I. Pertemuan
Langit jingga keemasan. Beberapa pasang burung kecil terbang rendah. Awan bergerak perlahan. Angin semilir menerpa seakan mengajak pepohonan dan rerumputan menari bersama. Terdengar jelas percikan air yang menghantam tepi danau. Ya, cuaca hari ini tidak terlalu buruk. Untuk kesekian kalinya aku menghampiri tempat ini. Tempat yang penuh dengan kenangan. Dibawah pohon itulah aku sering duduk sendiri, pohon yang hijau dan rindang itu. Sampai suatu hari dia menghampiriku. Kami sering berbagi cerita disana. Sampai pada akhirnya dia menghilang. Tanpa jejak... Tanpa kabar...
Banyak dari mereka yang menganggap aku aneh. Tapi mereka tidak tahu apa yang aku rasakan. Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupku. Seseorang yang menjadi semangat dalam hidupku. Yang selalu hadir dengan senyum manis dan hangat. Seseorang yang benar-benar mengubah hidupku yang dulunya kurasa akan selalu kelam menjadi lebih berwarna. Seseorang yang membuat aku mengerti apa arti dan tujuan hidupku di dunia...
Hari itu, cuaca tidak terlalu buruk. Sama seperti cuaca hari ini. Yang berbeda hanya adanya daun-daun coklat keemasan berjatuhan diterpa angin. Ya, waktu itu memang musim gugur. Dibawah pohon itu aku tertidur mengenakan earphone di telingaku. Di sekitarku ada buku-buku, alat tulis dan sebuah kotak kecil yang sudah agak usang. Udara hari itu benar-benar menenangkan hatiku.
"Hey, sudah hampir larut. Apa yang kakak lakukan disini?"
Seorang gadis manis dengan rambut terurai indah menepuk bahuku.
"Ah, maaf. Aku sepertinya terlalu lelah sampai-sampai aku tertidur disini."
Aku hanya bisa tersipu malu melihat mukanya yang sungguh manis itu.
"Apa yang kakak lakukan disini?"
"Eng... Mencari udara segar mungkin..."
"He? Apa maksudmu dengan mungkin? Hey, lagu apa yang kau putar di music player-mu itu? Itu buku apa? Kakak sedang belajar ya?"
Terlalu banyak pertanyaan yang dia lontarkan, aku belum sempat menjawab dan ia terus saja bertanya.
"Kenapa kakak diam saja?"
"Tidak apa."
Dia mulai sibuk melihat barang-barang di sekelilingku.
"Buku ini buku musikkan! Kakak pemain musik?"
Ah, inilah bagian yang paling tidak kusukai.
"Iya."
Dia mulai membuka-buka lembaran buku itu.
"Wah! Aku sepertinya tidak asing dengan judul dari musik ini."
Dia mulai menggumam, melantunkan lagu itu. Lagu kesayanganku.
Tidak kusangka, dia mengenal musik. Sejak lahir aku sudah tinggal di desa ini dan belum pernah bertemu dengan orang yang benar-benar mengerti tentang musik. Orangtuaku memang dulu seorang pemusik. Dari kecil aku sudah sering mendengarkan lagu-lagu klasik yang dialunkan oleh orangtuaku.
"Kak, sedang apa kakak disana? Ayo pulang kak, bantu ibu menyiapkan makan malam."
Seorang anak laki-laki kira-kira umurnya 10 tahun, berteriak ke arah kami.
"Baiklah, aku datang!", sahut gadis manis itu.
Dia menoleh kepadaku dan tersenyum.
"Kak, aku pulang dulu yah. Senang berkenalan dengan kakak."
Ah, senyum manis itu lagi. Rasanya aku ingin mencubit gadis itu. Err, apa yang sedang aku pikirkan??
Aku hanya mengangguk, lalu dia berlari ke arah anak lelaki itu dan menghilang dari pandanganku. Ah, hari sudah semakin gelap. Secepat mungkin kurapikan barang-barang yang berserakan di sekitarku. Aku berdiri, menghampiri sepedaku, lalu seperti biasa kukayuh sepedaku sampai rumah.
Begitulah pertemuan pertama kami. Pertemuan yang sangat aneh menurutku. Jarang bahkan tidak ada yang mau menghampiri atau berteman denganku, lelaki berkacamata dengan rambut ikal coklat keemasan yang tidak terurus, membawa buku dan music player kemanapun aku pergi, menggunakan kemeja yang dipadankan dengan vest, bersepatu kulit yang sudah kusam. Begitulah style yang dianggap orang-orang di desaku 'style aneh'. Tetapi inilah diriku...
Share This Thread