Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 19
http://idgs.in/603426
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Sleeping Beauty Project

    Hmm... dah lama bgt w nggak posting cerita di sini ya ? Well, judul itu sebenarnya msh bisa berubah, tp memang inti dr cerita ini adalah cerita Sleeping Beauty. Have fun reading ^^

    Spoiler untuk Sleeping Beauty 01 :

    Penderitaan...
    Setiap manusia, pasti pernah mengalami hal yang menyedihkan, minimal sekali di dalam hidupnya. Lalu, seperti apakah kesedihan itu ? Kejadian apakah yang dapat membuat orang bersedih ? Kehilangan orang yang disayangi, Ketika kebebasan seseorang terampas, Dibuang atau diasingkan dari lingkungannya; Itu adalah beberapa contoh hal yang dapat menyebabkan seseorang bersedih...
    Seseorang menjadi menderita...

    1. Kebahagiaan yang Sirna

    Pada suatu siang yang cerah, seorang gadis remaja berlari dengan penuh semangat. Sepasang bola matanya yang berwarna hijau cerah tampak begitu berbinar, dan rambut coklatnya tampak berkibar akibat kecepatan larinya.

    Seorang penjual sayuran yang dilewatinya, berkata, “Hati-hati, Ellen ! Nanti kamu kesandung.”

    Gadis bernama Ellen itu menengok sambil tersenyum.

    “Tenang aja, Bibi Marge. Ellen nggak...”

    Kata-katanya terhenti, ketika ia menabrak sebatang pohon. Dan penjual sayuran itu hanya menggeleng saja.

    Ellen berusaha bangkit sambil menahan sakit.

    “Aduduh... Kenapa bisa ada pohon di tengah jalan begini sih ?!”

    Seorang laki-laki setengah baya, yang kebetulan lewat, menjawab, “Bukan pohonnya yang di tengah jalan, tapi kamu larinya sudah keluar jalan, Nona Ellen.”

    Mendengar itu, Ellen tertegun, lalu ia melihat ke bawah kakinya.

    “Ah, benar juga.”, kemudian ia menunduk di hadapan pohon tersebut, “Maaf ya pohon, sudah menyalahkanmu.”

    Melihat tingkah laku Ellen, semua yang ada di tempat itu-pun tertawa.

    Dan Marge, Sang penjual sayuran, menimpali, “Makanya, lain kali dengar nasehat orang tua. Lagian larimu kenceng banget. Ada apa sih, terburu-buru begitu ?”

    Sambil tersenyum lebar, Ellen-pun menjawab, “Hari ini, akan ada anak baru di panti. Makanya Ellen mau cepet-cepet pulang. Yuk, Bibi Marge.”

    “Ellen, awas...”

    Tapi peringatan dari Marge terlambat, karena Ellen sudah tersandung, dan jatuh terjerembab.


    Tokoh utama di bagian pertama, Yang Kehilangan, adalah Ellen; Seorang gadis belia di sebuah panti asuhan, yang terletak di pinggiran kota. Dan dapat dikatakan, ia adalah Sleeping Beauty pertama di cerita ini.
    Last edited by Rivanne; 26-01-13 at 03:27.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. #2
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    hmmm.. masi chapter 1, keterlaluan pendek pula.. tapi sedikit banyak gua bisa ngebayangin.

    Ellen sleeping beauty pertama, jadi ada yang kedua-ketiga-dst ?

    Jadi Ellen tersandung, dan jatuh terjerembab.. -end- gua rasa, kurang kuat buat dijadiin cliffhanger, karena konten diatasnya pendek abis, jadi bukannya penasaran, reaksi pembaca malah kayak -> HAH??

    satu lagi, masi wall of text.. & jangan lupa ikut event MoV, ato gua cabik2 anu lu

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Kalo ttg Ellen jatuh terjerembab... mang w cm masukkin unsur komedi, wkwkwk... sante aja, itu nggak ada arti apa2, bahkan jelas bkn utk cliffhanger kok ^^a Ttg Sleeping Beauty, yup, sesuai yg w sebut, pasti msh ada yg kedua dst ^^ BTW w kebiasaan buat per paragraph seperti format novel, jd memang kayak gitu jadinya. W males pecah2-in, apalagi jarang bgt yg baca...

    PS : Kmrn gara2 banjir n mati lampu, w sama sekali lom lanjut lagi... *SIGH* Ttg MoV, kita liat dulu yaaa...

    Spoiler untuk Sleeping Beauty 02 :
    “Kenapa sih Ellen ceroboh banget ?”, gumam Ellen pada dirinya sendiri.

    Tiba-tiba terdengar suara, “Ah, kamu sudah pulang, Ellen ? Tumben cepat.”

    Ellen menengok, dan melihat seorang wanita setengah baya sedang berdiri di depan rumah, mengelap kaca jendela. Ellen-pun kembali tersenyum.

    “Pasti dong, Mama Pat. Kan Ellen mau ikut menyambut anak baru.”

    Patricia, Sang ibu pengasuh panti, tertawa sambil berkata, “Dasar kamu itu.”

    Tapi kemudian, wajahnya berubah menjadi sedih.

    “Tapi sejujurnya, mama sedih kalau penghuni panti ini bertambah. Itu kan berarti, makin banyak anak yang kehilangan atau diabaikan oleh orang tuanya.”

    Mendengar itu, senyum di wajah Ellen-pun lenyap. Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, Ellen memasuki rumah. Sementara, Patricia melanjutkan kegiatannya membersihkan jendela.

    Ketika sampai di ruang makan, Ellen menghentikan langkahnya.

    ‘Ya, Ellen ngerti, Mama Pat memang benar. Tapi, Ellen jadi ngerasa salah, seneng gara-gara ada anak baru...’

    Kemudian ia memperhatikan ruang makan tersebut. Di tengah ruangan, tampak sebuah meja besar, dan terdapat beberapa kursi yang mengelilinginya. Ellen-pun menghela nafas.

    ‘Abis gimana lagi ? Minggu lalu, Josh dan Anne pergi, tinggal bersama keluarga baru mereka. Rumah ini jadi sepi, jadi wajar kan kalau Ellen seneng dapet temen baru ?’

    Tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya keras-keras.

    ‘Nggak boleh begitu, Ellen ! Oh ya, kira-kira anak baru itu laki-laki atau perempuan ya ? Kalau anak laki-laki, susah diajak main bareng dong...’

    Tiba-tiba terdengar suara tak jauh darinya.

    “Kak Ellen, ngapain bengong ngeliatin meja makan ?”

    “Eh ?!”, Ellen terkejut, lalu menengok ke arah datangnya suara.

    Tampak seorang anak perempuan berusia sekitar 8 tahun, dengan rambut hitam acak-acakan, dan sepasang mata besarnya sedang memperhatikan Ellen.

    “Sarah, kamu nggak ikut menjemput anak baru itu ?”

    Dengan sikap acuh, gadis kecil bernama Sarah itu menjawab, “Males ah.”

    Ellen-pun tersenyum.

    “Ya udah, Kak Ellen mau ganti baju dulu. Entar bantu Kak Ellen siapin makanan ya ?”

    Usai berkata demikian, Ellen berjalan menuju kamar.


    Menjelang pukul 1 siang, akhirnya tibalah juga yang telah ditunggu-tunggu oleh Ellen.

    Seorang laki-laki setengah baya, dengan rambut yang sebagian sudah beruban, membawa masuk seorang anak laki-laki yang bertubuh kurus, memakai baju yang lusuh dan kotor. Ketika Ellen melihat sorot mata anak laki-laki itu, sekilas ia teringat akan dirinya sendiri ketika pertama kali datang ke panti asuhan tersebut.

    ‘Mata itu.. sama seperti Ellen waktu itu; Mata yang seakan kesal dan marah pada dunia, dan tidak percaya pada siapapun dan apapun. Apa yang terjadi padanya ya ?’

    Laki-laki setengah baya itu-pun berkata kepada anak tersebut, “Ayo Karl, perkenalkan dirimu.”

    Tidak menjawab, anak itu hanya menatap bergantian ke arah Ellen maupun Sarah. Sementara Sarah, ditatap dengan tajam seperti itu, bersembunyi di belakang Ellen.

    Patricia mendatangi anak itu, lalu berusaha mengelus rambutnya. Akan tetapi, anak itu menepis tangan Patricia, berbalik dan lari keluar rumah.

    “Karl !”

    Baru saja laki-laki setengah baya itu hendak mengejar, ketika Ellen menahannya.

    “Papa, biar Ellen aja yang mengejarnya.”

    Awalnya laki-laki itu tampak ragu, tapi Patricia mengijinkan Ellen untuk mengejarnya.

    “Tenang saja, Ellen pasti bisa mengatasinya.”

    Laki-laki itu memandang Patricia dengan bingung.

    “Kenapa kamu bisa yakin, Pat ?”

    “Mata anak itu.. sama seperti mata Ellen ketika pertama ia datang ke rumah ini. Mungkin, mereka mengalami hal yang mirip. Jadi aku yakin, Ellen pasti bisa memahami anak itu.”


    BTW w coba pisah2-in lagi tuh...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #4
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Aahh.. this's better.

    btw, novel gua dirumah juga banyak. Malah, gua belajar nulis pertama2 tu niru kata2, kalimat2, & diksi dari Novel2 barat. Masalahnya, baca novel di buku, spasi rapet2 gitu ga masalah. Tapi kalo di internet dipraktekin, jadinya malah wall of text

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Yah, itu sebabnya cc w tetap lbh suka baca novel asli drpd novel di komputer ^^a Memang mata capek kalau liat wall of text sih... tp awalnya w memang buat begitu, karena memang niatnya diterbitkan. Sayang sampe skr msh gagal... *SIGH* Yo wes, kalo mang msh ada yg baca, w akan coba utk selalu memberi jeda di antara barisnya. W males ksh jeda, krn biasanya jg jarang ada yg baca sih ^^a

    BTW, lom ada komentar utk ceritanya ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  7. #6
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Masih terlalu sedikit oe.. gw blom bisa komen banyak
    Tapi bisa gua tebak, nanti kedepannya karl bakal dibantu sama Ellen supaya bisa 'kembali tersenyum' dsb~

    Bagusnya, lu ceritain dulu masa lalunya si Karl/Ellen terserah yang mana, kenapa bisa jadi serba negatif gitu. Kalo background-nya aja bisa lu gambarin se-epic mungkin, bakal mantep dah kedepannya

  8. #7
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Hmm... kalau cm sekedar dibantu Ellen... drama bgt ya kesannya ? Fufufu...

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #03 :
    Setelah mencari-cari, akhirnya Ellen menemukan Karl sedang duduk meringkuk di balik pohon.

    Ketika melihat Ellen, Karl kembali berusaha lari, tetapi kata-kata Ellen menahannya.

    “Namamu.. Karl, kan ? Namaku Ellen.”

    Karl menengok, dan melihat Ellen hanya berdiri di tempatnya. Melihat itu, Karl tampak bingung.

    “Kamu.. nggak berusaha menahanku ?”

    Ellen-pun menggeleng.
    “Ellen cuma pengen ngobrol sama kamu, Karl. Itu juga kalau kamu nggak keberatan.”

    Karl masih menatap curiga ke arah Ellen, tapi ia kembali duduk. Ellen-pun tersenyum lembut.

    “Karl, kenapa tadi kamu kabur ? Apa kamu takut sama Mama Pat ?”

    “Mama Pat ?”

    “Ah, maksud Ellen, yang tadi pengen ngelus rambutmu. Nama sebenarnya Patricia, tapi kami memanggilnya Mama Pat.”

    Karl tidak menjawab; Tampak keraguan di wajahnya.

    “Kamu.. takut ada di deket orang yang nggak kamu kenal, bener kan ? Kamu takut, mungkin orang itu benci atau nggak suka sama kamu.”

    Mendengar kata-kata Ellen, Karl-pun terkejut.

    “Kenapa kamu bisa... ?”

    Ellen kembali tersenyum, tapi kali ini, senyumnya tampak sedih.

    “Karena dulu pas Ellen pertama kali dateng ke rumah itu, Ellen juga sama kayak kamu; Selalu ketakutan, dan nggak bisa percaya sama siapapun.”

    Lalu Ellen menarik nafas panjang, dan memandang ke arah langit. Kemudian, ia mulai bercerita.

    “Mungkin beda dengan anak-anak laen di panti, Ellen sebenarnya punya papa. Mama meninggal pas Ellen kecil, jadi Ellen nggak terlalu inget sama mama. Tapi papa bilang, mama memang sakit-sakitan, dan suatu hari, sakitnya jadi parah dan mama pergi selamanya. Abis ditinggal mama, papa jadi suka minum dan mabok. Kalo udah mabok, papa...”

    Ellen tertegun, menyadari air mata telah mengalir di pipinya.
    “Aduduh, kenapa Ellen malah jadi nangis gini ya ? Maap ya, Karl.”

    Karl memandang serius ke arah Ellen.

    “Jangan diteruskan lagi !”

    “Eh ?”

    Karl-pun menghela nafas.
    “Tadi, kamu bilang kita sama. Berarti sebenarnya, kamu ingin melupakan kejadian itu, kan ? Aku mengerti, kamu menceritakannya demi aku, jadi.. kamu nggak perlu meneruskannya lagi.”

    Ellen mengangguk sambil menghapus air matanya, sementara Karl mendekat ke arahnya.


    Ketika Ellen kembali bersama Karl, baik Patricia dan suaminya, juga Sarah, menyambut mereka.

    “Karl, maaf. Tadi aku hanya bermaksud mengelus rambutmu, aku tak bermaksud membuatmu takut.”

    Karl memandang Patricia dengan sorot mata yang berbeda dari sebelumnya; Sorot matanya kali ini, jauh lebih lembut.

    “Mama Pat, benar kan ?”

    Dipanggil seperti itu, Patricia menengok ke arah Ellen. Ellen-pun mengangguk.

    “Ya, tadi Ellen memang bilang ke Karl tentang Mama Pat.”

    Patricia-pun kembali memandang Karl sambil tersenyum ramah.
    “Kamu sudah nggak takut lagi kan ? Selamat datang, Karl. Mulai sekarang, rumah ini akan menjadi rumahmu, dan kami akan menjadi keluargamu.”

    Karl termenung sejenak.
    “Keluarga.. ya ?”, kemudian ia-pun mengangguk, “Kalau begitu, aku boleh memanggil Anda Mama Pat, sama seperti yang lain kan ?”

    “Tentu saja ! Kamu tentu sudah tahu Ellen kan ?”, lalu Patricia menarik lengan Sarah, yang masih berdiri menjaga jarak, “Dan anak ini namanya Sarah. Ayo Sarah, perkenalkan dirimu.”

    Karl mengulurkan lengannya, dan Sarah-pun menerima jabat tangannya dengan ragu.
    “Sarah.”

    Kemudian Karl menengok ke sekelilingnya, lalu memandang Patricia dengan bingung.

    “Apa yang lain masih belum pulang ?”

    Patricia-pun menggeleng.

    “Tidak. Saat ini, hanya Ellen dan Sarah yang masih tinggal di panti ini. Jadi, kamu adalah anak ketiga yang ada di tempat ini. Semoga kalian bisa berteman baik ya ?”

    Usai berkata demikian, Patricia dan suaminya berjalan memasuki panti, dengan diikuti Sarah. Ellen juga hendak masuk, ketika dilihatnya Karl masih berdiam diri di tempatnya.

    “Karl, ngapain bengong gitu ? Ayo masuk.”

    Karl menggumamkan sesuatu.

    “Kamu bilang apa, Karl ?”

    Karl-pun menggeleng, lalu sambil tersenyum, ia-pun berkata, “Bukan apa-apa kok.”

    Setelah Karl masuk, wajah Ellen-pun berubah menjadi tegang.

    Apa Ellen salah denger ? Tapi tadi kayaknya, Karl bilang.. dasar orang-orang menyedihkan ?

    Ellen-pun menggeleng keras-keras, lalu ikut memasuki rumah.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #8
    Dlucario's Avatar
    Join Date
    Nov 2012
    Posts
    431
    Points
    19,914.57
    Thanks: 7 / 25 / 23

    Default

    wuihh.. pendek2 banget chapternya, ga sampe 10 menit w baca

    btw ini settingnya dimana? fantasi? asli? bahasanya agak nggak baku gitu ya

  10. #9
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Ahaha... maklum, project baru. Baru segitu yg w karang, fufufu... sabar2, nanti malam pasti w lanjutin lg deh ^^

    Setting... hmm, bkn fantasy sih, ini dunia real kok. Tp w tdk menyebutkan scr pasti, negara tempat kejadian. Bahasa agak nggak baku ? Weh, baru kali ini ada yg komentar begitu. Biasanya w malah dikeluhkan bahasanya terlalu baku ^^a Tp kalau dah nggak baku, w seneng, berarti dah nggak kaku lagi penyampaian w, fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  11. #10
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #04 :
    Dengan cepat, Karl beradaptasi dengan kehidupan di panti. Karl tidak segan melakukan apapun, baik membantu Patricia, maupun bermain dengan Sarah. Sarah-pun, yang awalnya merasa takut, akhirnya malah jadi dekat dengan Karl.

    Sementara Karl dan Sarah bermain, diam-diam Ellen memperhatikan keduanya.

    Sepertinya nggak ada masalah. Berarti benar, waktu itu Ellen salah denger.

    Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Ellen.
    “Kamu lagi ngapain, Ellen ?”

    “Ah !”, buku yang dipegang Ellen terjatuh, “Ma.. Mama Pat, jangan ngagetin Ellen dong.”

    Patricia melihat ke arah Karl dan Sarah, kemudian kembali memandang Ellen sambil tersenyum penuh arti.
    “Oh, rupanya begitu. Ternyata kamu sudah cukup dewasa, Ellen.”

    Pipi Ellen-pun bersemu merah.
    “Ma.. Mama Pat, apa maksudnya itu ?”

    Belum sempat Patricia menjelaskan maksudnya, tiba-tiba terasa guncangan yang sangat keras. Baik Ellen maupun Patricia terjatuh ke lantai. Guncangan itu semakin besar, barang-barang mulai berjatuhan, dan dinding-pun retak-retak.

    Terdengar jerit penuh ketakutan dari Sarah, sementara Ellen dan Patricia mencari tempat untuk berlindung di bawah meja maupun bangku. Ketika terjadi sebuah guncangan yang teramat keras, langit-langit panti runtuh tepat di atas Ellen.

    “Ellen, awas !”

    Ellen merasa tubuhnya terdorong, lalu debu berhamburan. Untuk sesaat, Ellen hanya terhenyak di tempatnya terduduk, tidak sadar akan apa yang terjadi. Lalu guncangan berhenti, dan ketika debu lenyap, bola mata indah Ellen-pun terbelalak; Tepat di hadapannya, tampak tubuh Patricia tertimpa reruntuhan atap rumah.

    “Ma.. MAMA PAT !”


    Dengan terhuyung-huyung, Ellen berjalan mendekat ke arah Patricia.
    “Mama Pat, bertahanlah !”

    Ketika sudah dekat, terdengar suara lemah dari Patricia.
    “El..len, kamu.. nggak.. lu..ka ?”

    “Iya, Ellen baik-baik aja, berkat Mama. Bertahanlah, Ellen akan mengeluarkan mama dari sini !”

    “Tidak, ja..ngan. El..len, cepat ke..luar !”

    Ellen menggeleng, sambil tetap berusaha mengangkat reruntuhan yang menimpa tubuh Patricia. Tiba-tiba, untuk kedua kalinya, terasa guncangan yang teramat keras, dan Ellen kembali terjatuh.

    Baru saja Ellen bangkit, ketika sebuah tangan menariknya.

    “Ellen, kita harus segera keluar dari sini !”

    “Karl ?”

    Dengan kesal, Ellen menarik lengannya dari pegangan Karl.
    “Nggak ! Ellen harus menolong Mama Pat !”

    Sementara, dengan sisa tenaga terakhirnya, Patricia berkata kepada Karl.
    “Karl, tolong.. bawa Ellen.. keluar...”

    “Karl, lepasin tangan Ellen ! Kalau mau pergi, pergi aja sendiri !”

    Untuk ketiga kalinya, terjadi guncangan yang keras, dan langit-langit kembali runtuh. Karl menarik Ellen, agar tidak tertimpa reruntuhan.

    “Dengar Ellen, apapun yang kamu lakukan, nasib mereka takkan berubah ! Sekarang, apa kamu ingin menyia-nyiakan nyawamu yang telah ditolong oleh Mama Pat, atau bertahan hidup ?!”

    Ellen menengok ke arah Patricia, yang sudah tidak bergerak lagi. Air mata mulai membasahi pipinya, dan ia-pun menunduk.
    Sebelum terjadi guncangan lebih keras lagi, Karl segera menarik Ellen keluar dari rumah panti tersebut. Dan tepat ketika mereka berhasil keluar, guncangan dahsyat membuat seluruh rumah panti rubuh. Ellen menjerit histeris, melepaskan tangannya dari pegangan Karl, lalu berusaha menyingkirkan reruntuhan. Hingga akhirnya, menyadari bahwa usahanya sia-sia belaka, ia jatuh berlutut dan terus menangis.


    Tragedy terjadi, dan menjadi awal dari segalanya... BTW sub judulnya dah w ganti, karena sebentar lg akan memasuki sub judul kedua, yg sbl-nya menjadi sub judul pertama.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  12. #11
    PUTRACENTER's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    Depan Komputer
    Posts
    155
    Points
    29.00
    Thanks: 2 / 1 / 1

    Default

    Di baca dlu ahh ch 1-4..
    ceritanya pendek jd ga lama".

    Oh ya TS nya klo bisa setiap chapter di masukan di satupost pertama saja... kan bisa di quote.

    Jadi buat pembaca simpel ga cari" lagi chapternya.


  13. #12
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #05 :
    Ketika Karl mendekat dan memegang bahu Ellen, ia masih berlutut sambil menutup wajahnya.
    “Ellen...”

    Ellen masih terisak, sambil menghapus air matanya. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu, lalu menengok ke arah Karl.

    “Karl, di mana Sarah ?”

    Ditanya seperti itu, Karl hanya terdiam. Ellen-pun kembali menjadi panik.

    “Karl, jawab ! Sarah ada di mana ? Bukannya tadi kamu lagi main sama Sarah ?!”

    Akhirnya, setelah terus didesak, Karl-pun menjawab, “Maaf. Pas guncangan pertama terjadi, dinding di sebelah kami runtuh, dan...”
    Ellen segera bangkit, menatap reruntuhan panti dengan pandangan kosong.

    “Nggak... Sarah... masa, Sarah juga...”

    Karl memeluk Ellen, dan membiarkannya menangis di dalam pelukannya.

    Masih terjadi beberapa guncangan kecil, tapi bahaya terbesar telah berlalu. Cukup lama Ellen menangis, sampai akhirnya ia mulai terlelap. Pada saat itu, terdengar suara tak jauh dari mereka.

    “Ellen ?”

    Ellen-pun mengusap matanya, lalu menengok ke arah datangnya suara.

    “Bi.. Bibi Marge !”

    Ellen melepaskan diri dari pelukan Karl, lalu berlari menuju ke arah Marge dan memeluknya.

    “Bibi Marge, syukurlah bibi selamat ! Syukurlah...”

    Marge menengok ke arah reruntuhan panti, lalu bertanya, “Ellen, gimana kondisi Patricia dan Sarah ? Apa mereka baik-baik saja ?”

    Ellen hanya terdiam, tak bisa menjawab. Dan Karl-lah yang menjawab pertanyaan tersebut.

    “Nasib mereka sungguh menyedihkan. Mereka tertimpa reruntuhan, dan tidak tertolong lagi.”

    Mendengar kata-kata Karl, Ellen-pun tertegun. Sekilas, ia teringat akan kalimat yang pernah didengarnya, ketika pertama kali Karl datang ke panti tersebut. Ellen-pun mendatangi Karl, dan menatapnya dengan tajam.

    “Ellen inget, pas pertama Karl dateng, kamu pernah bilang kami orang-orang menyedihkan. Waktu itu Ellen pikir salah denger, tapi mungkin kamu memang bilang gitu. Tadi pas Ellen mau menolong Mama Pat, kamu juga bilang kalau nasib mereka nggak akan berubah. Apa maksud semua ini, Karl ?!”

    Karl memandang Ellen selama beberapa saat, dan akhirnya menarik nafas panjang.

    “Sepertinya aku salah; Padahal, selama ini aku berpikir, kamu hanyalah gadis cantik yang bodoh, tapi ternyata kamu cukup cerdas. Berarti, nggak sia-sia aku menyelamatkanmu.”

    Ellen mundur selangkah, memandang Karl dengan takut. Dan Karl-pun tersenyum.

    “Kamu benar, aku memang tahu kalau Mama Pat dan Sarah, juga kamu, akan meninggal dalam gempa ini. Itulah sebabnya aku datang ke rumah panti ini; Agar bisa menyelamatkanmu dari bencana ini !”
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  14. #13
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #06 :
    “Kalau memang tahu, kenapa cuma menolong Ellen ? Kenapa nggak mencegah agar Mama Pat dan Sarah nggak meninggal ?! Kenapa nggak bilang apa-apa tentang masalah ini sama kami ?!”

    “Karena tugasku memang hanya menyelamatkanmu saja.”

    Mendengar jawaban Karl, Ellen terkejut. Ia menengok ke arah Karl, yang wajahnya dingin tanpa ekspresi.

    “Tu..gas ? Apa yang... ?”

    Karl-pun segera memotong, “Jangan bertanya yang nggak perlu, karena kamu takkan paham ! Sekarang, ikutlah denganku !”

    Usai berkata demikian, Karl menarik lengan Ellen.

    “Tu.. tunggu Karl, Ellen nggak bilang mau ikut denganmu !”

    Karl tidak menjawab, dan terus menarik lengan Ellen pergi dari tempat tersebut. Tapi sebelum mereka berjalan lebih jauh, Marge menahan Karl.

    “Hey Nak, aku nggak tahu kamu siapa. Tapi Ellen sudah bilang, dia nggak mau ikut ! Jadi, jangan memaksanya !”

    Dengan dingin, Karl berkata, “Minggir, atau Anda akan menyesal !”

    Tetapi Marge tetap berdiri menahan jalan keduanya.

    Karl hanya menghela nafas, lalu dengan sangat keras, menendang pinggang Marge.

    “Bibi Marge !”

    Ellen meronta hendak melepaskan pegangan Karl, tapi cengkraman Karl terlalu kuat untuk dilepaskan. Bahkan setelah Marge berlutut menahan sakit, Karl segera menarik Ellen lagi untuk pergi dari tempat tersebut.


    “Karl, itukah Sleeping Beauty-mu ?”

    Suara itu membuat Karl menghentikan langkahnya. Baik Karl maupun Ellen menengok ke arah datangnya suara. Tampak seorang gadis berambut pendek dengan penampilan tomboy, sedang tersenyum penuh arti sambil menatap Ellen.

    “Ya benar, dan kurasa, itu bukan urusanmu, Alex ! Kenapa kamu ada di sini ?”

    Sebelum gadis yang dipanggil Alex itu menjawab, Ellen segera memotong percakapan mereka.
    “Tu.. tunggu, Karl ! Siapa gadis itu ? Terus, apa itu Sleeping Beauty ?”

    “Hoo...”, senyum Alexandra semakin lebar, “Jadi, kamu nggak cerita apapun sama cewek itu ?”

    Karl menatap tajam ke arah Alexandra.
    “Alex, sudah kubilang, ini bukan urusanmu ! Sekarang, lebih baik kamu cepat pergi dari sini.”

    Alexandra hanya mengangkat bahu.
    “Baiklah. Padahal aku kemari karena ada pesan dari Sang Pendongeng, tapi sepertinya kamu nggak tertarik mendengarnya. Bye, Karl.”

    Mendengar itu, Karl-pun terkejut.
    “He.. hey Alex, tunggu !”

    Alexandra menghentikan langkahnya, lalu menengok ke arah Karl.

    “Apa benar Pendongeng menitipkan pesan padamu untukku ? Apa pesan dari beliau ?”

    Sambil menghela nafas, Alexandra-pun bertanya balik, “Karl, kamu yakin aku mengatakannya di sini ? Di tengah kekacauan ini, dan di depan cewek ini ?”

    Sementara, karena kesal dari tadi tidak diacuhkan, akhirnya Ellen dengan setengah menjerit berkata, “Cukup ! Ellen nggak tahu siapa kalian, tapi jangan libatkan Ellen dengan apapun yang kalian lakukan ! Karl, lepasin tangan Ellen !”

    “Jangan libatkan kamu ?”, Karl-pun tertawa terbahak-bahak, “Hahaha... kamu benar-benar lucu.”

    Kemudian Karl menarik Ellen mendekat ke wajahnya.
    “Maaf Ellen, tapi kamu sudah terlibat dengan semua ini sejak lahir ! Ya, karena kamu adalah.. salah satu dari Sleeping Beauty !”


    Sleeping Beauty dan Sang Pendongeng. Dan Karl, adalah Prince bagi Ellen. Apakah yang ada di balik ini semua ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  15. #14
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #07 :
    “Ellen adalah.. salah satu dari.. Sleeping Beauty ?”

    Sementara Ellen masih kebingungan, Alexandra-pun tertawa.
    “Akhirnya kamu bilang juga ke cewek itu, Karl.”, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah Ellen, “Iya, manis. Karl menolongmu dari gempa tadi, cuma karena kamu adalah salah seorang dari Sleeping Beauty. Pastinya kamu pernah dengar dongeng itu, kan ?”

    “Te.. tentu aja ! Tapi Ellen masih nggak ngerti, kenapa Ellen jadi Sleeping Beauty ? Di dunia nyata, nggak ada penyihir, dan Ellen juga nggak kena tusuk jarum beracun.”

    Alexandra melirik ke arah Karl, lalu menghela nafas.
    “Kurasa, walau dijelaskan, kamu juga nggak akan mengerti, nona manis. Yang jelas, Karl adalah ‘pangeran yang akan membangunkanmu dari tidur panjangmu’. Jadi kusarankan, kamu...”

    Dengan penuh amarah, Karl-pun memotong kata-kata Alexandra, “Kamu terlalu banyak bicara, Alex ! Cepat bilang, apa pesan dari Pendongeng, terus pergi dari sini !”

    Selama beberapa saat, Alexandra hanya menatap Karl.
    “Ok, ok. Nggak perlu marah gitu, Karl. Kemarilah, kamu pasti nggak ingin nona manis ini mendengar pesan beliau, kan ?”

    “Namaku Ellen, bukan nona manis !”, protes Ellen.

    “Oh ya, kita belum saling memperkenalkan diri ya ? Namaku Alexandra, biasa dipanggil Alex. Senang berkenalan denganmu, Ellen.”

    Karl segera menarik lengan Alexandra menjauh, sambil berkata, “Tetaplah di situ, Ellen. Aku nggak menjamin keselamatanmu, kalau kamu pergi.”

    Sementara Karl berbicara dengan Alexandra di tempat yang agak jauh, Ellen memperhatikan mereka.

    Mama Pat dan Sarah udah meninggal. Padahal Ellen masih sedih, tapi... Kenapa Ellen musti ngalamin semua ini sih ? Apa sebaiknya, Ellen kabur aja mumpung bisa ?

    Ketika masih bimbang memutuskan, terlihat olehnya Marge sedang berjalan mendekat.

    “Ellen, syukurlah kamu baik-baik saja. Mana pemuda kasar tadi ?”

    Ellen menengok ke arah Karl dan Alexandra; Tampaknya keduanya masih terlibat percakapan, dan tidak menyadari kehadiran Marge.

    “Ayo, cepat kabur sebelum mereka tahu.”

    Marge memegang tangan Ellen, dan keduanya melarikan diri. Ketika Ellen dan Marge sudah cukup jauh, Karl baru melihat keduanya.

    “Dasar bodoh ! Padahal sudah kuperingatkan !”

    Dan apa yang ditakutkan Karl-pun terjadi; Di hadapan Ellen dan Marge, tiba-tiba muncul sesosok anak yang langsung menusuk jari Ellen. Pandangan Ellen langsung terasa gelap, dan sebelum segalanya lenyap, Ellen terkejut melihat senyum di wajah penusuknya.

    “Nggak mungkin... Sarah ?”

    ... Sang putri melihat sebuah mesin pemintal, lalu ketika ingin menyentuhnya, jarinya terkena jarum. Dan Sang putri-pun jatuh tertidur, sesuai kutukan Sang penyihir ...


    Ok, sampai di sini, selesai Sub Bab pertama utk Ellen utk sementara. Berikutnya, akan masuk Sub Bab kedua... yg berarti Sleeping Beauty kedua ^^

    PS : BTW, kira2... siapakah 'Sang Pendongeng' itu sebenarnya ? fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  16. #15
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Sleeping Beauty #08 :
    3. Kebahagiaan Singkat
    Tiga minggu sebelumnya...

    “Anne, ikutlah dengan kami. Mulai sekarang, kami akan menjadi orang tuamu yang baru.”

    Seorang gadis belia, dengan usia sekitar 10 tahun, menatap suami istri setengah baya itu, dengan pandangan takut-takut. Kemudian, ia bersembunyi di balik tubuh Patricia.

    Patricia tersenyum ramah kepadanya.
    “Anne, jangan takut. Mereka adalah orang baik, yang ingin mengangkatmu sebagai anak mereka. Nanti Anne akan tinggal di rumah yang besar, dan bisa memakai baju yang bagus.”

    Anne melihat ke sekelilingnya, terus menggeleng keras-keras.
    “Nggak ! Rumah Anne di sini, dan orang tua Anne cuma Mama Pat !”

    Usai berkata demikian, Anne segera berlari menuju ke kamar. Sementara Patricia menghela nafas. Kemudian ia beralih ke pasangan suami istri tersebut.

    “Tuan dan nyonya, maafkan sikap anak tersebut. Anne sebenarnya anak yang baik, tapi mungkin, ini terlalu mendadak baginya. Mungkin untuk sementara, biarkan ia di sini dahulu. Nanti saya akan membicarakannya lagi dengannya.”

    Sang suami memandang istrinya, dan istrinya-pun mengangguk. Kemudian ia beralih ke Patricia.
    “Ya, kami mengerti. Sekarang kami akan pulang, dan akan kembali minggu depan. Saya harap Anda sukses meyakinkan Anne, untuk bisa menerima kami sebagai orang tuanya.”

    Patricia tersenyum dan mengangguk.

    Ketika mengantar keduanya keluar, Patricia sempat bertanya, “Sebenarnya saya tidak bermaksud lancang, tapi saya hanya ingin bertanya, mengapa Anda bersikeras memilih Anne ? Maksud saya, bukankah di panti ini ada anak perempuan yang lain, seperti Sarah dan Ellen ? Dan Sarah, ingin sekali punya orang tua.”

    Mendengar pertanyaan Patricia, wajah kedua pasangan itu menjadi sedih.
    “Sebenarnya, kami pernah punya anak perempuan. Dan wajah anak itu, sangat mirip dengan Anne. Dua tahun lalu, terjadi kecelakaan yang mengakibatkan anak itu meninggal. Maka ketika pertama kali melihat Anne, kami terkejut..”

    Sang istri-pun melanjutkan kata-kata suaminya, “.. kami merasa seperti Irene hidup kembali.”

    Patricia tersenyum lembut.
    “Baiklah, saya mengerti. Saya akan meyakinkan Anne, agar mau menerima kalian sebagai orang tua barunya.”


    Seorang anak laki-laki sedang berbaring di ranjang, sambil membaca komik. Pintu kamar terbuka, dan Anne berlari masuk.

    “Anne ?”

    Mendengar panggilan anak laki-laki tersebut, Anne menghentikan langkahnya. Kemudian ia mendatangi anak tersebut.

    “Josh juga akan pergi dari sini, ya ?”

    Anak laki-laki bernama Josh itu memandang Anne, kemudian ia-pun tersenyum.
    “Iya. Keliatannya mereka orang yang baik, walau nggak kaya. Oh ya, bukannya tadi kamu ketemu sama orang yang ingin mengangkatmu sebagai anak mereka, Anne ?”

    “Anne nggak ngerti ! Kenapa Josh bisa tersenyum bahagia ?! Mereka akan membawa kita pergi dari rumah ini, dan kita nggak bisa ketemu lagi ! Anne nggak mau begitu !”

    Josh tersenyum lembut.
    “Anne, walau berpisah, bukan berarti kita nggak bisa ketemu lagi. Kalau lagi rindu, kita bisa janjian, kan ? Kita juga bisa pulang ke sini, ketemu sama Mama Pat, Kak Ellen, juga Sarah.”

    “Ta.. tapi...”

    Josh mengelus rambut Anne.
    “Tenang aja, Anne, kamu pasti bahagia bersama mereka. Dan kalau kamu lagi sedih atau ada masalah, panggil aja aku. Pasti aku akan datang secepatnya.”

    Anne memandang Josh dengan pandangan penuh harap.
    “Josh janji ?”

    Senyum Josh semakin lebar ketika menjawab, “Ya, aku janji. Kamu percaya padaku, kan ?”

    Anne akhirnya tersenyum, lalu mengangguk.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •