Ilustrasi (Foto : Dok)

YOGYA (KRjogja.com) - Kraton Yogyakarta memberikan pernyataan adanya kemungkinan peluang baru dalam suksesi kepemimpinan di Kraton. Salah satunya adalah membuka kesempatan bagi putri Sultan untuk maju dalam suksesi.

Kerabat Kraton Yogyakarta, GBPH Joyokusumo menuturkan, dalam sebuah kesempatan Ngarso Dalem Sultan Hamengku Buwono X sudah mulai memperkenalkan bagaimana nanti untuk putri-putrinya juga bisa memimpin organisasi di dalam Kraton. Gusti Joyo juga memastikan suatu saat pasti akan ada keputusan Sultan yang menunjuk putri dalem untuk terlibat dalam organisasi Kraton.

"Ya bisa saja, kenapa tidak, asal dia mengerti persoalannya. Selama ini kan karena yang keputren tidak pernah dilibatkan secara langsung, berarti mereka tidak secara involve (terlibat) didalam kegiatan-kegiatan institusi Kraton. Sekarang baru kita perkenalkan semacam magang," ujarnya di Ndalem Joyokusuman, Selasa (11/4).

Menurutnya, Kraton mengaku siap berubah termasuk pada modifikasi paugeran (aturan dalam Kraton). Bahkan, perubahan paugeran sendiri diakui selalu terjadi dalam setiap kepemimpinan Sultan HB I sampai suaksesi HB IX. Kraton hanya menekankan agar permasalahan ini tidak perlu dibesar-besarkan karena menyangkut internal Kraton.

"Bisa saja (berubah), asal semua cukup dimengerti. Tidak perlu dipermasalahkan sehingga tidak menimbulkan pertentangan. Kita kan mencoba semua dalam konteks yang lurus, tenang, tentram, tidak perlu mencari masalah. Kalau tidak ada masalah kenapa harus dicari masalahnya dan pihak luar tidak perlu ikut campur wong tidak punya hak, ngapain ikut campur," tegasnya.

Gusti Joyo menuturkan, kemungkinan keterlibatan putri Kraton dalam organisasi Kraton telah melalui beberapa tahapan. Diantaranya tahap pertama mengenai memungkinkan atau tidak suksesi di Kraton melibatkan seorang putri. Jika memungkinkan, maka posisinya dimana dan gelarnya bagaimana.

"Apakah nanti tetap Sultan ataukah Sultin. Kalau (peluang kemungkinan) ya ada saja asal kita bicarakan dengan terbuka tidak perlu slinthat slintut. Tidak perlu ada hal-hal yang dipertentangkan kalau tidak ada yang menjadikan pertentangan. (Seperti kepemimpinan di Inggris) bisa saja," tuturnya.

Kemungkinan modifikasi atau perubahan dalam paugeran Kraton, lanjutnya, tetap bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan dan ketentuan-ketentuan adat yang ada. Namun, hal yang mutlak tidak boleh dilanggar adalah ajaran yang berdasar agama.

"Bisa dimodifikasi, misal Jago (syarat Sultan harus laki-laki) diganti babon. Tapi wangun apa tidak saja. Ya kita tunggu saja. Tidak usah mikir aneh-aneh dan percaya saja pasti di Kraton sudah dibicarakan. Misalnya apakah pernah saya bicara dengan GKR Pembayun soal ini, ya itu pernah," tandasnya. (Aie)

Sumber : KRjogja.com