak memiliki kemampuan yang sama seperti dirimu, yang adalah saya di masa lalu ? Bukankah kemampuan itu hebat, dapat membuat semua orang menuruti kenginanmu ? Mengapakah kemampuan saya saat ini, malah membuat saya dibenci semua orang ?”
    “Benar juga.”, Jester memandang dirinya sendiri, lalu kembali memandang Penyihir, “Kalau begitu, apa alasannya ?”
    “Kebenaran.”, jawab Penyihir singkat.
    Baik Warna maupun Jester memandang Penyihir, menunggu penjelasan.
    “Kemampuan memanipulasi kehidupan, sekilas memang terlihat hebat. Tapi pada saat yang sama, sebenarnya kita sedang menipu diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Semakin lama, kita semakin tidak tahu mana yang benar ataupun salah. Menyadari hal tersebut, saya mengubah hidup dan kemampuan saya, agar mengetahui kebenaran.”, usai mengatakan itu, wajah Penyihir berubah menjadi sedih, “Tapi sepertinya, di dunia manapun, manusia seringkali lebih memilih hidup di dalam kebohongan daripada kebenaran.”
    Jester terdiam mendengar kata-kata Penyihir.
    “Jester, saya mengerti, alasanmu melakukannya adalah demi saya. Tapi bahkan dengan alasan itu, kamu juga sedang menipu dirimu sendiri. Semuanya bukan demi saya, tetapi demi dirimu sendiri, benar kan ?”

    12. Penebusan
    “(Kenapa kita harus menghindar darinya ?)”
    Mendengar pertanyaan gadis tanpa warna itu, Sang kakak-pun menghentikan langkahnya. Ia-pun berbalik memandang adik perempuannya.
    “(Bukankah seharusnya aku yang bertanya ? Aku tahu, kamu menemui Penyihir karena ingin berjumpa dengannya kan ?)”
    Gadis tanpa warna itu-pun mengangguk. Dan kakaknya hanya menghela nafas.
    “(Kenapa kamu justru ingin menemui si badut itu ? Kamu paham kan, kalau dia-lah yang telah menciptakan kita ? Dia-lah yang telah memberi keberadaan, pada sesuatu yang seharusnya tidak ada !)”
    Gadis itu menatap kakaknya dalam-dalam.
    “(Apa kakak.. kecewa telah terlahir ke dunia ini ?)”
    Sang kakak terdiam, memperhatikan sekitarnya.
    “(Awalnya, tentu saja aku tak ada masalah dengan keberadaan diriku. Mungkin hanya tatapan aneh dari orang-orang di sekitar kita, yang membuatku bertanya-tanya. Tapi pada hari itu, ketika kita berdua mengetahui ‘kebenaran’-nya, aku jadi paham arti dari tatapan mereka. Dan, aku mulai sulit untuk menerima keberadaanku.)”
    Gadis itu memandang kakaknya, lalu beralih ke dirinya sendiri.
    “(Ya, ketika itu, aku sering pergi ke perbatasan, untuk menghindari tatapan orang-orang di sekitar kita. Tapi ketika ‘dia’ merebut warna dariku, dan aku jadi mengetahui ‘kebenaran’ tentang diriku, aku bertekad untuk mengakhiri semuanya.)”
    Mendengar itu, Sang kakak-pun terkejut.
    “(A.. apa.. maksudmu ?)”
    “(Niatku menemui Nona Jester, agar ia, sebagai pencipta kita, bisa melenyapkan keberadaan kita !)”


    Kalau dipikir2... karena cerita ini formatnya w buat Italics semua, w sampe bingung mana yg harus di-Italics dan mana yg lbh baik normal ^^a Nanti w coba perbaiki deh utk masalah ini ^^a
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  11. #85
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #41 :
    “Semuanya.. demi diriku sendiri ? Selama ini, aku hanya.. menipu diriku sendiri ?”
    Bola mata Jester terbelalak, seakan melihat sesuatu yang tak ingin dilihatnya. Lalu pandangan-nya beralih ke arah Penyihir, dan sorot matanya berubah menjadi ketakutan. Air mata mulai mengalir di pipinya, dan kemudian Jester menutup wajah dengan kedua tangannya.
    “Maaf, maafkan aku, Kak ! Aku.. aku selalu... padahal aku hanya ingin berguna bagi kakak, tapi aku... aku...”
    Penyihir mendekat, lalu memeluknya.
    “Jester, kalau kamu sudah menyadarinya, itu sudah cukup.”
    Tapi tiba-tiba Jester melepaskan diri dari pelukan Penyihir, lalu menatap tajam ke arah Warna.
    “Walau demikian, aku tetap tidak akan membiarkan kakak mengorbankan diri ! Bukankah lebih baik aku saja yang berkorban ? Bukankah aku adalah masa lalu kakak ?”
    “Ta.. tapi Jester, itu.. tidak mungkin.”
    “Kenapa ?!”
    “Pertama-tama, kamu tidak memiliki kemampuan untuk berpindah di antara kedua dunia ini. Lalu kedua, apa kamu sadar, kalau kamu lenyap, hal itu berarti masa lalu saya juga lenyap ?”
    Mendengar penjelasan Penyihir, Jester-pun terdiam.
    “Lebih baik saya tidak memiliki masa depan, daripada keberadaan saya juga mengacaukan keseimbangan dua dunia ini.”
    Dengan suara rendah, Jester bertanya seakan pada dirinya sendiri.
    “Kalau begitu, apakah aku.. benar-benar tidak bisa berguna bagi kakak ? Padahal akhirnya aku menyadari, aku telah salah ! Tapi tetap saja.. aku...”
    Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang mereka, “(Mungkin kami bisa membantu Anda, Nona Jester.)”
    Warna, Jester dan Penyihir menengok bersamaan ke arah datangnya suara. Dan di sana berdiri gadis tanpa warna itu, dengan kakaknya.


    Jester menatap tajam ke arah kedua orang itu.
    “(Kenapa kalian kembali kemari ?! Bukankah kalian sudah tidak ingin menemui kami lagi ?!)”
    Gadis tanpa warna itu maju mendekat ke arah Jester.
    “(Alasanku menemui Anda hanya satu; Aku ingin mengakhiri semuanya. Kami tercipta akibat ulah Anda, dan hanya Anda-lah yang dapat menghilangkan keberadaan kami.)”
    Jester-pun tertawa mendengarnya.
    “(Menghilangkan kalian ? Bahkan aku nggak tahu, bagaimana aku bisa menciptakan kalian ! Yang kulakukan hanyalah berharap, agar kedua orang pengganggu itu tidak bisa menjumpai kakak dengan wujud mereka yang sebenarnya. Mana kutahu kalau hal itu malah menciptakan kalian di dunia ini ?!)”
    Gadis itu menengok ke arah kakaknya. Lalu Sang kakak-pun ikut mendekat ke arah Jester.
    “(Kalau begitu, bolehkah kami menanyakan satu hal, badut ? Apa alasanmu kembali ke dunia asalmu ini ? Apa karena dunia di seberang sana, sudah menjadi dunia tanpa warna ? Ataukah ada alasan selain itu ?)”
    Jester mengalihkan pandangannya ke arah Warna, yang masih memandangnya dengan bingung.
    “(Aku mengatakan padanya, kalau kutukan terhadap kedua orang bodoh itu, hanya bisa dicabut di dunia ini. Tapi, itu hanyalah kebohongan lain dariku. Aku memang berharap kembali ke dunia ini, tapi aku tak tahu alasannya.)”, lalu Jester kembali memandang kedua kakak beradik tersebut, “(Mungkin saja, apa yang kamu bilang memang benar.)”
    Kedua kakak beradik itu-pun saling berpandangan.
    “(Hey badut, aku minta maaf selama ini terus memanggilmu dengan panggilan itu. Mulai saat ini, aku akan memanggil Anda dengan panggilan yang sepantasnya, Nona Jester.)”
    Jester-pun merasa bingung.
    “(A.. apa maksudmu ?)”
    “(Aku dan adikku ada permohonan terakhir kepada Anda, sebagai pencipta kami. Kami mohon, agar kebohongan Anda kepada pemuda penuh warna itu, Anda jadikan sebagai suatu kebenaran. Kami mohon, agar Anda benar-benar mencabut kutukan Anda kepada ‘dua orang bodoh’ itu.)”
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  12. #86
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna 42 :
    Jester terdiam sejenak mendengar permintaan kedua kakak beradik itu.
    Lalu akhirnya, Jester bertanya kepada Penyihir, “Menurut kakak, apakah dengan kemampuanku ini, aku.. bisa mencabut kutukanku sebelumnya ?”
    Jawaban yang diberikan Penyihir sangat sederhana.
    “Selama kamu percaya dan yakin dengan kemampuanmu itu, kamu pasti bisa melakukannya.”
    “Begitukah ?”, sesaat kemudian, Jester menatap Penyihir dengan kesal, “Kalau memang begitu, kenapa tadi kakak bilang aku nggak bisa menolong kakak ?! Padahal dengan kemampuan ini...”
    Dengan cepat, Penyihir memotong kata-kata Jester.
    “Apa kamu masih tidak menyadarinya juga, Jester ? Seperti yang sudah saya katakan, itu.. tidak bisa dilakukan.”
    “Eh ? Apa.. maksudnya ?”
    Penyihir menengok ke arah Warna.
    “Mungkin, Anda sudah menyadarinya, Tuan Warna. Di ‘The Gate’, saya menanyakan alasan Jester kembali ke dunia ini, dan Anda tidak menanyakan apapun.”
    Warna hanya mengangkat bahu.
    “Saya hanya menduga-duga. Tapi mungkinkah Anda tidak bisa melihat isi hati dan pikiran Jester ?”
    Penyihir-pun tersenyum, sementara Jester terkejut mendengar itu.
    “Be.. benarkah itu ? Kakak, yang bahkan bisa melihat sisi tergelap dari manusia, tidak bisa melihat isi hatiku ?”
    Penyihir menengok ke arah Jester dan mengangguk.
    “Itu benar. Dan itu berarti, kamu juga tidak bisa menggunakan kemampuanmu untuk mengubah sesuatu yang berhubungan dengan saya, karena kita tidak bisa menggunakan kemampuan itu kepada diri sendiri.”
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  13. #87
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #43 :
    “Saya tidak paham apa yang kalian bicarakan, tapi sepertinya..”, Penyihir menengok ke arah kedua kakak beradik itu, “.. mereka memintamu untuk melakukan sesuatu, benar kan Jester ?”
    Dengan setengah merenung, Jester menjawab, “Sesuatu... yang kurasa mustahil. Mereka minta agar aku mencabut kutukanku kepada kedua laki-laki bodoh itu.”
    Mendengar itu, Warna-pun terkejut.
    “Tu.. tunggu, Jester ! Bukankah kamu bilang, hal itu bisa dilakukan di dunia ini ? Lalu, apa maksudmu dengan mustahil ?”
    Sebelum Jester sempat menjawab, Penyihir terlebih dahulu berkata, “Kebohongan menjadi kebenaran, itukah yang mereka minta ?”
    Jester tidak menjawab; Ia hanya menunduk.
    “Mungkin, itu satu-satunya cara untuk mengembalikan semuanya menjadi normal. Dan kurasa, mereka sadar, kalau kamu lakukan itu, keberadaan mereka juga akan lenyap. Tapi, mereka tetap memintamu untuk melakukannya.”
    Warna memandang ke arah gadis tanpa warna. Sama seperti ketika di perbatasan, keduanya tetap tak dapat berkomunikasi. Tapi dari kata-kata Penyihir, Warna paham kalau gadis tanpa warna tersebut sudah mantap dengan keputusannya.
    ‘Walau aku telah pergi ke dunia ini, pada akhirnya, aku.. tetap tidak bisa menebus dosaku. Padahal semua ini akibat ulahku, kenapa Nona Penyihir dan gadis ini yang harus menanggung semuanya ?!’
    Gadis tanpa warna itu mendekat ke arah Warna.
    “(Nona Jester, tolong katakan padanya, jangan menyalahkan dirinya sendiri. Perjumpaan kami memang singkat, tetapi sangat berarti bagiku. Selain itu, walau ia tak merebut warna dariku, keberadaan kami tetaplah salah. Dan katakan, semoga ia bisa menjalani hidup, demi dirinya sendiri, dan juga diriku.)”
    Jester memandang keduanya, lalu mengatakan semua sesuai permintaan gadis tersebut. Warna hanya terdiam dan menunduk, sementara Jester merasa kesal pada dirinya sendiri.
    “Untuk apa ..... pesan ..... seperti bukan diriku ..... menyebalkan !”
    Akhirnya Warna kembali mengangkat kepalanya, lalu memandang ke arah Penyihir.
    “Kalau keberadaanku di dunia ini dapat mengacaukan keseimbangan antar dua dunia, aku siap balik ke dunia asalku. Dan kurasa, inilah bentuk penebusan yang dapat kulakukan.”

    Tak lama kemudian, mereka semua sudah berdiri di hadapan pintu masuk ‘The Gate’. Sama seperti pintu masuk menuju ‘The Gate’ di dunia asal Warna, pintu masuk ini juga berupa lorong gelap dan panjang, bagai tanpa ujung.
    “Tak pernah saya bayangkan, kalau tempat yang saya ciptakan untuk menutup diri terhadap dunia, akan menjadi gerbang antar kedua dunia ini.”
    Kemudian Penyihir menengok ke arah Warna dan Jester.
    “Saya rasa, Tuan Warna bisa melewati lorong ini dengan mudah. Tapi Jester.. saya yakin kamu akan mengalami hal yang teramat sangat sulit ketika melewati lorong ini.”
    Jester menatap lorong tersebut, lalu balik ke arah Penyihir.
    “Kenapa ? Bukankah aku bisa dengan mudah melewati lorong di dunia sana ?”
    “Karena lorong ini merupakan kebalikan dari lorong yang pernah kalian lewati sebelumnya.”
    “Kebalikan ?”, kali ini, giliran Warna yang bertanya, “Apa maksud Anda, Nona Penyihir ?”
    “Tentunya kalian tahu, kalau di lorong pada ujung yang lain, kalian akan berjumpa dengan diri kalian dari masa lalu. Sementara sebaliknya, di lorong ini, kalian akan berjumpa dengan diri kalian.. dari masa depan.”
    Mendengar itu, wajah Jester langsung menjadi tegang. Penyihir-pun tersenyum lembut, walau senyumnya terlihat sedih.
    “Sepertinya kamu paham maksud saya. Ya Jester, masa depanmu.. adalah diri saya. Apakah kamu siap menghadapi sisi lain dari ‘Penyihir’ ?”
    Jester masih terdiam selama beberapa saat. Tapi kemudian, ia tertawa terbahak-bahak.
    “Hahaha.. kamu.. benar-benar luar biasa, Kak ! Gerbang dimana untuk melaluinya, kita harus berjumpa dengan diri sendiri, baik dari masa lalu ataupun masa depan, itu benar-benar luar biasa !”, lalu wajah Jester tiba-tiba berubah menjadi serius, “Kalau memang ini adalah cara penebusan dariku, aku takkan ragu melakukannya !”
    Penyihir memperhatikan Jester, lalu tersenyum lega.
    “Baiklah, semoga kalian dapat melewati lorong ini. Kalau begitu, sampai ketemu lagi di dalam ‘The Gate’.”


    Kata-kata terakhir Penyihir... apakah maksudnya mereka akan berjumpa lagi di 'The Gate', ataukah... ada arti lain yang tersembunyi di dalamnya ? Fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  14. #88
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Dongeng Warna #44 :
    13. Kembali ke Dunia Tanpa Warna
    Perlahan, Warna melangkah memasuki lorong gelap tersebut.
    ‘Menurut Nona Penyihir, di lorong ini aku akan berjumpa dengan diriku di masa depan. Apakah kiranya aku memiliki keberanian untuk hal itu ?’
    Warna menghentikan langkahnya sejenak, lalu menengok ke arah lengannya; Tampak lengannya gemetar tak henti. Warna-pun tersenyum kecut.
    ‘Kurasa, aku tak memiliki keberanian untuk menghadapi seperti apa masa depanku. Tapi yang pasti, aku tak memiliki pilihan lain, selain melangkah maju.’
    Warna menarik nafas dalam-dalam, mengepalkan tinju keras-keras, lalu melanjutkan langkah ke kegelapan lorong itu.
    Dan ketika akhirnya ia berhadapan dengan dirinya dari masa depan, Warna hanya terdiam di tempatnya.
    “Ka.. kamu adalah.. diriku di.. masa depan ?”, lalu Warna menggeleng, sementara matanya menunjukkan rasa takut yang luar biasa, “Nggak mungkin ! Ini.. nggak mungkin !”
    Tepat di hadapannya, berdirilah seseorang yang mirip dengan dirinya tetapi tampak lebih tua, dan seluruh tubuhnya berwarna.
    “Kalau aku tidak kembali seperti dulu, tak ada artinya aku kembali ke dunia asalku !”
    Warna jatuh berlutut sambil menutup wajahnya, sementara dirinya dari masa depan hanya diam memandangnya.
    Akhirnya Warna dari masa depan bertanya, “Sampai kapan ingin meratapi nasib seperti itu ?”
    Warna mendongak dengan bingung.
    “A.. apa.. maksudmu ?”
    “Kenapa Nona Penyihir dan gadis itu harus menanggung dosa yang kuperbuat ? Kenapa waktu itu aku merasa iri, dan merebut warna dari gadis dari dunia lain itu ? Kenapa apapun yang kulakukan, tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik ?!”, lalu Warna dari masa depan itu menatap tajam ke arah Warna, “Aku adalah masa depanmu; Aku tahu semua yang kau pikirkan. Selama dirimu terus bertanya seperti itu, selama kamu tetap tak dapat menerima dirimu dan dosamu di masa lalu, maka apapun yang kamu lakukan, keadaan takkan pernah berubah !”

    “Jadi menurutmu, apa yang harus kulakukan ?”
    Sang Warna dari masa depan memandang Warna dengan bingung.
    “Seperti yang kamu bilang, kamu adalah diriku di masa depan. Itu berarti, kamu tahu apa yang seharusnya kulakukan, bukan ?!”, lalu dengan pandangan memohon, Warna-pun berkata, “Aku bingung, apapun yang kulakukan, hasilnya malah bertolak belakang dengan yang kuharapkan. Kumohon, tolong beritahu aku...”
    Warna berlutut sambil menutup wajahnya, sementara dirinya dari masa depan itu hanya diam menatapnya. Akhirnya ia menghela nafas.
    “Aku sudah mengatakannya. Selama kamu tak bisa menerima dirimu dan dosa yang telah kamu lakukan, takkan ada yang berubah.”
    Warna mendongak dan menatap dirinya dari masa depan itu.
    “Menerima diriku dan dosa yang telah kulakukan ? Apa.. maksudnya ?”
    “Bukankah mencari jawaban itu, adalah alasanmu kembali melewati lorong ini lagi ? Karena jawaban dari pertanyaan tersebut, hanya bisa ditemukan di dunia asal kita, benar begitu kan ?”
    Warna-pun tertegun.
    “Maksudmu, tempat di mana aku melakukan ‘dosa’ tersebut ? Di sana aku bisa menemukan jawabannya ?”
    Sambil mendengus, dirinya dari masa depan-pun menjawab, “Kalau sudah paham, ngapain masih berada di sini ? Cepatlah, Nona Penyihir telah menunggu di ‘The Gate’ !”
    Warna-pun bangkit, lalu mengangguk. Kemudian ia berlari menyusuri lorong gelap tersebut, menuju suatu cahaya.
    Sementara Warna dari masa depan menatapnya sambil menggelengkan kepala.
    “Sulit dipercaya kalau ia adalah diriku yang dahulu. Tapi kurasa, jika ia tidak ada, maka aku-pun tidak akan ada.”
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  15. #89
    nyoongen7's Avatar
    Join Date
    Jul 2012
    Location
    Surabaya |-*CHIEFTAIN*-| -=AMPM*Community=-
    Posts
    6,348
    Points
    2,703.86
    Thanks: 147 / 66 / 61

    Default

    kalo bleh tw ini karangan siapa ya??
    apa buatan TS sendiri,kalo gw liat dr thread pertama apa ini dia mbil dr anime??

  16. #90
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by nyoongen7 View Post
    kalo bleh tw ini karangan siapa ya??
    apa buatan TS sendiri,kalo gw liat dr thread pertama apa ini dia mbil dr anime??
    Bikinan sendiri, dia cuma terinspirasi anime ef aja


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

Page 6 of 7 FirstFirst ... 234567 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •