Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 30
http://idgs.in/490154
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Yullef - Unfinished Story

    Hueh, kemaren baca2 ulang lagi cerita2 lama sy yg msh lom selesai, dan menemukan cerita 1 ini. Yah, idea ini sih gara2 nonton Dune, dan bisa terlihat dgn setting padang pasir, plus ceritanya ^^a Sekalian mo tanya bagi yg niat membaca, apakah kira2 cerita ini cocok utk dilanjutkan ? Ok, selamat menikmati ^^

    ------------------------------------------------------------------------------------------------

    1. Kembali ke Masa Lalu
    Seseorang pernah bertanya padaku, “Nak, siapa namamu ?”
    Aku tertegun, bingung untuk menjawab. Sejak dilahirkan, tak seorang-pun yang memberiku nama. Melihat kebingunganku itu, Sang penanya kembali bertanya, “Apakah kamu tak punya nama ?”
    Mungkin seharusnya aku menjawab, ‘Ya, aku memang hanyalah seorang anak tak bernama.’, tapi ada keraguan besar untuk menjawab demikian. Aku selalu merasa iri, melihat anak-anak sebaya-ku yang dipanggil dengan nama mereka masing-masing. Dalam keputusasaan mencari jawaban, tiba-tiba saja teringat olehku, sebuah lagu yang sering dinyanyikan berulang-ulang oleh ibu. Juga sebuah kata yang terdapat dalam syair lagu tersebut, yang selalu menarik perhatianku.
    Akhirnya, dengan suara perlahan, aku menjawab, “Namaku.. Yullef.”


    Beberapa tahun sudah berlalu sejak hari itu; Hari dimana aku memberi nama bagi diriku sendiri, yaitu ‘Yullef’. Aku sudah bukan lagi seorang anak kecil yang selalu merasa bingung dan takut. Tapi tetap ada sebuah pertanyaan penting yang terus kucari jawabannya.
    “Hey, bukannya itu anak Si Gila ?”
    DEG ! Aku terdiam, dan wajahku menegang. Bahkan hingga detik ini, aku tetap tak terbiasa dengan panggilan tersebut. Padahal sudah sejak awal mula tinggal di sebuah gubuk di luar desa, ibuku dan aku telah dipanggil, “Si Gila dan anaknya.”
    Walau bagaimanapun, siapapun yang memanggil kami demikian tidak-lah salah. Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam rumah. Dan ketika aku membuka pintu, kulihat seorang wanita cantik sedang duduk di pinggir jendela, menatap ke arah luar; Wanita berambut panjang berwarna pirang keemasan, dengan sepasang bola mata berwarna biru jernih bagai langit yang cerah.
    “Ibu, lagi-lagi melamun ya ?”, tanyaku sambil masuk ke dalam ruangan.
    Ibuku hanya terdiam, tidak sedikit-pun ia menoleh ke arahku. Begitulah.. ibu memang aneh dan mengalami gangguan jiwa. Sering ia melamun seperti ini, sementara di lain waktu ia bisa mengamuk dan menghancurkan barang-barang, dan kadang ia malah menangis tersedu-sedu di pojok ruangan. Aku menghela nafas, lalu mendekatinya.
    “Ini, aku bawakan makanan untuk ibu. Dimakan ya ?”
    Ketika mendekat, aku tertegun; Kudengar sebuah suara yang lembut, suara nyanyian ibu. Ibu memang memiliki suara yang sangat indah, yang menurut seorang wanita tua yang mengajariku, disebutnya sebagai ‘Suara Malaikat’.
    Aku tersenyum, mengingat aku sendiri mengambil salah satu kata pada syair dari lagu tersebut menjadi namaku sekarang. Aku-pun membaringkan tubuhku, memejamkan mata sambil terus mendengarkan nyanyian ibu.
    Ya, pertanyaan yang hingga kini masih terus kucari jawabannya adalah, siapa sebenarnya ayahku ? Dan mengapa ibuku mengalami gangguan kejiwaan, bahkan sejak sebelum aku lahir ?
    Kadang aku merasa lelah, tapi setiap kali mendengar nyanyian ini, rasanya kelelahanku jadi sirna.
    “Terima kasih, ibu...”, kataku perlahan, sebelum terlelap.


    Hari itu, langit bersinar cerah, setelah sebelumnya hujan turun terus menerus selama beberapa hari. Dengan penuh semangat, aku pergi keluar.
    “Ah, rasanya udah lama banget nggak terkena sengatan matahari. Harus semangat lagi nih !”
    Aku berjalan menuju ladang, tempatku bekerja. Sejak kecil, aku dan ibu hidup dari pemberian penduduk desa. Tapi aku bertekad, setelah bisa bekerja, maka aku harus bisa membeli kebutuhan kami sendiri.
    Tapi ketika melewati tengah desa, aku berhenti. Di alun-alun, banyak orang berkumpul seakan melihat sesuatu yang menarik.
    “Ada apa sih ?”
    “Ah, ada seorang penghibur keliling yang sedang lewat...”, kata-kata pemuda itu terhenti, ketika melihat bahwa yang bertanya adalah aku, “ARGH, kamu.. anak si Gila, kenapa ada disini ?”
    Lagi-lagi mereka menyebutku demikian. Padahal aku khan punya nama, Yullef !
    Beberapa orang yang berada di dekatku segera menyingkir. Sambil menarik nafas menahan kesal, aku berkata, “Memangnya salah aku ada di tempat ini ? Selain itu, ibuku memang aneh. Tapi dia khan tidak mengganggu kalian !”
    Kenapa sih para penduduk desa masih enggan berdekatan dengan kami ?
    Tiba-tiba terdengar suara dari tengah kerumunan, “Kamu benar, Yullef. Baik kamu maupun ibumu ber-hak berada di desa ini.”
    Aku terkejut dan menoleh; Tak jauh dari tempatku, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna hitam, dengan sepasang bola mata hitam yang terasa misterius, dan tangannya yang sedang memegang kotak musik dengan sebuah engkol di sisi kanannya.
    “Kamu.. siapa ?”
    “Ah maaf, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Selena, dan saya seorang penghibur keliling, yang berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya sambil menghibur orang-orang dengan permainan kotak musik ini. Jika ada yang merasa terhibur, menjadi lebih bahagia atau merasa bebannya hilang setelah mendengarkan permainan saya, maka..”, Selena mengedipkan sebelah matanya dengan gaya nakal, “.. saya akan gembira sekali jika orang tersebut memberi saya sedikit uang.”
    “Begitukah ?”, tanyaku kecewa, “Sepertinya aku tidak pantas mendengarkan permainan kotak musik Anda. Uangku.. hanya pas untuk makan saja.”
    Bola mata Selena terbelalak terkejut, dan pipinya memerah.
    “A.. ah, sa.. saya tidak bermaksud.. demikian. Ma.. maksud saya, itu bagi yang punya uang lebih saja. Tapi saya memainkan kotak musik ini untuk siapa saja yang ingin mendengarkannya. Jadi, saya harap Yullef tidak keberatan mendengarkan permainan saya, ok ?”
    Saat itu, benar-benar tidak terpikir sedikit-pun olehku, bagaimana gadis itu bisa mengetahui nama ‘Yullef’. Aku hanya mengangguk meng-iyakan. Maka, Selena-pun duduk di sebuah bangku kecil, dan mulai memutar engkol kotak musiknya.


    Perlahan, sebuah lagu mengalun dari kotak musik itu. Ketika mendengarnya, aku terkejut; Lagu yang dimainkan oleh Selena, sama dengan lagu yang biasa disenandungkan oleh ibu ! Hatiku mulai bertanya-tanya, mengapa Selena bisa memainkan lagu yang sama dengan ibu ? Lalu, lagu apa sebenarnya itu ?
    Ketika sedang berpikir demikian, tiba-tiba tubuhku beradu dengan orang di dekatku.
    “Ah, ma.. maaf...”, aku tertegun; Tidak sedikit-pun orang tersebut melihat ke arahku. Dan ketika melihat ke sekeliling, aku menyadari bahwa pandangan mata semua orang terpaku ke arah Selena yang memainkan kotak musiknya dengan serius.
    A.. apa ini ? Semua orang seperti.. terhipnotis oleh lagu itu ?
    Belum sempat aku berpikir lebih jauh, tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing yang teramat sangat. Aku memegang kepalaku, lalu tubuhku terjatuh dan aku berguling menahan sakit. Walau aku membuka mulut, tapi suara yang keluar seakan tertelan oleh lagu tersebut. Sementara semua orang di sekelilingku masih tetap sama, seakan tidak sadar akan apapun yang terjadi di sekitarnya. Perlahan kesadaranku menipis, sampai semuanya terasa gelap...


    Hal pertama yang kurasakan adalah.. panas. Benar, panas yang amat menyengat. Perlahan aku membuka mata. Dan ketika melihat sekelilingku, aku terkejut.
    “Hah, di.. dimana.. ini ?!”
    Sejauh mata memandang, yang kulihat hanyalah hamparan pasir berwarna keemasan.
    Apa.. yang terjadi ? Kemana para penduduk desa ?
    Tiba-tiba terdengar suara menyapaku, “Selamat datang di masa lalu, Yullef.”
    Aku menengok, dan melihat Selena telah berdiri di belakangku. Aku langsung berlari mendekat.
    “Selena, tempat apa ini ? Kenapa kita bisa ada disini ?”
    Dengan tersenyum manis, Selena menjawab, “Tempat ini adalah Gurun Kovac. Aku juga nggak yakin, kenapa kita bisa ada di tempat ini, tapi mungkin...”
    Kata-kata Selena terpotong oleh sebuah jeritan, tak jauh dari tempat kami berada.
    “Alnia, dimana kamu ?!”
    DEG ! Aku terkejut mendengar nama yang dipanggil itu; Alnia adalah nama ibu.
    Perlahan aku menoleh. Di puncak sebuah bukit pasir, berdirilah seorang gadis belia yang tampak sedang mencari sesuatu.. atau lebih tepatnya, seseorang. Rambut pirang keemasan gadis itu, benar-benar mengingatkanku pada rambut ibu.
    “Aku disini, Althea !”, terdengar suara lain dari balik bukit pasir lainnya. Gadis bernama Althea itu segera berlari ke arah datangnya suara. Merasa penasaran, aku-pun ikut berlari ke puncak bukit, untuk melihat gadis kedua. Di sana terlihat gadis yang serupa dengan Althea.
    “Alnia, kamu jangan menghilang tiba-tiba begitu dong ! Gurun Kovac ini tempat yang sangat berbahaya, apalagi jika kita sendirian.”
    “Iya, maafkan aku.”
    Alnia.. gadis kedua itu bernama Alnia ?
    Tangan Selena yang menepuk bahuku dengan lembut, telah menyadarkanku.
    “Selena, a.. apa maksudnya semua ini ? Alnia itu.. nama ibuku ! Kenapa ibu...”
    Selena memotong kata-kataku, “Khan sejak kamu tersadar, sudah kukatakan, selamat datang di masa lalu. Saat ini kita memang ada di masa lalu, tepatnya masa lalu ibumu.”
    Aku tertegun. Aku kembali menengok ke arah dua gadis tadi, yang sedang berjalan pergi.
    “Yullef, bukankah selama ini ada pertanyaan besar yang mengganjal hatimu ? Dan kamu ingin mencari jawaban atas pertanyaanmu itu khan ? Mungkin, ini kesempatan bagimu menemukan jawaban yang kamu cari-cari selama ini.”
    Kata-kata Selena memang benar. Kalau begitu, akan kucari jawaban atas kebingunganku selama ini !
    Tanpa menunggu lagi, aku segera mengikuti kedua gadis tadi.

    ----------------------------------------------------------------------------------------------

    Maka dimulailah perjalanan pemuda tanpa nama, yang menyebut dirinya 'Yullef', ke masa lalu utk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Tapi, apakah yg akan menantinya di masa lalu ? Dan, apakah 'jawaban' itu sesuai harapannya ? Ataukah... fufufu...

    Dan pertanyaan terbesarnya adalah : Apakah arti dari 'Yullef', yg dipakai oleh pemuda tersebut menjadi namanya ?
    Last edited by Rivanne; 08-02-12 at 12:55. Reason: Mulai nambahin Bab nih ^^
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. The Following User Says Thank You to Rivanne For This Useful Post:
  4. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    2. Abkash, Kota Padang Pasir
    “Eh Selena, sebenarnya aku penasaran, siapa kamu sebenarnya ?”
    Dengan senyum khas-nya, Selena menjawab, “Bukankah sudah pernah saya katakan, saya hanya seorang penghibur keliling.”
    Aku menghela nafas dengan kesal, “Ya, ya, penghibur keliling yang mengetahui segalanya mengenai diriku. Kalau dipikir-pikir, kamu bahkan tahu nama yang kupakai, bahkan sebelum aku menyebutkannya ! Apa kamu pikir aku bisa ditipu semudah itu ?!”
    Selena terdiam sejenak. Lalu senyum di bibirnya berubah, terlihat menjadi senyum sedih.
    “Maaf Yullef, saya tidak bermaksud membohongimu. Tetapi untuk saat ini, saya belum dapat menceritakan apapun padamu. Jika saatnya telah tiba, saya pasti akan menceritakan segalanya.”
    Aku mengangkat bahu sambil berkata, “Ah, ya sudahlah kalau kamu bilang begitu. Ngomong-ngomong, mereka mau kemana sih ?”, aku menunjuk ke arah kedua gadis yang terus berjalan tak jauh di depan kami.
    “Kalau saya tak salah, seharusnya ada sebuah kota di tengah Gurun Kovac. Mungkin mereka bermaksud pergi kesana.”
    Apa yang dikatakan Selena memang benar. Walau menempuh perjalanan yang lumayan jauh, tapi akhirnya kami tiba di sebuah kota, yang terletak di tengah-tengah gurun. Kedua gadis itu langsung menuju ke sebuah restoran. Ketika aku hendak mengikuti mereka, Selena menahanku.
    “Ada apa ?”
    “Apa kamu punya uang, Yullef ?”
    Aku tertegun. Langsung aku merogoh saku bajuku, dan menemukan beberapa koin.
    “Ah, masih ada kok. Kurasa cukup untuk...”
    Selena segera memotong kata-kataku, “Mungkin saya kurang jelas mengatakannya. Maksud saya, apa kamu punya mata uang daerah ini ?”
    Untuk kedua kalinya, aku kembali tertegun.
    Benar juga, saat ini sepertinya kita bukan berada di daerah tempat asalku.
    “Ta.. tapi, bahasa yang mereka gunakan sama dengan yang kugunakan khan ? Jadi seharusnya, mata uangnya juga sama.”
    “Gurun Kovac dan kota ini adalah tempat asalku, dan letaknya sangat jauh dari desamu, Yullef. Mata uang yang kami gunakan berbeda dengan mata uang daerahmu.”
    Bola mataku terbelalak.
    “Ja.. jadi, ini kota tempat asal Selena ? Wah, bagus dong. Kamu pasti punya mata uang daerah sini khan ?”
    “Sayangnya, karena saya telah berkelana sangat jauh, maka saya sudah tidak punya uang dari daerah ini lagi.”
    Mendengar kata-kata Selena, aku langsung tertunduk lesu.
    “Jadi, apa yang harus kita lakukan ? Sejujurnya, aku sudah sangat lapar nih...”


    “Saudara-saudara sekalian, maafkan saya jika mengganggu kegiatan Anda. Nama saya Selena, dan saya adalah seorang penghibur keliling, yang akan menghibur Anda sekalian dengan kotak musik saya ini. Semoga saja musik saya dapat meringankan beban Anda, yang sibuk dari pagi hingga malam hari. Selamat mendengarkan.”
    Orang-orang di sekeliling kami hanya terbengong mendengar kata-kata Selena. Dan aku hanya bisa menghela nafas panjang.
    Sudah kuduga, akan begini jadinya... Apa kiranya penduduk di kota yang sibuk ini, tertarik untuk sekedar mendengarkan permainan musik ?
    Ternyata pertanyaan itu langsung mendapatkan jawaban; Orang-orang mulai berkerumun di sekitar Selena. Sepertinya mereka merasa penasaran dengan permainan kotak musik Selena.
    Salah seorang laki-laki bertubuh gemuk, mendekat ke Selena sambil berkata, “Eh nona, ayo coba perdengarkan permainan musikmu. Kalau memang benar bisa meringankan bebanku, pasti akan kuberi banyak uang.”
    Pernyataan laki-laki tadi, langsung diikuti pernyataan serupa oleh orang lainnya. Dengan senyum ramah khasnya, Selena menjawab, “Tenang saja. Jika permainan musik saya tidak berkenan bagi Anda sekalian, maka saya bersedia melepas pakaian saya di hadapan Anda semua.”
    Kata-kata Selena membuat semua orang (termasuk aku) terbelalak. Aku segera menarik lengan Selena.
    “Hey Selena, apa nggak kelewatan kamu menjanjikan hal demikian ?!”
    “Apa kamu nggak percaya dengan permainan kotak musik saya, Yullef ? Tenang saja, saya pasti akan berhasil mendapatkan uang.”
    Aku hanya bisa terdiam. Sementara orang-orang di sekitar kami, terutama para laki-laki, tampak tidak sabar.
    “Benar ya nona, kamu sudah janji akan melepas pakaian jika kami tidak merasa terhibur dengan permainan kotak musikmu !”
    Selena mengangguk, lalu ia duduk dan mulai memutar engkol kotak musiknya.


    Sebuah lagu mengalun dari kotak musik Selena. Aku bingung, lagu itu bukanlah lagu yang telah menyebabkan kami kembali ke masa lalu.
    Padahal kotak musik yang sama, kenapa lagunya bisa berbeda ?
    Dengan tegang, aku memperhatikan orang-orang di sekitar kami. Apa yang pernah kulihat di desaku, kembali terlihat; Orang-orang seakan terhipnotis mendengarkan lagu dari kotak musik itu.
    Hmm... aku jadi penasaran, apakah kotak musik itu memang kotak ajaib, ataukah kemampuan Selena yang menyebabkan ini terjadi ?
    Ketika lagu yang dimainkan Selena mendekati akhir, mendadak datang beberapa orang dengan membawa tombak, yang dilihat dari pakaiannya, sepertinya tentara penjaga kota. Salah seorang yang memiliki tubuh sangat besar, dengan pakaian yang agak berbeda, maju mendekat ke Selena.
    “Hey nona, di kota ini dilarang bertindak sembarangan. Para pedagang ataupun penghibur yang hendak mencari rejeki di kota ini, harus minta ijin terlebih dahulu kepada kami !”
    Selena menatap mata laki-laki raksasa itu, lalu ia-pun kembali tersenyum.
    “Wah wah wah, dari yang saya tahu, seharusnya kota ini menjadi oase bagi para pengembara di Gurun Kovac. Tapi rupanya sekarang ada banyak dubuk berkeliaran mencari mangsa disini.”
    Wajah laki-laki tadi memerah mendengar kata-kata Selena.
    “Ku.. kurang ajar ! Siapa yang kamu sebut ‘dubuk’, heh ?! Jangan pikir kamu cewek, maka aku segan memukulmu !”, setelah berkata demikian, laki-laki tadi mengangkat lengannya.
    Apa yang terjadi selanjutnya, benar-benar tak terduga. Orang-orang yang tadi mendengarkan lagu Selena, bukan saja menahan pukulan raksasa itu, tapi juga melawan para petugas.
    “Berani sekali kalian mengganggu permainan gadis ini !”
    “Sejujurnya, kami juga sudah muak dengan sikap kalian yang sok berlagak sebagai pelindung, padahal terus menerus memeras kami !”
    Para penjaga itu benar-benar terkejut; Mereka tidak menduga kalau orang-orang berani melawan mereka. Keadaan-pun menjadi kacau. Dan di tengah kekacauan, tiba-tiba seseorang menarik lengan Selena.
    “Tu.. tunggu dulu ! Siapa... ?”, baik Selena maupun aku terkejut, melihat yang menarik lengan Selena ternyata salah seorang dari kedua gadis kakak beradik itu.
    Sambil tersenyum lebar, gadis itu berkata, “Aku suka dengan lagu kakak. Oh ya, namaku Althea. Aku dan adikku tinggal dan bekerja di sana.”, Althea menunjuk ke arah restoran yang dimasuki keduanya ketika sampai di kota ini, “Kalau kalian tidak keberatan, silahkan menginap di tempat kami. Anggap saja sebagai pembayaran atas permainan lagu kakak yang sangat hebat.”
    Aku dan Selena saling berpandangan, lalu kami berdua sama-sama tersenyum.
    “Terima kasih, Nona Althea. Kami akan menerima tawaran Anda dengan senang hati.”

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
    Last edited by Rivanne; 08-02-12 at 12:55.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #3
    Borgeth's Avatar
    Join Date
    Sep 2011
    Location
    Bandung
    Posts
    676
    Points
    13,121.86
    Thanks: 37 / 62 / 61

    Default

    Pertamax ..
    Numpang lewat ..

  6. #4
    Rsync's Avatar
    Join Date
    Aug 2009
    Location
    Borderline of dream and reality
    Posts
    3,841
    Points
    10,133.20
    Thanks: 199 / 267 / 191

    Default

    Mysteriously good, hmm cuma gw agak susah ngeliat dialognya

    either way, keep up the good work

    @tas
    lu orang gila?

    "You gotta be you, only one in the world" - Hideki Kamiya
    -Magnified Universe-
    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    senjata gw emang ciuman maut ala sinar rembulan gitu sih

  7. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Makasih atas komentarnya, Kk Rsync ^^ Jujur aja, sy lg bingung utk melanjutkan cerita ini atau tidak, karena kalau ingin dilanjutkan, berarti harus ada bbrp hal yg diubah (baru sadar stl baca ulang, ada bbrp bagian yg aneh ^^a).

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    3. Althea dan Alnia
    Rupanya, restoran itu sekaligus berfungsi sebagai penginapan. Althea dan Alnia adalah anak yatim piatu yang dipungut oleh pemilik restoran. Althea mengajak kami menuju lantai dua, yang merupakan tempat menginap.
    “Di saat seperti ini, hampir semua kamar penuh. Tinggal satu kamar ini yang tersisa, jadi aku mohon maaf, semoga kalian tidak keberatan istirahat di kamar yang sama.”
    Aku melirik ke arah Selena. Sementara Selena, tetap dengan senyum ramahnya, menjawab, “Ah, tenang saja, kami nggak masalah kok. Terima kasih sudah memperbolehkan kami menginap.”
    Tiba-tiba dari bawah tangga, terdengar suara, “Althea, kamu ada dimana ?”
    Althea menengok sekilas ke bawah sambil menjawab, “Aku ada di lantai dua, Alnia !”
    Seorang gadis yang mirip dengan Althea, segera berlari ke atas. Melihat aku dan Selena, gadis itu tampak bingung.
    “Ah Alnia, mereka ini adalah penghibur keliling yang sedang mampir di kota ini. Kurasa tak ada salahnya kalau kita memberi mereka tempat menginap khan ?”
    Aku memandang Alnia dalam-dalam. Jantungku berdegup kencang.
    Ibu... Rasanya benar-benar aneh, melihat ibu masih muda begini.
    “Ada apa ?”, tanya Alnia sambil menatap balik.
    “A.. ah, ng.. nggak ada apa-apa kok. Aku hanya terkejut, kalian berdua mirip sekali ya ?”
    Althea-pun tersenyum.
    “Ya, kami memang anak kembar. Waktu terjadi penyerangan besar-besaran oleh Kovachist, pemilik restoran menemukan kami di antara reruntuhan sebuah bangunan. Aku sangat berterima-kasih pada beliau, bukan saja mengangkat kami sebagai anak, tapi beliau pula-lah yang telah menyelamatkan nyawa kami ketika itu.”
    Kovachist ? Apa itu ?”, tanyaku dengan bingung.
    Ketika Althea hendak menjawab, tiba-tiba Alnia menyela, “Maaf, tapi aku harus memotong percakapan ini.”, kemudian ia menengok ke arah Althea, “Althea, papa mencarimu dari tadi.”
    “Ah, benar juga. Tadi aku pergi tanpa mengatakan apa-apa.”, kemudian ia menunduk ke arah kami, “Maaf, aku harus pergi dulu. Alnia akan membantu kalian. Permisi.”
    Setelah berkata demikian, dengan agak terburu-buru Althea menuruni tangga. Sementara Alnia membukakan pintu kamar.
    “Penginapan kami memang hanya punya kamar yang kecil, kuharap kalian tidak keberatan.”
    Ketika Alnia hendak pergi, Selena menahannya.
    “Namamu.. Alnia ya ? Saya belum memperkenalkan diri. Nama saya...”
    Tapi kata-kata Selena segera dipotong Alnia, “Maaf, tapi saat ini aku sedang sibuk. Kalau ingin beramah tamah, silahkan dengan Althea saja. Aku tidak punya waktu !”
    Alnia pergi, meninggalkan kami yang masih terkejut dengan kata-katanya.


    “Hmm... benar-benar gadis yang tidak ramah. Tapi sepertinya ini akan sangat menarik.”
    Mendengar kata-kata Selena, aku hanya menghela nafas.
    “Oh ya Selena, apa kamu tahu, apa itu Kovachist ?”
    Kovachist ya ? Itu adalah sebutan bagi penduduk asli Gurun Kovac. Biasanya, mereka tinggal di gua-gua pasir, dan berkelana secara berkelompok. Walau cara hidup mereka masih primitif, tapi jangan pernah meremehkan mereka; Masing-masing dari mereka adalah pembunuh yang sangat terlatih !”
    Aku tertegun mendengar penjelasan Selena.
    “Jadi maksudmu, orang-orang yang ada di kota ini, bukan Kovachist ?”
    “Bukan. Mereka umumnya adalah para pedagang yang biasa melewati Gurun Kovac. Karena jalur perdagangan ini semakin ramai, maka akhirnya diputuskan untuk membuka kota, sebagai tempat persinggahan. Tapi para Kovachist yang merasa keberadaan dirinya semakin terancam, akhirnya sering menyerang para pedagang, dan tentunya kota ini juga.”
    “Begitu rupanya. Yah, sekarang kurang lebih aku sudah mendapat gambaran mengenai kota ini maupun para Kovachist. Lalu apa nggak apa-apa aku tidur di kamar yang sama denganmu ?”
    Sambil menarik nafas panjang, Selena berkata, “Apakah kamu akan ‘menyerang’ saya, Yullef ? Yah, saya sih nggak masalah kalau-pun itu terjadi, fufufu...”
    Wajahku langsung memerah, dan tanpa berkata apa-apa lagi, aku langsung membaringkan diri.


    Langit semakin gelap, dan tanpa disadari, aku ketiduran. Tapi tiba-tiba aku terbangun, menengok ke arah Selena. Selena sedang memandang ke arah langit lewat jendela, sambil bersenandung.
    “Selena, lagu itu...”
    Selena menengok ke arahku sambil tersenyum manis.
    “Apa kamu mengenal lagu yang kunyanyikan ini ? Lagu inilah yang telah membawa kita balik ke masa lalu, ketika saya memainkannya lewat kotak musik.”
    “Sebenarnya, lagu apakah itu ? Ibuku juga seringkali menyanyikannya.”
    Wajah Selena langsung berubah menjadi tegang.
    “Ibumu ? Berarti, gadis bernama Alnia itu ? Dia.. tahu lagu ini ?”
    Melihat perubahan mendadak pada diri Selena itu, aku merasa bingung.
    “I.. iya. Memangnya kenapa ? Oh ya, bahasa yang digunakan dalam lagu itu juga berbeda dari bahasa yang kita gunakan khan ?”
    “Itu Bahasa Kovachist.”, Selena menunduk ketika menjawab, “Dan lagu tersebut memang lagu kuno Suku Kovachist. Aneh sekali ibumu bisa tahu lagu tersebut. Apa sebenarnya...”
    Tiba-tiba pintu kamar diketuk.
    “Maaf, ini aku, Althea. Apa kalian masih bangun ?”
    “I.. iya. Silahkan masuk, Nona Althea.”
    Pintu dibuka, dan Althea masuk sambil membawakan nampan berisi makanan. Setelah menaruh nampan tersebut di sebuah meja kecil di pojok ruangan, ia berkata, “Aku sudah minta ijin sama papa, dan beliau mengijinkan kalian tinggal disini. Bahkan beliau menyuruhku untuk membantu kalian selama berada di kota ini.”
    Senyum khas Selena kembali, ketika ia menjawab, “Terima kasih, Nona Althea.”
    “Ah ya, aku belum tahu nama kalian. Bolehkah saya mengetahuinya ?”
    “Saya Selena, dan pemuda ini bernama Yullef. Nona Althea, saya ingin memainkan sebuah lagu untuk Anda, apa Anda bersedia mendengarnya ?”
    Bola mata Althea terbelalak, dan dengan penuh semangat ia menjawab, “Te.. tentu saja.”
    Maka Selena-pun duduk sambil memutar engkol kotak musiknya.
    Lagu yang tadi disenandungkan oleh Selena, dan yang biasa disenandungkan ibu. Tak kusangka kalau lagu tersebut adalah lagu kuno kaum Kovachist.
    Tiba-tiba... “Ke.. kenapa ?”
    Aku menengok ke arah Althea, dan melihat wajah gadis itu menjadi sangat pucat. Tubuhnya-pun gemetar; Sepertinya ia sangat ketakutan.
    “Kenapa Kak Selena.. memainkan lagu.. itu ?”
    Belum sempat aku dan Selena bertanya lebih lanjut, Althea berlari keluar kamar.

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Kovachist, penduduk asli dari Gurun Kovac. Dlm suatu kesempatan, nanti Yullef akan banyak berhubungan dgn kaum ini. Lalu apakah arti dari lagu yg selalu disenandungkan Sang ibunda tersebut ? Lalu, apakah arti kata 'Yullef' di dalam ayat lagu tersebut ? Apakah semua itu akan membawa Yullef pada suatu kebenaran akan masa lalunya ?
    Last edited by Rivanne; 08-02-12 at 12:56.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #6
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Benar dugaan saya. Mereka bukan sekedar tahu lagu tersebut, tapi mungkin...”, Selena tidak melanjutkan kata-katanya.
    “Mungkin ? Mungkin apa ?”, tanyaku dengan penuh rasa ingin tahu.
    Selena memandangku; Seakan ia berkata, ‘lebih baik bagimu tidak mengetahuinya.’
    Aku hanya dapat menghela nafas.
    “Selena, mungkin kamu tidak akan menjawabnya, tapi aku tetap ingin bertanya padamu. Kenapa kamu bisa tahu namaku ? Tepatnya, nama yang kugunakan ?”
    Selena terdiam sejenak sambil memandang keluar jendela. Lalu ia berkata perlahan, “Bukannya saya tidak berniat menjawabnya, tapi belum waktunya saya menjawab pertanyaanmu itu.”
    “Lalu, kapan ?! Kuyakin kamu pasti tahu, kalau aku sebenarnya tidak memiliki nama ! Nama ‘Yullef’ kuambil dari salah satu kata pada syair lagu yang selalu dinyanyikan oleh ibu.”
    Selena menengok ke arahku, dan aku terkejut melihatnya; Untuk pertama kalinya kulihat wajah Selena tampak begitu sedih. Aku tertegun, bahkan aku masih terdiam di tempatku ketika Selena berjalan keluar ruangan.
    Rasanya sulit dipercaya. Selena.. terlihat begitu sedih. Kenapa ?
    Ketika kata ‘Kenapa’ muncul dalam benakku, aku-pun tersadar. Dan aku segera keluar kamar, bermaksud mengejar Selena. Ketika baru membuka pintu, aku bertabrakan dengan salah seorang dari kedua gadis kembar itu.
    “Aduuh... !”
    “Ma.. maafkan aku, Nona Althea. Oh ya, apa Anda...”
    Kata-kataku langsung dipotong oleh gadis itu, “Aku Alnia ! Walau kami kembar, tapi apa Anda sama sekali tidak bisa membedakan kami berdua ?!”, terdengar nada kesal dalam suara gadis itu.
    Aku terkejut. Sorot tajam sepasang mata Alnia, bagai membekukan sekujur tubuhku.
    Rasanya benar-benar aneh, melihat ibu masih teramat belia, berdiri di hadapanku seperti ini...
    Alnia menghela nafas, lalu berkata, “Kebetulan aku juga ingin menanyakan sesuatu kepada Anda. Kenapa Althea tiba-tiba berlari pergi begitu saja ? Tadi dia menemui kalian khan ?”
    “Oh, itu akibat lagu yang dimainkan Selena. Itu yang ingin kutanyakan. Apa Anda melihat Selena pergi ke arah mana ?”
    “Selena ? Ah, maksudnya teman wanita Anda. Tadi kulihat ia pergi keluar restoran.”
    “Terima kasih.”, dan tanpa menunggu, aku segera berlari keluar. Tapi suasana di jalan, walaupun hari sudah malam, masih tetap ramai.
    Aduh, aku harus mencari Selena kemana nih ?
    Tiba-tiba Alnia muncul di sampingku sambil berkata, “Biar kutemani mencarinya. Anda masih asing dengan kota ini khan ? Aku juga ingin menanyakan mengenai Althea kepada teman Anda.”


    Aku dan Alnia berjalan berkeliling kota, mencari Selena. Secara tidak sengaja, aku berjumpa dengan salah seorang yang pernah mendengarkan permainan kotak musik Selena.
    “Ah kamu, bukankah laki-laki yang bersama dengan gadis penghibur keliling itu ?”
    Melihat laki-laki bertubuh gemuk itu, aku-pun teringat kalau orang inilah yang telah berjanji akan membayar dalam jumlah besar jika Selena bisa menghiburnya.
    “Benar. Dan sekarang aku sedang mencari Selena. Apakah Anda melihatnya ?”
    Alih-alih menjawab, orang itu malah bergumam pada dirinya sendiri.
    “Oh, jadi namanya Selena ya ? Hmm, nama yang menarik.. sangat menarik.”
    Merasa diacuhkan, aku-pun kembali bertanya, “Maaf, tapi apakah Anda melihat Selena ?”
    Laki-laki itu tersadar dari lamunannya, “Ah, sayangnya tidak. Tapi kemana kiranya gerangan gadis belia sepertinya, pada malam hari seperti ini ? Apa perlu saya bantu untuk mencarinya ?”
    “E.. eh, ti.. tidak usah. Terima kasih atas tawarannya. Saya permisi dulu.”
    Setelah berkata demikian, aku segera meninggalkan laki-laki itu.
    “Anda mengenal Emir ? Hebat juga.”
    Kata-kata Alnia membuatku tertegun.
    Emir ? Maksud Anda, laki-laki gemuk itu ? Beliau mendengar permainan kotak musik Selena, dan sepertinya beliau suka dengan lagu yang dimainkannya.”
    Alnia menghela nafas, “Berarti Anda benar-benar tidak tahu, barusan bicara dengan siapa.”
    “Yah, aku menduga beliau orang kaya sih.”
    Kata-kataku langsung mendapat protes dari Alnia, “Beliau bukan sekedar orang kaya biasa ! Beliau adalah penguasa.. tidak, lebih tepat dikatakan beliau adalah pemilik kota ini. Mungkin Anda tidak tahu, tapi Emir adalah sebutan bagi para bangsawan, terutama di daerah padang pasir seperti Gurun Kovac ini. Nama sebenarnya dari Emir adalah Emir Khaled.”
    “Wah, aku nggak sangka kalau beliau penguasa kota ini.”
    Tiba-tiba langkah Alnia terhenti, dan pandangannya menuju ke tempat tinggi.
    “Ada apa ?”
    Gadis itu menunjuk ke arah yang dilihatnya. Ketika aku melihat, ternyata di salah satu menara jaga kota, Selena sedang duduk sambil menatap langit.


    “Ba.. bagaimana dia.. bisa ke tempat setinggi itu ? Bukankah pintu menara jaga selalu ditutup ?”
    Belum sempat kami bertindak, tiba-tiba terdengar suara lonceng tanda bahaya.
    “Tutup gerbang kota ! Kovachist menyerang !”
    Mendengar peringatan itu, semua penduduk kota langsung berlari menuju tempat tinggalnya masing-masing. Alnia juga hendak berlari balik ke penginapan sambil menarik lenganku.
    “Ta.. tapi... Selena masih disana !”
    “Tenang aja ! Dia ada di tempat tinggi, sulit bagi para Kovachist untuk mencapainya.”
    Sekilas aku melirik ke arah Selena, dan akhirnya aku-pun ikut dengan Alnia balik ke penginapan.
    “Tetap diam di kamar sampai semua penjaga kota berhasil mengusir Kovachist !”, dengan tegas, Alnia memperingatkanku.
    Penjaga kota ? Apakah mereka orang-orang yang pernah mengganggu permainan kotak musik Selena ?
    Aku mengintip keluar jendela. Terdengar keributan di luar dinding kota, tapi tak terlihat apapun dari jendela.
    Yah, kurasa para penjaga kota mati-matian agar para Kovachist tidak masuk ke dalam kota.
    Tiba-tiba seekor burung besar terbang dan menerobos kaca jendela kamarku.
    “ARGH ! A.. apa yang...”, kata-kataku terputus, akibat rasa dingin di leherku; Ada seseorang di hadapanku yang menempelkan sebilah pisau di leherku.
    “Kalau tak ingin mati, maka diamlah !”
    Aku terkejut, menyadari bahwa orang itu ternyata perempuan. Ia bicara dengan logat yang aneh, dan aku teringat akan kata-kata Selena, ‘Para Kovachist adalah pembunuh yang sangat terlatih !
    Apakah gadis ini adalah salah seorang Kovachist ?
    Sementara burung besar yang tadi menerobos jendela, mulai mengepakkan sayap dan berkoak. Gadis itu menghela nafas pendek, lalu berkata dalam bahasa yang tidak kumengerti. Tiba-tiba sebuah tinju keras menghantam tengkukku, dan perlahan tapi pasti, segalanya menjadi gelap...

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Penyerangan para Kovachist. Dan, apakah yg akan terjadi pada diri Yullef selanjutnya ?
    Last edited by Rivanne; 17-01-12 at 19:20.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #7
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    4. Kaum Kovachist
    Hal yang pertama kurasakan adalah panas; Benar, panas yang menyengat. Aku sadar, bahwa aku pernah mengalami hal ini sebelumnya. Perlahan aku membuka mata, dan menemukan diriku sedang terbaring dan terikat, di tengah padang pasir keemasan.
    Sepertinya aku masih hidup... kalau ini bukan neraka.
    Tiba-tiba terdengar suara, “Kamu.. sudah sadar ?”
    Seseorang berdiri membelakangi matahari yang bersinar terik. Walau wajahnya tak terlihat, tapi aku tahu siapa orang tersebut; Gadis yang telah memukulku hingga pingsan.
    Sambil tersenyum mengejek, aku menjawab, “Wah, nggak kusangka, di neraka bisa juga ketemu gadis semanis ini.”
    Gadis itu menendang pinggangku. Sementara di langit, kudengar suara burung-burung pemakan bangkai menjerit-jerit.
    Ah, benar juga. Burung yang menerobos masuk kamarku, adalah burung pemakan bangkai.
    Sambil menahan sakit akibat tendangan tadi, aku bertanya, “Apa kamu akan mengumpankan aku kepada burung-burung pemakan bangkai tersebut ? Kalau begitu, kenapa kamu tidak langsung membunuhku ketika itu ?”
    “Apa kamu mau mati ? Sekarang juga aku bisa membunuhmu.”
    Sepertinya gadis ini tidak berniat membunuhku. Lalu apa yang diinginkannya dariku ?
    Tiba-tiba terdengar suara lain, berbicara dalam bahasa yang tidak kumengerti. Tapi kata-katanya mirip dengan bahasa dalam lagu yang biasa dinyanyikan oleh ibu.
    Bahasa Kovachist. Baru kali ini kudengar dipakai dalam percakapan.
    Yang datang adalah seorang kakek dengan hampir seluruh tubuhnya tertutup jubah, serta tangan kirinya memegang sebuah tongkat. Setelah berbincang sejenak dengan gadis tersebut, kakek itu memandang ke arahku, dan bicara dalam Bahasa Kovachist. Usai kakek tersebut berbicara, gadis itu berkata kepadaku, “Kamu bukan berasal dari Kota Abkash. Tetua menanyakan, dari mana kamu berasal ?”
    Rupanya di antara Suku Kovachist, gadis ini bertindak sebagai penerjemah.
    Sambil menghela nafas panjang, aku menjawab, “Sebenarnya aku mau menjawabnya, tapi...”
    Kata-kataku langsung dipotong gadis itu, dengan menempelkan pisaunya ke leherku.
    “Jangan bertele-tele. Katakan saja dari mana asalmu !”
    “Baiklah. Kalau kukatakan aku berasal dari masa depan, apa kalian akan percaya ?”
    Reaksi gadis tersebut benar-benar di luar dugaanku; Ia tidak terkejut dengan jawabanku.
    “Jadi kamu dari masa depan ?”, lalu ia menengok ke arah Sang Tetua, dan mengatakannya dalam Bahasa Kovachist. Sang Tetua kembali bicara, yang kemudian diterjemahkan oleh gadis itu, “Ternyata kamu adalah Pembawa Takdir yang telah diramalkan oleh Tetua. Sekarang pilihan ada di tanganmu, apakah kamu akan menjadi Rillef, ataukah Yullef.”
    A.. APA ?!


    “Apa maksudmu dengan aku harus memilih menjadi Rillef atau Yullef ?”
    Gadis itu kembali berpaling kepada Sang Tetua, dan Sang Tetua kembali berkata-kata dalam Bahasa Kovachist. Sesaat gadis itu terkejut mendengar kata-kata Sang Tetua, lalu dengan enggan ia melepaskan ikatanku.
    “He.. hey, jawab dulu pertanyaanku tadi : Apa yang dimaksud Rillef dan Yullef itu ? Itu kata-kata dari bahasa kalian khan ?”
    Gadis itu tidak menjawab, hanya menatapku dengan tatapan tajam. Aku-pun langsung terdiam. Setelah melepaskan ikatanku, gadis itu kembali berbicara dengan Sang Tetua, lalu Sang Tetua berjalan pergi. Saat itu aku baru sadar, ternyata di sekitar punggung bukit, banyak orang yang sedang memperhatikan kami. Rata-rata dari mereka mengenakan jubah pelindung seperti yang dikenakan Sang Tetua. Hanya pakaian gadis itu saja yang berbeda; Berupa pakaian ketat yang dilapisi semacam bahan penahan panas. Setelah Sang Tetua menghilang dari balik bukit, semua orang yang sejak tadi memperhatikan kami juga menghilang. Untuk sesaat, aku merasa agak gugup, karena di tengah padang pasir yang panas ini, hanya ada aku dan gadis itu saja.
    “A.. ah, te.. terima kasih telah melepaskan ikatanku. Padahal kupikir tadinya, kamu hendak membunuhku dan diumpankan kepada burung pemakan bangkai itu.”
    Sambil menghela nafas panjang, gadis itu menjawab, “Jangan senang dulu ! Aku diminta oleh Tetua untuk mengawasimu.”
    “Mengawasiku ? Kenapa ?”
    Gadis itu melirik tajam ke arahku.
    “Untuk melihat, pilihan apa yang akan kau ambil. Jika kamu memilih menjadi Yullef, maka aku akan langsung membunuhmu !”
    Dengan penuh kekesalan, aku-pun menjawab, “Maka itu dari tadi kutanya, apa artinya Rillef dan Yullef itu ?! Aku nggak mengerti Bahasa Kovachist !”
    “Baiklah, kujelaskan secara singkat saja. Sejak jaman dahulu, Para Tetua Kaum Kovachist telah meramalkan akan datangnya Sang Pembawa Takdir. Tapi di samping harapan, terselip pula suatu kekhawatiran; Karena dalam ramalan itu dikatakan, jika Sang Pembawa Takdir memilih menjadi Rillef, maka ia akan memimpin Kaum Kovachist menuju kejayaan, tapi jika dia memilih menjadi Yullef, maka hanya akan ada kehancuran bagi kami. Rillef dapat disamakan sebagai Messiah, sementara Yullef adalah Chaos.”
    “Cha.. chaos ?”, tanpa sadar kakiku melangkah mundur, “Ja.. jadi, Yullef artinya chaos ?”
    Gadis itu memandangku dengan bingung.
    “Ada apa ? Sepertinya kamu terkejut dengan arti Yullef ?”
    Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada gadis ini, kalau aku telah memilih ‘Yullef’ sebagai namaku ?

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Rillef dan Yullef, akhirnya keluar jg arti dari kedua kata ini. Lalu, bagaimanakah nasib 'Yullef' setelah mengetahui arti dari nama yg telah dipilihnya sendiri itu ?
    Last edited by Rivanne; 08-02-12 at 12:56.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  10. #8
    -Caladbolg's Avatar
    Join Date
    Oct 2010
    Posts
    168
    Points
    153.81
    Thanks: 8 / 14 / 9

    Default

    hufft huge wall of text @_@...
    saran gw diselingi warna tulisan ato jarak antar alinea gan

    tp mayan bagus isinya, nyimak dulu...
    Ex- Archimore User

    visit my Deviation http://svien.deviantart.com

  11. #9
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Makasih atas sarannya, Kk Caladbolg ^^ Sy jg sedang berpikir utk membaginya per bab.

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    5. Kembali ke Abkash
    “Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang ?”
    Pertanyaan gadis Kovachist itu menyadarkanku dari lamunanku.
    “Apa yang.. ingin kulakukan sekarang, eh ?”, tanyaku seakan pada diriku sendiri, “Karena aku belum lama berada di jaman ini, masih banyak yang belum kuketahui mengenai daerah ini. Dan juga, temanku yang telah menyebabkan aku kembali ke masa lalu masih berada di Kota Abkash. Jadi sebaiknya aku kembali dulu ke kota tersebut.”
    “Baiklah, aku akan ikut denganmu, sebagai pengawasmu.”
    “Tapi..”, aku memandang padang pasir keemasan di sekelilingku, “.. aku nggak tahu harus pergi ke arah mana, menuju Kota Abkash. Jadi..”, aku mengalihkan pandanganku ke arah gadis itu.
    “Iya, aku akan menunjukkan jalan balik ke kota.”
    Di tengah perjalanan balik ke Kota Abkash, gadis itu memperkenalkan diri.
    “Oh ya, namaku Orphiel. Siapa namamu ?”
    Ga.. gawat ! Bagaimana aku harus menjawabnya ?
    Dengan cepat aku berusaha berpikir nama yang setidaknya mirip dengan ‘Yullef’.
    “Na.. namaku... Joseph. Senang berkenalan denganmu, Orphiel.”, sementara berkata demikian, dalam hati aku bernafas lega.
    “Senang berkenalan denganmu juga, Joseph. Sepertinya hanya untuk menyebutkan nama, kamu gugup sekali. Kenapa ?”
    “A.. ah, tidak.. tidak ada apa-apa kok. Aku hanya berpikir kalau namamu bagus, Orphiel.”
    Orphiel terdiam sejenak, lalu berkata, “Dalam Bahasa Kovachist, ‘Orphiel’ berarti Anak yang Terbuang. Pada kenyataannya, aku.. memang hanyalah anak yang dipungut oleh Tetua.”
    “Ma.. maaf kalau begitu. Tanpa tahu artinya, aku seenaknya saja mengatakan kalau namamu bagus. Sekali lagi, maafkan aku.”
    Dengan tersenyum sedih, Orphiel mengatakan, “Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa kok.”
    Mendengar jawaban Orphiel, sekilas aku teringat akan ibu dan diriku sendiri, yang tidak pernah diterima oleh orang-orang desa.
    Benar juga ya, aku juga terbiasa mendengar panggilan ‘Anak Si Gila’, walau sebenarnya aku punya nama.
    Kata-kata Orphiel kembali menyadarkanku, “Nah, kita sudah sampai di Abkash.”
    Ketika melihat ke depan, aku terkejut; Sebagian dinding luar Abkash telah runtuh, sementara banyak tubuh bergeletakkan di sekitar kota !


    Tanpa menunggu, aku segera berlari menuju Abkash. Beberapa orang penjaga kota menahanku.
    “Saat ini orang dari luar tidak diperkenankan masuk ke dalam kota !”
    “Aku bukan orang dari luar ! Aku juga tinggal di Abkash !”
    “Kalau benar, tunjukkan surat-suratmu.”
    Mendengar itu, aku-pun langsung terdiam. Tak pernah kuduga sebelumnya, kalau para penduduk Kota Abkash ternyata harus memiliki surat-surat.
    Tiba-tiba terdengar suara, “Tenang saja, dia tinggal di tempat kami.”
    Ketika aku melihat ke arah datangnya suara, ternyata salah seorang dari kedua gadis kembar itu telah berdiri tak jauh dari kami. Sang penjaga melihatnya, lalu berkata, “Ah, kamu putri dari pemilik restoran khan ?”, lalu ia kembali menengok ke arahku, “Baik, kamu boleh masuk.”
    “Saat ini aku bersama seorang teman...”, kata-kataku terputus, ketika melihat bahwa Orphiel sudah tidak berada di belakangku lagi.
    Hmm... benar juga ya, tidak mungkin Orphiel yang merupakan seseorang dari Suku Kovachist, menunjukkan diri begitu saja. Tapi kemana perginya ya ? Mendadak hilang begitu saja...
    “Ada apa ?”, tanya Sang penjaga.
    “Ti.. tidak, tidak ada apa-apa kok. Permisi.”, aku-pun segera berjalan melewati para penjaga.
    Dalam perjalanan kembali menuju restoran, aku bertanya, “Anda.. Nona Althea khan ?”
    Gadis itu mengangguk.
    “Nona Althea, apa yang sebenarnya terjadi di kota ini ? Apa ini.. akibat serangan dari Kovachist ? Lalu ketika itu, mengapa Anda tiba-tiba pergi setelah mendengar permainan Selena ?”
    Althea terus berjalan tanpa memberi jawaban pada semua pertanyaanku. Akhirnya kami sampai di restoran tempat tinggal Althea dan Alnia. Aku terkejut, melihat banyak orang yang terluka, berbaring di seluruh penjuru restoran, hanya dengan beralaskan tikar. Di salah satu sudut, kulihat Alnia sedang merawat seorang kakek tua yang terluka.
    “A.. apa semua ini, akibat dari.. serangan Kovachist ketika itu ?”, tanyaku dengan suara gemetar.
    Akhirnya Althea menggeleng, “Kami masih mampu menahan serangan Kovachist. Tapi setelah itu, tiba-tiba datang serangan dari Behemoth, makhluk raksasa penghuni Gurun Kovac, yang sebenarnya jarang memperlihatkan diri di hadapan manusia. Serangan mereka begitu mendadak, dan kami benar-benar tidak menduganya. Akibatnya yah...”, Althea hanya melihat sekelilingnya.
    Alnia menimpali, “Sepertinya ada ‘sesuatu’ yang menyebabkan mereka menyerang kota ini. Aku sempat memperhatikan, mereka sepertinya mencari-cari ‘sesuatu’ itu.”
    Aku sadar, bahwa kata-kata Alnia menyindir aku dan Selena, yang baru datang ke Kota Abkash.
    “Oh ya, Selena ada dimana ?”
    “Itu.. sebenarnya...”, terdengar keraguan dalam nada suara Althea.
    Alnia segera melanjutkan kata-kata saudari kembarnya itu, “Nona Selena menghilang bersamaan dengan hilangnya Anda. Ada yang mengatakan, melihat Nona Selena pergi sesaat sebelum Behemoth menyerang kota !”

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Behemoth, makhluk raksasa penghuni Gurun Kovac. Apakah gerangan yg memancingnya menyerang Kota Abkash ?
    Last edited by Rivanne; 08-02-12 at 12:57.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  12. #10
    DitoInside's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Bekasi
    Posts
    69
    Points
    26.50
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Bagus Nih Numpang Copy

  13. #11
    Qeulynchy~'s Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    On Island.
    Posts
    106
    Points
    61.95
    Thanks: 71 / 93 / 34

    Default

    Dear TS Good Story. saya boleh kasi saran ga? Tulisannya terlalu membosankan. mungkin karena terlalu rapat. paragraftnya dikasi range 1 enter. trus warnanya kalo bisa yang sejuk di mata.


    Kepercayaan itu seperti Keperawanan, jangan berikan kepada sembarang orang. Sekali kita kehilangan, dia tidak bakal balik lagi. Hati-hati memberikan kepercayaan kepada orang lain ... !


  14. #12
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Qeulynchy~ View Post
    Dear TS Good Story. saya boleh kasi saran ga? Tulisannya terlalu membosankan. mungkin karena terlalu rapat. paragraftnya dikasi range 1 enter. trus warnanya kalo bisa yang sejuk di mata.
    jangan dikasih warna kali, tambah bingung entar kalo font nya diganti mungkin bisa

    nah, dikasih enter" dikit boleh deh tuh (walau buat gw sih gapapa, novel atau cerpen yg ditulis di media cetak juga begini kok modelnya, ga pake di enter enter)



    eniwei ada petanya gak? buta arah gw soale ngikutin perjalanan si Yullef


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  15. #13
    DitoInside's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Bekasi
    Posts
    69
    Points
    26.50
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    jangan dikasih warna kali, tambah bingung entar kalo font nya diganti mungkin bisa

    nah, dikasih enter" dikit boleh deh tuh (walau buat gw sih gapapa, novel atau cerpen yg ditulis di media cetak juga begini kok modelnya, ga pake di enter enter)



    eniwei ada petanya gak? buta arah gw soale ngikutin perjalanan si Yullef
    hahaha lol

  16. #14
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Maksudnya, antar paragraf dikasih jeda 2 spasi kayak yg sudah sy coba kali ini ?

    BTW seperti yg sudah sy katakan sebelumnya, ini adalah proyek lama saya. Waktu itu, entah kenapa tiba2 sy menghentikan menulisnya. Stl sekian lama, baru sy baca2 ulang, dan jd bingung, knp waktu itu sy berhenti mengarang ya ? Jd sy ingin mendapatkan masukkan, apakah kiranya cerita ini pantas dilanjutkan lagi atau tidak ^^ Melihat respond dan masukkan, sepertinya masih cocok utk dilanjutkan ya ? Baiklah, sy akan memperbaiki bbrp bagian, plus membaginya menjadi bbrp bab. Dan semua masukkan2 akan sy tampung terlebih dahulu.

    @Lunar : Peta ya ? Hmm, waktu mengarangnya dulu sih, sy tidak sampai terpikir utk membuat peta ^^a Masukkan yg bagus, tp sayang sy tidak ahli dalam menggambar (termasuk peta). Duuh, gmn ya ? Kyknya bakal butuh bantuan org yg jago gambar deh utk buat peta...

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Kenapa ? Kenapa saya merasa begitu sedih, ketika ia mengatakan kalau nama ‘Yullef’ diambil dari salah satu kata dalam lagu itu ? Bukankah saya sudah tahu akan hal itu ?
    Selena berjalan di bawah teriknya matahari melewati Gurun Kovac. Tetapi tidak terlihat sedikit-pun keringat pada tubuhnya.
    Apakah sekarang ia bersama dengan para Kovachist ? Dan juga, apa ia sudah tahu arti nama yang dipilihnya tersebut ?
    Sebuah suara rendah dan berat dari kejauhan, menghentikan langkahnya sejenak. Perlahan ia menengok ke arah datangnya suara, lalu tersenyum lembut.
    “Apa kalian mencari saya dan anak itu ? Maaf, tapi saat ini saya tidak ingin bertemu kalian.”
    Baru saja Selena hendak melanjutkan langkahnya, ketika dua orang memakai jubah pelindung khas Suku Kovachist menghalanginya. Salah seorang di antaranya berkata terpatah-patah, “Ini.. daerah terlarang ! Kamu harus.. pergi !”
    Tetap tersenyum, Selena tidak memperdulikan kata-kata orang tersebut. Ia malah mengeluarkan kotak musiknya, lalu memutar engkol pada kotak musiknya itu.
    “Hey kamu, apa tidak.. dengar yang.. kukatakan ? Cepat pergi... !”, tiba-tiba orang tersebut merasakan keanehan pada tubuhnya. Hal yang sama juga dialami oleh orang kedua.
    “Ka.. kamu...”, tetapi orang tersebut tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia terjatuh dengan disusul temannya. Keduanya mati dengan darah keluar dari mata, hidung dan telinga mereka. Selena berhenti memutar engkol, lalu sambil memperhatikan keduanya, ia berkata, “Apa kalian tidak pernah diajari untuk berlaku sopan terhadap wanita ? Dasar kaum barbar.”
    Lalu ia kembali menyimpan kotak musiknya dan berjalan pergi.


    Burung-burung pemakan bangkai terbang di atas Kota Abkash sambil menjerit-jerit, seakan mengisyaratkan sesuatu. Sekilas aku melihat mereka, lalu ke arah menara jaga tempat Selena pernah duduk.
    Selena, kemana kamu pergi ? Mengapa kamu meninggalkanku begitu saja ?
    Tiba-tiba terdengar sebuah suara dalam benakku, “Rupanya temanmu pergi meninggalkanmu.
    Aku terkejut; Suara itu adalah suara Orphiel.
    “O.. Orphiel ? Kamu.. ada dimana ?”, aku segera menengok ke kiri – kanan mencari Orphiel.
    Aku bicara melalui pikiran. Tapi tenagaku tidak terlalu kuat, jadi aku nggak bisa bicara lama-lama. Temuilah aku di tembok sisi timur Abkash.”, perlahan, suara Orphiel semakin melemah.
    Ketika suara Orphiel sudah tidak terdengar lagi, aku segera berlari menuju tembok sisi timur Abkash. Aku bisa paham, alasan Orphiel memilih tempat itu. Karena tembok di sisi tersebut hampir tidak mengalami kerusakan berarti, maka para penjaga kota fokus di tempat lain.
    “Orphiel, aku disini. Kamu dimana ?”
    Gadis itu muncul dari balik sebuah rumah. Melihat dirinya, aku terkejut; Pada kedua lengannya, masing-masing terdapat segores luka yang terlihat cukup dalam.
    “Kedua tanganmu itu.. kenapa ? Apa kamu...”
    Orphiel segera memotong kata-kataku, “Ada dua orang suku-ku yang sedang dalam bahaya, atau mungkin malah sudah mati, tak terlalu jauh dari kota ini.”, sebelum aku bertanya lagi, Orphiel segera memberi penjelasan, “Kami Suku Kovachist, jika berada dalam bahaya, dapat meminta bantuan jika ada orang se-suku yang berada tidak jauh. Dan permintaan bantuan itu muncul dalam bentuk luka seperti ini.”
    Sambil memperhatikan luka pada lengan Orphiel, aku berkata, “Benar-benar menarik.”
    “Daripada membicarakan masalah itu, lebih baik memikirkan apa yang hendak kamu lakukan sekarang. Apa kamu akan mengejar temanmu itu, Joseph ?”
    “Kurasa aku tak punya pilihan lain. Lagipula, aku kembali ke masa lalu akibat permainan kotak musiknya.”, tiba-tiba aku teringat akan kata-kata Alnia, “Oh ya Orphiel, apakah yang kamu tahu mengenai Behemoth ?”
    Wajah Orphiel tampak terkejut.
    “Ke.. kenapa tiba-tiba tanya mengenai Behemoth ?”
    “Soalnya tak lama setelah kalian meninggalkan Abkash, kota ini tiba-tiba diserang oleh mereka.”
    Bola mata Orphiel semakin terbelalak, “Ma.. maksudmu, Kota Abkash ini rusak parah akibat serangan Behemoth ? I.. itu.. tidak mungkin !”
    “Sayangnya, kenyataannya memang demikian. Jadi tolong beri tahu aku, apa itu Behemoth ?”
    Burung-burung pemakan bangkai kembali menjerit-jerit. Orphiel melihat ke arah langit, lalu berkata, “Mungkin kamu benar. Dari tadi para pemakan bangkai gelisah, merasakan adanya bahaya. Mungkin mereka merasakan kehadiran Behemoth.”
    “Eh.. maksudmu, Behemoth masih ada di sekitar sni ?”
    “Kemungkinan besar, iya. Dan kalau begitu, alasan mereka muncul tiba-tiba sudah jelas.”, lalu Orphiel memandang ke arahku, “Mereka mencarimu, Pembawa Takdir ! Kita harus segera pergi dari Kota Abkash ini.”
    Baru saja Orphiel berkata demikian, ketika tiba-tiba terdengar suara seperti lenguhan yang berat dan rendah. Lonceng pertanda bahaya kembali berbunyi, dan para penjaga memberi peringatan, “Behemoth kembali menyerang ! Cepat berlindung !”

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BTW, kayaknya di sini yg plg misterius memang Selena ya ? Fufufu... siapakah gadis cantik itu sebenarnya ?

    O ya, utk kali ini, sy coba fonts-nya pake Comic ya ^^
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  17. #15
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    gambar petanya ga usah detail sampe ada kontur ketinggian dst dkk gitu /"

    at least ini gurun ada apa aja di dalemnya, letak kotanya, terus yang letak suku Kovachist itu sebelah mana kota, atau ada gunung apa, monumen apa, oasis apa, dst dkk gitu, landmark yg notable aja ga usah detail

    soalnya ini semi-adventure kalo gw liat (+ time-slip)...kalo ga ada letak tempat"nya jadi kurang asik


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •