Results 1 to 8 of 8
http://idgs.in/550698
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Andai Ada Kesempatan Kedua...

    Spoiler untuk Chapter #1 :
    1. Sebuah Kecelakaan
    Pagi itu langit sedikit mendung. Pada sebuah rumah yang cukup besar, tampak beberapa anggota keluarga sedang bersiap-siap untuk sarapan pagi. Dan seorang pemuda menuruni tangga dengan agak terburu-buru.
    “Aduduh... !”, pemuda itu berpegangan pada ujung tangga, agar tidak terjatuh.
    Seorang wanita setengah baya yang sedang menyiapkan makanan, menggelengkan kepalanya.
    “Dasar kamu tuh, Felix ! Padahal mama udah ngebangunin kamu dari tadi, tapi kamu selalu bilang sebentar lagi deh !”
    Pemuda bernama Felix itu hanya nyengir saja.
    “Abis, cuacanya enak untuk tidur sih.”
    Lalu ia duduk di sebuah bangku kosong, di sebelah seorang gadis belia. Gadis itu melirik sekilas ke arah Felix, lalu menghela nafas.
    “Kalau kakak begini terus, nanti diputusin sama Cc Miki baru tau rasa lho !”
    Felix langsung menatap tajam ke arah gadis tersebut.
    “Hey Fio, jangan sembarangan ngomong ya ! Miki nggak bakalan mutusin aku cuma gara-gara aku telat bangun !”
    Fiona Sang adik, tak mau kalah, “Tapi, kalau misalnya kakak telat bangun pas ada janji dengan Cc Miki, pasti...”
    Felix-pun segera memotongnya, “Nggak, aku nggak bakalan telat bangun kalau ada janji !”
    Dan Sang ibu-pun menengahi keduanya.
    “Sudah, sudah ! Kalau kalian terus bertengkar, nanti bisa terlambat ke sekolah.”
    Keduanya-pun diam, sibuk dengan sarapan masing-masing. Setelah selesai, keduanya segera bangkit dan berangkat ke sekolah.

    “Selamat pagi, Felix !”
    Mendengar suara ceria itu dari belakangnya, Felix-pun tersenyum. Sambil berbalik, ia-pun membalas sapaan tersebut.
    “Selamat pagi juga, Miki. Kamu tetap semangat seperti biasa.”
    Senyum Miki, pacar Felix itu, semakin lebar.
    “Iya dong. Kalau dari pagi kita udah nggak semangat, gimana bisa ngadepin tes nanti ?”
    Mendengar kata-kata Miki, wajah Felix langsung berubah pucat.
    “Eh ? Memang hari ini ada tes ?”
    Miki-pun tertegun, lalu menatap Felix dalam-dalam.
    “Felix, jangan bilang loe lupa, nanti ada tes matematika...”
    Ketika melihat keterkejutan di wajah Felix, Miki-pun menghela nafas.
    “Ya ampun, loe bener-bener lupa ya ?”, lalu Miki tersenyum manis, “Untung loe punya pacar yang manis, baik hati dan rajin kayak gue. Nanti di kelas, kita belajar sama-sama ya ?”
    Sambil memegang tangan Miki, Felix-pun berkata, “Kamu memang pacarku yang terbaik.”
    Miki, yang sudah berjalan mendahului Felix, melirik tajam ke Felix.
    “ ‘Pacarmu yang terbaik’ ? Felix, apa maksud loe, loe.. punya cewek lain selaen gue ?!”
    “Eh ? Ah, bu.. bukan... maksudku...”
    Melihat Felix yang kebingungan, Miki-pun tertawa.
    “Iya, iya, gue cuma becanda kok. Yuk cepetan, nanti nggak sempet belajar lagi.”


    Yah, awal yang terlihat sangat menyenangkan ^^ Felix dan keluarganya, juga dengan pacarnya... tapi nasib seperti apakah yg telah menunggu Felix ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk "Chapter #2 :
    Siang itu, ketika bel tanda pelajaran berakhir berdering, semua murid segera keluar. Demikian pula dengan Felix dan Miki. Akan tetapi, ketika melewati gerbang, tiba-tiba Miki berhenti.
    “Ada apa, Miki ?”
    Sambil menunjuk ke arah seberang jalan, Miki-pun bertanya, “Felix, cewek itu.. kayaknya lagi ngeliatin eloe deh. Apa loe kenal ?”
    Felix menengok ke arah yang ditunjuk Miki. Di seberang jalan, tepatnya di balik sebuah pohon, tampak seorang gadis dengan rambut hitam panjang, sedang melihat ke arah Felix. Melihat wajah tanpa ekspresi dari gadis tersebut, Felix-pun merasa bingung.
    “Nggak, aku nggak kenal gadis itu kok. Tapi kayaknya dia memang melihat ke arahku ya ?”
    Tepat pada saat itu, sebuah mobil van lewat dan menutupi arah pandang mereka. Dan setelah van itu lewat, gadis misterius itu sudah menghilang dari tempatnya berada.
    “Eh Fel, jangan-jangan cewek tadi.. penguntit ? Kan loe lumayan terkenal di sekolah.”
    Awalnya Felix terkejut, tapi kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
    “Ya ampun Miki, kamu terlalu banyak baca komik tuh ! Aku nggak se-terkenal itu kok, mana mungkin sampai ada yang menguntit-ku segala sih. Lagian, baju yang dikenakan bukan seragam sekolah kita kan ?”
    Bola mata Miki terbelalak.
    “Kalo gitu, lebih gawat lagi ! Gadis tadi penguntit dari sekolah laen !”
    Felix hanya menggelengkan kepala dan mengelus rambut Miki.
    “Kamu terlalu mengkhayal. Lagipula gadis tadi sudah menghilang. Yuk pulang.”

    Karena tempat tinggal Felix dan Miki tidak terlalu jauh, usai mengantar Miki, Felix-pun berjalan menuju rumahnya.
    Tadi aku bisa bilang kalau Miki terlalu banyak berkhayal, tapi sejujurnya aku juga penasaran, siapa gadis misterius itu sebenarnya. Apa benar yang dikatakan Miki, gadis itu seorang penguntit ?
    Felix menghentikan langkahnya sejenak, lalu melihat ke sekelilingnya. Tampak banyak orang lalu lalang di sekitarnya, tapi tak ada seorang-pun yang terlihat memandang ke arah dirinya. Dan Felix-pun akhirnya tersenyum getir.
    Ya ampun, aku jadi paranoid begini. Kurasa sebaiknya cepat pulang dan istirahat.
    Tapi baru saja Felix hendak melanjutkan langkahnya, ketika ia mendengar suara raungan mobil tak jauh dari tempatnya.
    Selalu ada saja orang edan yang ngebut di jalan ramai begini.
    Tiba-tiba mata Felix terpaku ke arah jalan di hadapannya. Sementara lampu penyeberangan telah menjadi merah, ada seorang anak perempuan masih melangkah menyeberangi jalan; Tampaknya gadis belia itu sedang termenung. Dan pada saat bersamaan, suara mobil tadi semakin mendekat. Baru saja Felix hendak menjerit memperingati gadis belia itu, mobil tersebut telah muncul dari sebuah belokkan. Menyadari bahwa waktunya tak mungkin lagi bagi gadis itu untuk menghindar dari mobil tersebut, secara refleks Felix melompat ke tengah jalan dan mendorong gadis itu. Kecelakaan-pun tak terhindarkan. Semua berlangsung begitu cepat; Felix merasakan hantaman keras, pada awalnya sekujur tubuhnya terasa sakit, akan tetapi kemudian semua perasaan itu melenyap. Suara menderu mobil itu terdengar menjauh, dan orang-orang mulai berkumpul di sekelilingnya. Hal terakhir yang dilihat oleh Felix sebelum semuanya menjadi gelap, adalah gadis misterius itu, yang masih memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi...


    Dan... mulai dari saat ini, seluruh kehidupan Felix-pun berubah... fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Chapter #3 :
    Di manakah.. ini ?
    Felix merasa dirinya melayang dalam kegelapan; Kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikitpun cahaya. Tapi sesaat kemudian, kepalanya terasa sakit yang teramat sangat.
    Ah, benar juga. Kecelakaan itu... aku tertabrak demi menolong gadis kecil itu.
    Felix kembali melihat ke sekelilingnya. Benar-benar kegelapan tanpa akhir.
    Apa ini berarti, aku.. sudah mati ? Begitu ya...
    Perlahan, Felix memejamkan matanya.
    Tiba-tiba, terdengar sebuah suara dari kejauhan, “Felix.. Felix, sadarlah !”
    Dan suara lain yang sangat dikenalnya, “Kak, jangan mati ! Jangan tinggalin Fiona !”
    Mama dan.. Fio ? Kenapa aku.. bisa mendengar suara mereka ?
    Dan perlahan, Felix mulai merasakan sesuatu; Suatu sentuhan hangat pada tubuhnya, walau ia tidak yakin di bagian mana.
    “Dok.. Dokter ! Felix.. Felix.. bibirnya bergerak !”
    Di tengah kegelapan, tiba-tiba muncul secercah cahaya yang sangat menyilaukan. Ternyata Felix mulai membuka matanya, dan cahaya menyilaukan itu adalah lampu kamar rumah sakit. Selain lampu itu, yang pertama dilihat oleh Felix adalah wajah khawatir Sang ibunda, dengan pipi berlinang air mata.
    “Syukurlah ! Syukurlah kamu sudah sadar, Felix...”

    Beberapa hari kemudian...
    Kamar tempat Felix dirawat tampak gelap, hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang masuk melalui kaca-kaca jendela. Itu sudah cukup bagi Felix, untuk menyadari kehadiran seseorang di kamar itu. Sosok asing itu berdiri di tempat yang tidak terkena cahaya rembulan, jadi Felix tidak dapat melihatnya dengan jelas. Akan tetapi, Felix sudah memiliki dugaan siapa sosok asing itu sebenarnya.
    “Akhirnya, kamu datang juga, malaikat maut.”
    Sosok itu tetap berdiam diri.
    “Jujur saja, aku sendiri tak menyangka, bisa selamat dari kecelakaan parah itu. Tapi kurasa itu memang sesuatu yang mustahil ya ? Buktinya, sekarang kamu ada di sini untuk mencabut nyawaku, kan ?”
    Terdengar suara datar yang bertanya balik, “Mengapa kamu berpikir aku adalah malaikat maut ?”
    “Bukankah kamu ada di sana, pas kecelakaan itu terjadi ? Bahkan sebelumnya, kamu juga telah memperhatikanku.. seakan tahu apa yang akan menimpaku.”
    Akhirnya sosok itu bergerak mendekat, dan benar dugaan Felix; Sosok itu tak lain adalah Sang gadis misterius, yang telah memperhatikan dirinya sejak sebelum kecelakaan itu terjadi.
    “Kamu terlalu banyak nonton film. Tak ada malaikat di dunia menyedihkan ini.”
    Felix-pun tersenyum pahit.
    “Ya, kurasa kamu benar. Jadi, siapa kamu sebenarnya ? Tak mungkin waktu itu kamu hanya ‘kebetulan’ memperhatikanku, benar kan ?”
    “Sebelum menjawab pertanyaanmu, ada yang ingin kutanyakan dulu. Saat itu, mengapa kamu berusaha menolong gadis kecil yang sama sekali tidak kamu kenal itu ?”
    “Itu kan hal yang wajar ! Siapapun pasti juga...”
    Gadis itu-pun langsung memotong, “Tapi hanya kamu yang melompat ! Orang lain hanya diam saja. Tapi aku tak menyalahkan mereka; Dalam situasi seperti itu, nyawa Si penolong bisa celaka, seperti yang kamu alami. Jadi, apa alasanmu berusaha menolongnya ?”
    Felix terdiam sejenak.
    Sejujurnya, waktu itu tubuhku secara refleks melompat. Kalau ditanya alasannya...
    “Aku tak bisa membiarkan seseorang mengalami kecelakaan di depan mataku !”
    Sorot mata gadis itu menjadi dingin ketika menjawab, “Walau akibatnya, tubuhmu jadi lumpuh seumur hidup ? Walau gadis yang kau tolong, sebenarnya tak punya harapan dan masa depan ?”
    “A.. apa maksudmu ? Kenapa kamu berkata seperti itu ?!”
    “Karena aku sebenarnya adalah.. gadis kecil yang kamu tolong itu.”


    oK, mulai bagian ini, inti cerita ini dimulai, fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #4

    Join Date
    Sep 2009
    Location
    follow @JoyNathanK
    Posts
    6,023
    Points
    915.90
    Thanks: 529 / 464 / 322

    Default

    pernah baca deh dimana lupa

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Hmm... mungkin memang ada bagian awal yg mirip dgn cerita ini sih...
    Soalnya kalau menurut w, bagian awal cerita ini memang bisa dikatakan umum. Tp ini cerita original w kok ^^

    Spoiler untuk Chapter #4 :
    2. Sebuah Kesempatan
    Untuk sesaat, hanya keheningan yang terasa di kamar tersebut; Felix hanya tertegun memandang Sang gadis, dan gadis itu juga hanya diam memandang Felix balik.
    Akhirnya suara Felix memecah keheningan itu.
    “I.. itu.. mustahil ! Walau kecelakaan itu sangat parah, tapi tak mungkin aku bisa lupa pada gadis yang kutolong ! Dan jelas, gadis itu masih kecil, sementara kamu...”
    “Sudah kuduga kamu berkata begitu.”, potong gadis itu. Kemudian ia melanjutkan, “Tidak, justru itu reaksi yang wajar. Tapi kata-kataku tadi belum selesai.”
    “Eh ? Apa maksudmu ?”
    “Kamu telah menolong diriku yang dulu, yang masih kecil, dari kecelakaan itu.”
    Bola mata Felix semakin terbelalak.
    “Singkatnya, aku tidak berasal dari masa ini, melainkan dari masa depan.”
    “APA ?! Aduduh... !”, akibat terkejut, tanpa sengaja tubuh Felix bergerak.
    Gadis itu hanya menghela nafas.
    “Kusarankan, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk bergerak. Seluruh tubuhmu lumpuh akibat kecelakaan tersebut.”
    Felix mengatur nafasnya, berusaha menenangkan diri.
    “Kamu.. dari masa depan ? Jangan bercanda ! Apa kamu pikir aku akan percaya pada hal aneh seperti itu ?!”
    Sambil tersenyum sinis, gadis itu menjawab, “Tapi bukankah tadi kamu berpikir, aku ini malaikat maut ?”
    Mendengar sindiran itu, Felix-pun terdiam.
    “Yah, terserah apakah kamu mau percaya atau tidak, yang jelas aku tak punya alasan untuk berbohong padamu. Dan kurasa, diriku yang dulu belum memperkenalkan diri padamu. Baiklah, namaku adalah Rinne.”
    Felix masih menatap tajam ke arah Rinne.
    “Andai benar kamu adalah gadis kecil yang kutolong, untuk apa kamu balik ke masa lalu dan menemuiku sekarang ? Tentu bukan sekedar untuk berterima kasih, kan ?”
    “Berterima kasih ?”, Rinne-pun memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam.
    Lalu selanjutnya Rinne seakan-akan berbicara pada dirinya sendiri; Suaranya terlalu kecil bagi Felix untuk dapat mendengarnya. Tapi ada beberapa kata yang berhasil ditangkap oleh telinga Felix, dan yang membuatnya terkejut...
    “... lebih baik mati ... !”
    “No.. Nona Rinne ?”
    Tiba-tiba mata Rinne kembali terbuka, dan menatap tajam ke arah Felix.
    “Alasanku kembali ke masa lalu, hanya untuk satu alasan ! Dan itu adalah untuk memberimu kesempatan kedua, Felix !”

    “Kesempatan kedua ? Apa maksudmu ?”
    Belum sempat Rinne menjawab, ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Lampu kamar menyala, dan seorang suster memasuki kamar itu.
    “Tuan Felix, waktunya untuk pemeriksaan.”
    Melihat Sang suster, Felix menjadi panik.
    “A.. ah suster, i.. ini.. tidak seperti dugaan Anda ! Gadis ini...”
    Suster itu memandang Felix dengan bingung.
    “Gadis ini ? Gadis yang mana maksud Anda, Tuan Felix ?”
    “Eh ?”, Felix menoleh ke arah tempat Rinne tadi berdiri. Ternyata tak ada siapa-pun di sana.
    Gadis itu.. menghilang ? Apa semua itu.. hanya khayalanku belaka ? Tidak, aku yakin tadi dia berdiri di sana !
    “Tuan Felix, apa Anda baik-baik saja ?”
    Melihat wajah Sang suster dari dekat, Felix kembali terkejut.
    “Eh.. iya. Tadi Anda mengatakan waktunya untuk pemeriksaan.”
    Sang suster mengangguk, lalu mempersiapkan peralatannya. Tapi tiba-tiba perhatiannya tertuju ke arah jendela.
    “Ya ampun ! Padahal saya yakin, tadi telah menutup jendela. Mengapa masih terbuka ya ?”
    Sekilas Felix menengok ke arah jendela yang terbuka, yang sekarang ditutup oleh suster itu.
    Apakah dia keluar lewat jendela ? Tapi itu tak mungkin ! Kamar ini terletak di lantai belasan, tak mungkin ia keluar...
    Tapi kemudian, Felix teringat akan kata-kata Rinne, ‘Aku tidak berasal dari masa ini, melainkan dari masa depan.’
    Walau rasanya masih sulit dipercaya, tapi mungkinkah.. dia benar-benar gadis kecil itu di masa depan ?


    Dan bagaimanakah Felix akan menerima 'penawaran' dari Rinne ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  7. #6
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk "Chapter #5 :
    Keesokan harinya...
    Matahari menerobos melalui jendela, menyebabkan Felix membuka matanya. Perlahan ia melihat keluar jendela.
    Sudah siang rupanya. Dengan kondisi tubuhku yang seperti ini, walau waktu terus berlalu, tapi aku tetap tak dapat melakukan kegiatan apapun. Benar-benar.. menyebalkan !
    Tiba-tiba ia kembali teringat akan kata-kata gadis itu, “... lebih baik mati ... !”
    Ya, mungkin juga bagiku lebih baik mati, daripada hidup tapi tak dapat bergerak seperti ini...
    Pintu terbuka, dan seorang suster masuk. Ia-pun terkejut melihat Felix.
    “Ah, rupanya Anda sudah bangun, Tuan Felix. Sebenarnya, sejak pagi tadi, ada seorang gadis belia yang ingin berjumpa dengan Anda, tapi karena saya pikir Anda masih tertidur, saya...”
    Belum sempat Sang suster menyelesaikan kalimatnya, Felix langsung memotong.
    “Suster, di mana gadis kecil itu ? Aku ingin menemuinya !”
    “Eh ?”, Sang suster tampak kebingungan, “Ah, sepertinya dia masih di ruang tunggu. Coba saya cek dulu.”
    Usai berkata demikian, suster itu langsung pergi keluar.
    Gadis kecil... ya, tak salah lagi. Itu pasti gadis kecil yang kutolong ! Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya.
    Tak berapa lama kemudian, suster itu sudah kembali ke kamar.
    “Ma.. maaf, Tuan Felix. Menurut resepsionis, sepertinya gadis kecil itu sudah pergi.”
    “Begitukah ?”
    Terlihat jelas kekecewaan di wajah Felix. Sang suster langsung berkata, “Ta.. tapi tenang saja, kalau dia datang lagi kemari, saya akan langsung membawanya kepada Anda.”
    “Iya, terima kasih, suster.”, jawab Felix datar.

    Selama beberapa hari kemudian, cukup banyak yang mengunjungi Felix; Orang tuanya, adiknya, Miki, dan juga beberapa teman sekelasnya. Tapi yang paling ingin ditemui oleh Felix, tidak pernah datang lagi; Sang gadis belia yang diselamatkan olehnya.
    Hingga pada suatu malam, ketika Felix baru saja memejamkan matanya, sebuah suara langsung membuatnya terjaga.
    “Gimana kondisimu, Felix ?”
    “Kamu... Rinne ?”
    Memang benar, Rinne muncul dari kegelapan ke tempat yang diterangi sinar rembulan. Seperti biasa, wajah gadis itu tampak tak semangat.
    “Apa sekarang kamu percaya, aku adalah gadis kecil yang kamu selamatkan waktu itu ?”
    Felix menghela nafas dengan kecewa.
    “Sayangnya, aku masih belum berjumpa dengan gadis.. maksudku, dirimu di masa kini. Sebenarnya ia sempat datang, tapi suster melarangnya menemuiku.”
    “Begitu ? Tapi yang kuingat, aku sempat berjumpa denganmu setelah kecelakaan itu.”, tiba-tiba Rinne terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Yah, tapi aku memang tak ingat waktu pastinya.”
    Felix memandang Rinne dalam-dalam.
    “Aku memang belum dapat memastikannya, tapi kurasa kamu tidak berbohong. Maksudku, tak ada gunanya kamu berbohong tentang hal itu padaku, kan ? Jadi, mengapa kamu kembali ke masa lalu untuk menemuiku ?”
    Rinne memperhatikanku; Tepatnya, menyapu tubuhku dengan sorot matanya. Pandangannya terhenti pada kakiku.
    “Apa kamu membenciku, Felix ?”
    “Membencimu ? Kenapa aku harus membencimu ?”
    “Karena demi menolongku, tubuhmu jadi lumpuh seperti ini. Kurasa hal yang wajar kalau kamu membenciku.”
    Kali ini, Felix tidak dapat menjawab.
    Apa aku membenci Rinne ? Apa aku menyesal, telah menolongnya ketika itu ?
    “Tidak apa-apa kalau kamu memang membenciku. Aku ke masa ini juga karena hal itu.”
    Tiba-tiba Felix teringat akan kata-kata Rinne, ketika terakhir mereka bertemu.
    “Oh iya, kamu bilang hendak memberiku kesempatan kedua. Apa maksudmu ?”
    Kata-kata Rinne berikutnya, benar-benar membuat Felix terkejut.
    “Ya, kesempatan kedua bagimu, untuk tidak menolongku dalam kecelakaan tersebut !”


    Yah... sekarang sudah jelas, apa 'Kesempatan Kedua' yg ditawarkan oleh Rinne... dan bagaimanakah konsekuensinya, jika Felix menolak 'tawaran' tersebut ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #7
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Chapter #6 :
    Dasar anak pembawa sial !
    Kalau nggak ada kamu, pasti ibumu nggak bakalan mati !
    Lebih baik anak sepertimu nggak pernah terlahir ke dunia ini ! ...
    “Rinne.. hey Rinne, kamu kenapa ?”
    Kata-kata Felix kembali menyadarkan Rinne. Ia-pun menggelengkan kepalanya.
    “Nggak apa-apa kok, hanya sedikit teringat masa lalu.”
    “Terus, apa maksudmu dengan ‘tidak menolongmu dalam kecelakaan tersebut’ ?!”
    Rinne terdiam sejenak, berjalan menuju ke arah jendela. Lalu, sambil melihat keluar jendela, ia-pun berkata, “Kamu tahu kan, aku bisa berpindah waktu. Tapi kemampuanku bukan hanya itu. Aku juga bisa mengembalikan waktu satu orang lain, walau dalam waktu yang sangat terbatas.”, kemudian Rinne berpaling kepada Felix, “Dan, itulah penawaranku. Aku akan mengembalikan waktumu, ke beberapa saat tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Dengan ingatan sekarang, kamu bisa memilih untuk tidak menolongku dari kecelakaan itu, dan hidupmu bisa berjalan normal seperti biasa.”
    Selama beberapa saat, hanya keheningan yang ada di kamar itu.
    Akhirnya, dengan suara pelan, Felix bertanya, “Lalu, apa yang akan terjadi padamu, kalau aku tidak menolongmu ? Kamu.. bisa mati kan?”
    “Kalau begitu, itu yang terbaik.”
    “He.. hey ! Apa kamu memang ingin membuang nyawamu ? Lalu, bagaimana dengan orang tua dan saudara-saudaramu ? Mereka pasti akan merasa sedih...”
    Kata-kata Felix terputus, akibat Rinne yang tiba-tiba berpaling ke arahnya. Mata Rinne menatap tajam ke arah Felix, dan wajahnya tampak penuh amarah.
    “Takkan ada yang akan menangis untukku ! Jangan bicara seakan kamu tahu tentang diriku !”

    Selama beberapa saat lamanya, Felix tertegun. Akhirnya seakan tersadar, Felix-pun berkata, “Ma.. maaf, aku tak bermaksud...”
    Rinne memalingkan wajahnya.
    “Pokoknya, pikirkan tawaranku itu baik-baik. Sekarang aku harus segera kembali.”
    Belum sempat Felix bereaksi, Rinne sudah melangkah ke dalam kegelapan di sudut kamar. Dan Felix-pun tak lagi merasakan keberadaan gadis itu di dalam kamar. Felix menatap ke langit-langit, memikirkan percakapannya dengan Rinne.
    Mengapa ketika Rinne mengatakan kalau aku membencinya, aku tak bisa menjawab ? Apa memang aku membencinya ?
    Lalu Felix menggeleng perlahan.
    Tidak ! Tak ada alasan bagiku untuk membenci gadis kecil yang kutolong. Lalu, mengapa aku tak bisa memberikan jawaban yang jelas ? Mungkinkah itu berarti.. aku menyesali kondisi yang terjadi pada diriku sekarang ?
    Felix-pun menghela nafas.
    Dipikirkan seperti apapun, rasanya jawabannya tetap takkan kudapat. Andai aku bisa berjumpa dengan Rinne dari masa kini...
    Felix memejamkan matanya.


    Masa lalu seperti apakah yang telah dialami oleh Rinne ? Mengapa gadis itu seakan ingin membuang kehidupannya sendiri ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #8
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Chapter #7 :
    3. Sepenggal Kehidupan
    Perlahan, Felix membuka matanya. Kamar masih gelap. Kemudian Felix melihat ke luar jendela. Tampak seberkas sinar lemah menembus jendela, membuat kamar menjadi temaram. Felix-pun menghela nafas.
    Sudah cukup lama aku tidak bangun pagi begini. Tapi memang tak ada gunanya, karena sudah tak ada yang dapat kulakukan sekarang.
    Felix-pun kembali memejamkan mata, berusaha untuk tidur lagi. Tiba-tiba terdengar suara pelan dari arah pintu; Seperti seseorang yang berhati-hati masuk ke kamar, agar tidak membangunkan Sang penghuni kamar. Sambil berpura-pura tidur, Felix melirik ke arah orang asing yang memasuki kamar tersebut. Karena gelap, orang tersebut hanya terlihat bagai siluet. Tapi Felix merasa yakin, Sang penyusup asing itu pastilah Rinne dari masa kini, melihat sosok kecilnya yang kurang lebih sama dengan gadis kecil yang ditolongnya itu. Felix memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur, sambil menanti tindakan yang akan dilakukan oleh Rinne kecil. Akan tetapi, Rinne hanya diam di tempatnya, memperhatikan Felix.
    Akhirnya Felix memecah keheningan.
    “Namamu Rinne, benar kan ? Apa ada yang ingin kau katakan, Rinne ?”
    Lalu Felix mendengar suara pot yang terjatuh, akibat meja tempat pot tersebut tersenggol Rinne yang mundur akibat terkejut.
    “Gi.. gimana kakak.. bisa tahu namaku ?”
    Felix terdiam sejenak, merasa ragu. Tapi akhirnya ia menjawab, “Karena aku sudah bertemu denganmu sebelum ini. Tepatnya, bertemu dengan dirimu yang berasal dari masa depan.”
    “Diriku.. dari masa depan ? Benarkah itu ?”
    Kalau orang biasa, pasti langsung tidak percaya. Tapi dari pertanyaannya, sepertinya Rinne memang percaya aku bertemu dengan dirinya yang berasal dari masa depan.
    “Kamu nggak kaget dengan apa yang kukatakan. Jadi kurasa, kamu memang benar-benar bisa berpindah waktu ya ?”
    Rinne kecil berkata perlahan, “Aku nggak yakin sih. Tapi kadang, aku memang merasa ada yang aneh dengan diriku; Kayak aku mengalami sesuatu yang sama sampai dua kali, tapi semua orang di sekitarku hanya merasa mengalaminya sekali. Mungkin memang benar kata papa, aku ini.. anak pembawa sial.”
    “Anak pembawa sial ? Apa maksudnya ?”
    Rinne kecil jatuh berlutut, sambil berkata, “Mama, bibi, kakek, dan sekarang.. kakak.. semua jadi celaka gara-gara aku !”

    Di keremangan mentari pagi, hanya suara isak tangis Rinne kecil yang terdengar.
    Setelah beberapa lama terdiam, akhirnya Felix berkata, “Aku tak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, tapi.. aku tak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi padaku ! Dengar Rinne, kondisiku ini bukan akibat dirimu. Ketika kecelakaan itu, aku sendirilah yang memutuskan untuk menolongmu !”
    Rinne tidak menjawab, tapi Felix sudah tidak mendengar isak tangisnya lagi.
    Tiba-tiba terdengar suara lemah Rinne, “Aku selalu bertanya pada Tuhan, mengapa semua ini terjadi ? Mengapa orang-orang yang dekat denganku, meninggalkanku satu per satu ? Apa semua ini gara-gara aku berdosa ? Apa aku... memang sebaiknya nggak pernah terlahir ?”
    Rinne muncul di sisi Felix, dengan wajah memelas.
    Sambil memandangnya, Felix-pun bertanya, “Sebenarnya, kehidupan seperti apa yang kamu alami, sampai kamu berpikir demikian ?”
    “Apa aku yang dari masa depan, nggak bilang apa-apa sama kakak ?”
    Sekilas Felix teringat kata-kata keras Rinne, ‘Takkan ada yang akan menangis untukku ! Jangan bicara seakan kamu tahu tentang diriku !
    “Dia tak menceritakan masa lalunya. Tapi dari kata-katanya, kutebak kalau masa lalunya tidak bahagia. Benarkah dugaanku ?”
    “Tidak.. bahagia ?”, Rinne kecil-pun menunduk, “Bahkan sampai sekarang, aku nggak ngerti apa itu yang disebut ‘bahagia’. Tapi kulihat rumah kakak besar, dan orang tua kakak sangat sayang sama kakak, jadi kurasa itu yang disebut ‘bahagia’ ya ?”
    Felix tertegun. Lalu, setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Felix bertanya lagi, “Rinne, apakah kamu bisa menceritakan mengenai kehidupanmu padaku ?”


    Berikutnya... kisah masa kecil Rinne...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •