Results 1 to 5 of 5
http://idgs.in/535314
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Insignia - Side Story

    Sesuai judul, cerita ini sebenarnya adalah cerita sampingan dari cerita Insignia itu sendiri... tp malah jd cerita ini yg lebih jauh dibanding cerita utamanya, wkwkwk... dan cerita Insignia itu sendiri, sebenarnya pengen dikembangin jadi model cerita love sim, cm setting medan perang, fufufu...

    Have fun reading ^^

    --------------------------------------------------------------------------------------

    Selamat datang di Collouse Republic, sebuah negara dimana hukum adalah segalanya. Para penegak hukum adalah orang-orang yang disegani sekaligus ditakuti oleh penduduk. Bagi orang-orang yang melanggar hukum, akan mendapat ganjaran mulai dari sekedar hukuman pecut hingga hukuman mati.
    Akibat penegakan hukum yang terlalu keras, maka muncullah kelompok pemberontak yang biasa disebut Revolusioner Partisan. Awalnya, mereka hanya menginginkan pemerintah mengubah kebijakan garis kerasnya. Tetapi akibat banyak dari anggota mereka yang ditangkap dan dibunuh, maka mereka mulai melakukan perlawanan terhadap pemerintah secara gerilya, sambil terus menggalang dukungan dari rakyat yang bersimpati terhadap perjuangan mereka.

    Sutton, ibukota Collouse, di suatu siang yang cerah pada tahun 73 Manu.
    Aku sedang menemani ibuku berbelanja untuk pesta nanti malam. Perasaanku sangat gembira, karena hari ini aku tepat berusia 11 tahun, dan pesta nanti adalah pesta ulang tahunku. Tak pernah terbayang olehku, bahwa di hari bahagia ini, akan terjadi sebuah kejadian yang menjadi mimpi burukku di tahun-tahun berikutnya. Dan kejadian itu hanyalah sebuah awal...
    Ibuku yang hendak masuk ke sebuah toko, berkata dengan ramah, “Sig, kamu tunggu di sini dulu ya ? Tolong jaga barang-barang kita.”
    Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu ibuku masuk ke dalam sebuah toko di seberang jalan. Sambil menunggu, aku memperhatikan sekelilingku. Mendadak terdengar suara keributan tak jauh dari tempatku berada. Baru saja aku hendak melihat ke arah keributan itu berasal, ketika tiba-tiba seseorang menabrakku.
    “Aduh !”, sambil menahan sakit, aku berusaha melihat orang yang menabrakku.
    Awalnya hendak protes dan marah, tetapi aku segera mengurungkan niatku itu, melihat bahwa laki-laki yang menabrakku itu tubuhnya bersimbah darah.
    “Ka.. kakak, da.. darahnya.. banyak sekali !”, aku yang panik, merasa kebingungan.
    Sambil menatapku tajam, laki-laki itu berkata, “Revolusi takkan pernah mati !”
    Belum sempat aku bertanya lebih jauh, ketika tiba-tiba terdengar letusan pistol. Aku terpana; Tubuh laki-laki itu roboh di hadapanku dengan kepala berlubang, dan darahnya mengenai wajah dan tubuhku. Tak jauh dari tempatku terduduk, berdiri seorang gadis sebaya denganku, memakai pakaian militer. Gadis itu-lah yang telah menembak mati laki-laki tadi. Wajahnya dingin tanpa ekspresi, dan ia menatapku selama beberapa saat lalu berbalik pergi. Salah seorang tentara yang bersamanya kemudian berkata, “Itulah hukuman bagi pemberontak !”
    Aku masih tetap terduduk di tempatku, dengan bola mata terbelalak, terkejut akan kejadian mengerikan yang baru saja terjadi di depan mataku; Seakan kejadian itu sebuah mimpi buruk. Ibu-lah yang akhirnya menyadarkanku.
    “Sig ! Sig, kamu nggak apa-apa ? Sadarlah, Sig !”
    Ketika tersadar, aku segera memeluk ibuku lalu menangis.
    “Ma.. mama, aku.. aku takut banget ! Kakak itu.. dia dibunuh oleh anak perempuan yang sebaya denganku !”
    Sambil menghela nafas, ibuku berkata, “Mungkin kakak itu anggota pemberontak yang menentang pemerintah. Lalu mengenai gadis kecil itu, dia adalah Kanon Divina. Walaupun sebaya, tapi dia adalah calon pemimpin militer negara ini di masa yang akan datang. Kamu harus ingat hal itu, Sigurd ! Berhati-hatilah jika kamu berjumpa lagi dengannya !”
    Aku tidak bisa menjawab, melainkan terus menangis.

    -------------------------------------------------------------------------------------------

    Sebagai tambahan, 'Manu' adalah istilah tahun di cerita Insignia. Dan ini bbrp kejadian penting dalam cerita utama Insignia ^^

    47 Manu
    • Terbentuknya 2 aliansi negara, yaitu North Alliance dan South Alliance. Dimana North Alliance merupakan gabungan dari negara-negara di bagian utara, yang memiliki kelebihan dalam bidang kebudayaan dan Arcane Teaching, sementara South Alliance gabungan dari negara-negara selatan, yang memiliki kelebihan dalam bidang teknologi dan militer.
    • Karena masing-masing aliansi menganggap bahwa aliansi lainnya merupakan ancaman, akhirnya pecahlah perang antar kedua aliansi, yang dikenal sebagai 'Alliance War'.

    51 Manu
    • Ditemukan suatu dataran luas menyeberangi lautan, yang terletak jauh baik dari North Alliance maupun South Alliance. Dataran tersebut akhirnya diberi nama 'Free Continent'.
    • Sejak tahun ini, Free Continent menjadi tempat pelarian bagi orang-orang yang tidak setuju dengan Alliance War.

    75 Manu
    • Atas prakarsa Yuzak Sylvanis, berdirilah suatu kerajaan di Free Continent yang bernama 'Insignia Kingdom'. Dan Yuzak Sylvanis sebagai perintis, menjadi pimpinan kerajaan tersebut.
    • Cttn : Yuzak Sylvanis adalah bekas salah seorang petinggi negara di North Alliance.
    • Alliance War masih berlanjut, tetapi dalam skala kecil-kecilan, tidak sebesar ketika perang tersebut meletus.

    83 Manu
    • Terjadi pemberontakkan di daerah Mave, suatu daerah yang terletak di daerah timur Insignia Kingdom, dimana mayoritas penduduk adalah orang-orang yang berasal dari South Alliance.
    • Pemberontakkan tersebut dipicu oleh sebuah gosip, yang mengatakan bahwa Yuzak Sylvanis bermaksud untuk menyingkirkan para penduduk yang berasal dari South Alliance dari Insignia Kingdom.
    • Pemberontakkan tersebut berhasil dipadamkan, tetapi timbul ketegangan antara penduduk ex-South Alliance dengan penduduk ex-North Alliance.

    84 Manu
    • Pada saat Yuzak Sylvanis mengadakan kunjungan ke suatu daerah di selatan Insignia Kingdom, seorang sniper menembaknya.
    • Kematian Yuzak Sylvanis membuat ketegangan antara penduduk ex-South Alliance dan ex-North Alliance pecah menjadi perang saudara. Insignia Kingdom di ambang perpecahan.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Sutton, 5 tahun kemudian...
    Ayahku adalah seorang pengusaha yang sukses, dan berharap kelak aku dapat menjadi penerusnya. Itulah sebabnya, beliau memasukkan aku ke sebuah sekolah elite negara, yaitu Hubbard Academy. Didirikan oleh John Hubbard, yang juga adalah salah seorang pendiri Collouse Republic. Dapat dikatakan, akademi itu seumur dengan negara ini. Hubbard Academy adalah sekolah elite yang telah melahirkan banyak pemimpin negara ini, dan memiliki aturan yang ketat. Itulah sebabnya aku agak merasa ragu melanjutkan sekolah di tempat itu. Dan ternyata, firasatku benar...

    Setelah melakukan registrasi dan mengikuti tes penerimaan siswa baru, akhirnya aku lulus dengan nilai memuaskan. Hari ini aku akan berangkat menuju Hubbard Academy, dan karena Hubbard Academy memakai system asrama, maka selama menjalani sekolah selama 5 tahun, aku hanya bisa pulang pada saat liburan.
    “Sig, baik-baiklah di sekolah dan belajarlah dengan tekun. Mungkin awalnya kamu akan merasa kesepian, tetapi mama yakin kamu akan baik-baik saja. Kamu khan putra kebanggaan mama.”, demikianlah kata-kata terakhir dari ibuku sebelum aku berangkat.
    Perjalanan menuju Hubbard Academy, yang terletak di pinggiran Sutton, memakan waktu sekitar 2 jam. Karena ayah sibuk, aku diantar oleh supir. Sepanjang perjalanan, aku memperhatikan suasana di luar jendela.
    “Sejak lahir, aku terus tinggal di Sutton. Baru kali ini aku keluar dari kota ini.”
    Untuk sesaat, muncul perasaan sedih ketika sedang melihat-lihat keluar. Tapi aku segera menarik nafas dalam-dalam lalu menepuk pipiku. Aku sadar, aku bukan lagi anak kecil. Selain itu, aku adalah harapan ayahku sebagai calon penerusnya.
    “Ya benar, aku harus menjadi kuat ! Seperti tadi kata mama, aku pasti akan baik-baik saja.”
    Dan setelah melewati perjalanan yang melelahkan, akhirnya aku tiba di Hubbard Academy.

    Suasana di lapangan akademi sangat ramai, karena hari ini akan ada upacara penerimaan siswa baru. Setelah turun dari mobil, aku segera melihat-lihat ke sekeliling, mencari jikalau ada wajah yang kukenal. Tapi sepertinya tidak ada satu temanku-pun dari sekolahku yang lama, yang masuk ke Hubbard Academy. Dan di saat itulah, aku melihat seseorang yang paling tidak ingin kutemui; Kanon Divina !
    Untuk sesaat aku merasa salah lihat, tapi setelah memperhatikannya dengan jelas, gadis itu benar-benar Kanon, walau penampilannya agak berbeda; Tubuhnya sudah menjadi tinggi untuk ukuran gadis sebayanya, juga rambutnya sekarang dikuncir ekor kuda. Tanpa sadar, aku bertanya pada diriku sendiri, “Ke.. kenapa Kanon.. ada disini ?”
    Tanpa kuduga, aku langsung mendapatkan jawaban.
    “Maksudmu Kanon Divina ? Dia khan salah satu siswa baru disini, kamu nggak tahu ya ?”
    Aku segera menengok ke sampingku. Ada seorang gadis manis berambut panjang sedang berdiri di sampingku, sambil tersenyum ramah.
    “Be.. begitukah ?”, tubuhku mulai gemetar. Lalu aku menarik nafas untuk menenangkan diri.
    “Oh ya, namaku Sigurd Alcourt, siapa namamu ?”, sambil berkata demikian, aku menjulurkan tangan. Gadis itu menerima jabat tanganku sambil menjawab, “Niven Lang. Senang berkenalan denganmu, Sigurd.”
    Tiba-tiba terdengar pengumuman, “Kepada seluruh calon siswa siswi baru yang sudah berkumpul, diharapkan segera menuju ke aula utama, karena upacara penerimaan akan segera dimulai !”

    Semua calon siswa termasuk aku, segera pergi menuju ke aula utama, yang terletak di sisi timur kompleks akademi ini. Sepertinya aula utama itu pada hari-hari biasa, digunakan untuk berbagai macam kegiatan olahraga para siswa. Aku berusaha mencari Niven, tapi sepertinya ketika jalan ke tempat ini, kami terpisah. Karena sadar tidak mungkin bisa menemukannya, akhirnya aku duduk di salah satu bangku pada deretan tengah. Seseorang melewati tempatku lalu duduk di sebelah. Dan aku terkejut ketika melihatnya.
    “Ka.. Kanon ?!”
    Gadis itu menengok ke arahku, lalu memandangku dengan sorot mata dingin. Tetapi kemudian sorot mata itu berubah menjadi bingung.
    “Sepertinya wajahmu cukup familiar.”
    Dengan cepat aku langsung menjawabnya, “A.. ah, kata teman-temanku, wajahku ini memang cukup pasaran. Ma.. maksudku, banyak orang yang wajahnya mirip denganku.”
    “Begitu ?”, lalu Kanon Divina kembali memandang ke depan.
    Aku langsung berusaha menenangkan jantungku yang berdebar akibat merasa takut. Tak lama kemudian, kepala sekolah muncul dan memberikan kata sambutan. Tapi baru saja mulai, ketika terdengar keributan dari luar gedung aula. Orang-orang menjerit panik, dan sesaat kemudian kami mengetahui asal keributan tersebut; Beberapa orang bersenjata, menerobos masuk akademi lalu menembakkan senjata mereka ke udara. Seorang wanita yang tampaknya pimpinan mereka, maju sambil berkata, “Kalian tenang saja ! Kami hanya bermaksud mencari seseorang disini.”, lalu arah pandangan matanya mulai menyisir para siswa, “Kanon Divina, tunjukkanlah dirimu !”

    Mendengar kata-kata wanita itu, semua pandangan tertuju ke arah gadis yang berada di sebelahku. Ketika mendapatkan target yang dituju, wanita pimpinan kelompok bersenjata itu mengarahkan pistolnya kepada Kanon Divina. Aku dan orang-orang di sekitar Kanon segera menjauh dari gadis itu. Perlahan aku melirik ke arah Kanon, hendak melihat ekspresi wajahnya. Kanon terlihat tetap tenang; Tidak terlihat rasa takut sedikit-pun di wajahnya.
    “Kanon Divina, tentu kamu tahu siapa kami sebenarnya. Kami adalah kelompok yang anggotanya banyak terbunuh oleh kekejamanmu ! Ya, kami adalah Revolusioner Partisan !”
    Tetap tanpa ekspresi, Kanon bertanya, “Lalu, kalian ingin membalas dendam atas kematian teman-teman kalian ?”
    Mendengar pertanyaan Kanon, wanita itu menjadi marah.
    “Tentu saja ! Di antara anggota kami yang telah kau bunuh, terdapat pacarku ! Padahal aku sangat menyayanginya, tapi... kau telah merenggutnya dariku !”
    Tepat saat berkata demikian, wanita itu menembakkan pistolnya. Kanon tetap tenang, walaupun peluru pistol menyerempet pipinya.
    Sambil memegang luka di pipinya tersebut, Kanon kembali berkata, “Barusan kamu telah melewatkan kesempatan untuk membunuhku. Dan..”, sorot mata Kanon berubah, “.. kesempatan itu takkan datang untuk kedua kalinya !”
    Tiba-tiba salah seorang dari anggota Revolusioner Partisan itu terjatuh dengan kepala berlubang, disusul dua orang lainnya.
    “Hati-hati ! Ada sniper !”
    Tetapi peringatan itu terlambat; Karena saat itu pula-lah, dengan cepat Kanon bergerak. Salah seorang yang dituju oleh Kanon, dengan gugup mengarahkan moncong senjatanya kepada Kanon. Dengan mudah Kanon menghindari tembakan orang tersebut, lalu menebaskan pisaunya ke leher orang itu. Hingga akhirnya semua anggota Revolusioner Partisan yang menyerang, tergeletak bersimbah darah. Saat ini pisau Kanon berada tepat di leher wanita itu.
    Dengan bergetar akibat kemarahan sekaligus perasaan tak berdaya, wanita itu berkata, “Kamu benar-benar.. monster...”
    Kanon menebaskan pisaunya, dan darah muncrat keluar dari leher wanita tadi, membasahi wajah-nya. Tubuh wanita itu terjatuh, bersamaan dengan datangnya pasukan khusus.

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    oK, nama cowok tokoh utamanya Sigurd Alcourt, dan cewek militer itu Kanon Divina.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Malam itu diadakan pesta penyambutan siswa baru, yang diadakan di aula tempat upacara tadi. Aku sendiri memilih untuk tidak berada di tengah keramaian dan hingar bingar suasana pesta, apalagi mengingat di aula tersebut siang tadi, baru saja terjadi pembantaian. Aku lebih memilih menenangkan pikiran dan perasaanku akibat kembali berjumpa dengan Kanon Divina, dengan berjalan-jalan di jalan setapak yang menghubungkan aula dengan asrama. Keremangan cahaya lampu penerang, diiringi dengan kerlip cahaya bintang di langit yang cerah, perlahan membuat perasaanku menjadi lebih tenang. Tiba-tiba aku terkejut, melihat sesosok sedang duduk dalam kegelapan. Aku-pun mendekat; Ternyata sosok itu adalah Kanon Divina. Aku berniat untuk segera pergi, tapi tertahan ketika menyadari ada tetesan air mata mengalir di pipi gadis tersebut. Dan ketika hendak melihat lebih jelas, kakiku menginjak sebatang ranting.
    Bunyi ranting patah segera membuat Kanon sadar, bahwa ada orang di dekatnya. Dengan cepat ia mencabut pisaunya, lalu menyerangku.
    “Tu.. tunggu, jangan serang, ini aku !”
    Pisau Kanon terhenti tepat ketika menempel di leherku. Aku dapat merasakan debar jantungku sendiri, apalagi ketika melihat sorot mata tajam Kanon. Kanon melepaskan cengkramannya lalu menyimpan kembali pisaunya.
    “Kuperingatkan, jangan pernah mengendap-endap di belakangku lagi !”
    Kanon melangkah pergi. Tapi aku menahannya dengan sebuah pertanyaan.
    “Kenapa kamu.. tidak ikut pesta penerimaan siswa baru ?”
    Setelah mengajukan pertanyaan itu, aku merasa menyesal.
    “Dasar bodoh, padahal bukan itu yang ingin kutanyakan !
    Tapi mana mungkin bertanya mengapa ia menangis khan ?”
    Kanon melirik sekilas ke arahku, lalu menjawab, “Aku tidak suka keramaian pesta.”
    “Ah, sama denganku. Aku juga lebih suka suasana yang tenang seperti di luar sini.”, secara reflek aku menjawab demikian.
    Kanon menarik nafas, lalu bertanya, “Apa ada hal lain yang ingin ditanyakan ? Kalau tidak, aku mau kembali ke asrama.”
    “A.. ah, tidak kok. Selamat malam.”
    Tanpa berkata apa-apa lagi, Kanon berjalan menuju asrama. Sementara itu entah mengapa, tiba-tiba aku merasa lemas dan jatuh terduduk di jalan setapak itu.
    “Ka.. kalau saja tadi aku terlambat menjerit, mungkin saat ini.. aku sudah tergeletak disini menjadi mayat. Kenapa aku harus berjumpa dengannya lagi sih ?!”
    Aku merasa tubuhku sedikit gemetar. Mungkin akibat malam yang dingin, atau.. perasaan takut tadi masih belum menghilang. Aku segera bangkit dan berjalan menuju asrama.

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku pergi ke kantor Tata Usaha.
    “Apa ? Kamu minta agar kelasmu dipindahkan ?”
    Aku mengangguk. Pegawai Tata Usaha tersebut menatapku dengan tajam.
    “Maaf, murid di Hubbard Academy tidak bisa minta perpindahan kelas seenaknya, tanpa alasan yang jelas. Lalu, apakah alasanmu minta kelasmu dipindahkan ?”
    Mendengar pertanyaan itu, aku terdiam sejenak.
    “Ba.. bagaimana ini ? Rasanya aku tak mungkin berbohong khan ?”
    “Se.. sebenarnya, aku hanya.. tak ingin sekelas dengan Kanon Divina.”
    “Hanya itukah alasanmu ?”
    Aku mengangguk. Pegawai Tata Usaha tersebut menghela nafas.
    “Apakah penolakanmu itu, akibat kejadian pada saat upacara penerimaan siswa baru kemarin ? Yah, bukannya aku tidak memahami perasaanmu, tapi maaf, kami tak bisa memenuhi permintaan tanpa dasar yang kuat seperti itu !”
    “Ta.. tapi...”, protesku langsung terhenti, melihat tatapan dari pegawai Tata Usaha tersebut, yang seakan berkata, ‘Aku takkan mengubah keputusanku itu !’
    Dengan tertunduk lesu, aku-pun menjawab, “Baiklah, saya mengerti. Maaf telah mengganggu.”
    Tanpa semangat, aku berjalan keluar. Tapi di pintu, kata-kata pegawai tadi menahanku.
    “Walau untuk saat ini tidak bisa, tapi bukan berarti tidak ada cara sama sekali.”
    Aku langsung menengok ke arahnya sambil bertanya, “Apa maksud Anda ?”
    “Ada sebuah kelas yang disebut kelas khusus. Hanya murid-murid dengan kemampuan khusus yang bisa ikut kelas tersebut. Kalau kamu tidak ingin sekelas dengan Nona Kanon, mungkin kamu bisa mencoba untuk ikut kelas khusus tersebut.”
    “Begitukah ?”, tiba-tiba saja semangatku kembali, “Lalu, bagaimana cara agar bisa ikut kelas khusus tersebut ?”
    Sambil mengangkat bahu, pegawai tersebut menjawab, “Lebih baik kamu tanyakan sendiri pada wakil dari kelas khusus itu. Kamu ada di kelas I-A khan ? Di kelas tersebut, ada seorang yang ikut kelas khusus.”
    “Siapa namanya ?”
    Pegawai itu membuka buku di hadapannya, mencari-cari sejenak, dan setelah ketemu ia berkata, “Ah, ini dia. Seorang gadis yang bernama Niven Lang. Coba tanyakan padanya.”
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #4
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Ketika sampai ke kelas I-A, tanpa memikirkan akan duduk dimana, aku segera mencari Niven Lang. Gadis itu memilih duduk di pinggir jendela pada bagian tengah kelas. Dan ketika aku melihatnya, ia sedang memandang keluar jendela dengan setengah termenung.
    “Niven ! Niven Lang !”
    Seakan tidak rela disadarkan dari lamunannya, dengan enggan Niven menengok ke arahku.
    “Ah, bukankah kamu Sigurd ? Kita sekelas ya ?”
    Aku mengangguk. Niven dengan acuh kembali memandang keluar jendela.
    “Niven, kudengar kamu ikut kelas khusus. Sebenarnya kelas khusus itu kelas seperti apa ?”
    Mendengar pertanyaanku, Niven tampak terkejut. Ia segera menengok kembali ke arahku dengan tatapan tajam.
    “Kenapa kamu menanyakan mengenai kelas khusus ?!”
    “A.. ah, se.. sebenarnya aku.. ingin ikut kelas khusus tersebut. Memangnya kenapa ?”
    Niven menjawab, “Lebih baik jangan. Aku memang tidak bisa mengatakan alasannya padamu, tapi aku melarang demi kebaikanmu sendiri.”
    “Begitu ?”, aku menghela nafas kecewa, “Ya sudahlah. Lalu, boleh aku duduk di sebelahmu ?”
    Kembali dengan sikap acuh, Niven menjawab, “Silahkan.”

    Dalam hati aku bertanya-tanya, mengapa sepertinya Niven berubah.
    “Padahal waktu pertama kali kami bertemu, dia sangat ramah. Tapi sekarang...”
    Sebuah panggilan keras membuatku terkejut, “Sigurd Alcourt, kalau Anda tidak ingin mengikuti pelajaran dari saya, silahkan keluar dari kelas !”
    Dengan tergagap, aku menjawab, “A.. ah, ma.. maafkan saya. Saya tidak akan mengulangi lagi.”
    “Kalau begitu, sekarang tolong jelaskan, apa inti dari Pasal 351 Amandemen Rithe ?”
    Aku terdiam. Niven yang berada di sampingku, memandang ke arahku dengan bingung. Dengan setengah berbisik, ia bertanya, “Eh Sigurd, masa kamu nggak tahu pasal penting itu sih ?”
    Aku menghela nafas panjang. Sementara guru-ku sudah mulai terlihat tidak sabar.
    “Sigurd, apakah kamu tidak tahu inti dari Pasal 351 tersebut ?!”
    Akhirnya, walau dengan setengah enggan, aku menjawab, “Collouse Republic adalah negara yang berdasarkan undang-undang. Semua warga negara wajib mengabdi kepada republik, dan tunduk terhadap undang-undang. Apabila ada pelanggaran terhadap undang-undang, maka warga yang melanggar adalah pengkhianat republik.”
    Guruku terlihat puas dengan penjelasanku.
    “Bagus ! Kamu boleh duduk kembali.”
    Aku kembali menghela nafas, kemudian duduk. Niven masih memandangku dengan bingung.
    “Tuh khan, kamu tahu inti pasal itu khan ? Kok tadi nggak langsung jawab ?”
    “Aku.. hanya tidak suka dengan pasal tersebut. Bukan aku tidak ingin ikut peraturan, tapi...”, aku terdiam, karena teringat akan kejadian di hari ulang tahunku yang ke-sebelas tersebut. Sekilas aku melirik ke arah Kanon Divina. Aku terkejut, karena gadis itu sedang menatapku dengan tatapan tajam.

    ----------------------------------------------------------------------------------------------

    Huahm... nguantuk, luaper...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Ketika waktu istirahat, tiba-tiba seseorang memukul pundakku dari belakang.
    “Yoo Sigurd, tadi kamu berani juga ya ?”
    Aku menengok, melihat seorang pemuda bertubuh tinggi, dengan rambut dan bola mata berwarna kecoklatan. Senyum lebarnya menunjukkan kalau pemuda ini orang yang ramah.
    “Kamu.. siapa ya ?”
    “Eh ?”, pemuda itu terkejut, “Ah iya ya, aku lupa memperkenalkan diri.”
    Lalu sambil menepuk dadanya, ia berkata, “Namaku Marcio Marcony, panggil saja aku Marc.”
    “Mar..cony ? Bukankah Marcony itu.. nama menteri pertahanan dan keamanan ?”
    Tetap dengan senyum lebarnya, Marcio menjawab, “Ya, menteri Marcony adalah ayahku.”
    Dengan terkejut aku berkata, “Wah, aku tak menyangka, sekelas dengan putra seorang menteri !”
    “Ngomong apa kamu ini ? Keluarga Alcourt sendiri khan, pengusaha terkenal yang dikabarkan berada di belakang pemerintahan yang berkuasa. Mengenai urusan ekonomi dan perdagangan, bahkan pemerintah-pun tidak berani menentang keputusan ‘Alcourt’ khan ?”
    Aku terdiam. Apa yang dikatakan Marcio memang benar; Beberapa tahun yang lalu, secara tidak sengaja aku pernah mendengar percakapan masalah ekonomi negara, antara ayah dengan beberapa orang dari pemerintahan. Secara berkala, orang-orang dari pemerintahan pusat berdiskusi dengan ayah untuk menentukan kebijakan ekonomi negara.
    “Sigurd, hey Sigurd, kenapa bengong begitu ?”
    Aku-pun tersadar akibat kata-kata Marcio, “Ah iya, benar juga ya. Karena Hubbard Academy bukan sekolah biasa, maka tidak aneh berjumpa dengan anak-anak dari kalangan petinggi negara.”
    “Benar. Dan bukan hanya petinggi negara, tapi juga..”, Marcio mengalihkan perhatiannya ke suatu tempat, “.. seorang gadis yang di usianya yang masih sangat belia, sudah menjadi pimpinan pasukan khusus.”
    Aku ikut melihat ke arah Kanon Divina, yang sedang membaca buku pelajaran.
    “Eh Sigurd, menurutmu, kira-kira type cowok seperti apa yang disukai Nona Kanon ya ?”
    Aku tertegun sejenak, sampai menyadari kata-kata Marcio, “Hee ?! Ma.. Marc, kenapa kamu.. bertanya demikian ?”
    “Sudah jelas khan ? Dengan batas waktu akhir semester ini, aku bertekad untuk ‘jadian’ dengan Nona Kanon Divina !”

    Bel berdering, pertanda kelas untuk hari ini sudah selesai. Para murid segera membereskan buku-buku mereka, lalu keluar ruangan. Sementara aku masih duduk di tempatku, masih teringat akan kata-kata Marcio, ‘Dengan batas waktu akhir semester ini, aku bertekad untuk ‘jadian’ dengan Nona Kanon Divina.’
    “Aku tidak mengerti. Di satu sisi, aku sangat berharap tidak berjumpa lagi dengan Kanon Divina, tapi di sisi lain, ada cowok yang sangat menyukai Kanon. Tapi mungkin, rasa takutku akibat trauma kejadian masa kecilku, jadi kurasa itu wajar saja.”
    Aku bangkit, lalu mengikuti teman yang lain berjalan keluar. Sampai di luar gedung, tiba-tiba seseorang menabrakku. Untuk sesaat, aku kembali teringat trauma masa kecilku, dan tidak berani membuka mataku.
    “Ma.. maaf, saya sedang terburu-buru. Kakak tidak apa-apa ?”
    Suara manis itu menyebabkan aku membuka mataku. Di hadapanku, berdiri seorang gadis belia, berambut pendek, yang sedang tersenyum manis padaku. Aku-pun menerima uluran tangannya.
    “I.. iya, aku.. baik-baik saja. Aku juga minta maaf, tidak memperhatikan jalan.”
    “Kalau gitu, sudah dulu ya Kak.”, lalu gadis mungil itu kembali berlari memasuki gedung sekolah.
    Aku hanya terdiam, memandang gadis itu dari belakang.
    “Aneh, apa yang dilakukan anak itu di gedung ini ?
    Jangan bilang.. dia juga murid disini !”
    Mendadak seseorang merangkulku.
    “Hey Sigurd, ngapain kamu bengong di tengah jalan begini ?”
    “Ah, rupanya kamu, Marc. Jangan ngagetin dong. Aku baru mau balik ke asrama.”
    “Hah ?!”, Marcio tampak terkejut, “Nggak salah nih ? Ngapain jam segini balik ke asrama ? Mending temenin aku makan dulu yuk. Laper nih...”
    “Iya juga ya. Ya sudah deh, yuk cari makan dulu.”

    “Marc, apa kamu serius dengan kata-katamu tadi siang ?”
    Marcio memandangku dengan bingung, “Kata-kataku yang mana ?”
    “Itu, mengenai kamu suka dengan Kanon Divina, dan bertekad hendak ‘jadian’ dengannya.”
    “Lho, apakah itu salah ? Atau jangan-jangan..”, Marcio tersenyum penuh arti, “.. kamu juga naksir pada Nona Kanon ?”
    Dengan tergagap aku segera menyanggah, “Ti.. tidak, bukan begitu ! Apa kamu nggak ingat kejadian pas penerimaan murid baru itu ?”
    “Oh, jadi itu alasanmu bertanya demikian.”, lalu Marcio memandang ke arah langit, “Aku sangat mengerti, bahwa banyak sekali orang yang merasa takut terhadap Nona Kanon. Kuakui, dia memang gadis yang dingin dan sangat sulit untuk didekati. Tapi aku tidak setuju kalau dia disebut sebagai monster pembunuh tanpa perasaan !”
    “Kenapa ? Bukannya dia selalu membunuh orang lain dengan dingin ?”
    “Itu akibat tugasnya sebagai penegak hukum di negara ini ! Sebenarnya, setiap kali membunuh orang demi tugasnya itu, perasaannya selalu terluka. Kamu tahu Sigurd, suatu malam setelah ia membunuh, secara nggak sengaja aku melihatnya menangis di suatu tempat sepi. Tapi sepertinya dia sendiri nggak sadar kalau dirinya sedang menangis; Ia hanya duduk terdiam, tapi air mata mengalir di pipinya. Kamu mengerti maksudku khan ?”
    Mendengar penjelasan Marcio, aku mengangguk.
    “Berarti, apa yang kulihat tadi malam memang benar; Kanon Divina sedang menangis.”
    “Sigurd, sebagai teman, kuharap pandanganmu terhadap Nona Kanon bisa berubah. Aku tak ingin ia semakin terluka lagi. Dan untuk itu, kita bisa berusaha menjadi temannya dulu khan ?”
    “Teman ya ?”, jawabku setengah merenung, “Aku nggak yakin bisa sih, tapi yah... akan kucoba.”
    Sambil menepuk pundakku, Marcio berkata dengan gembira, “Thank’s Sigurd !”
    Tepat bersamaan, aku melihat Niven Lang. Aku segera menghampirinya, tapi ketika hendak menyapanya, aku tertegun; Niven Lang sedang berdiri bersama dengan gadis mungil yang tadi bertabrakan denganku !

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Ya, ya, ada saja yg tertarik dgn gadis kaku seperti Kanon, fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •