Survival of the fittest, Frasa yang dicetuskan pertama kali oleh Herbert Spencer ini, (banyak yang salah mengira ini milik Charles Darwin) sering disalah artikan sebagai "Yang terkuat yang menang". Padahal kata terkuat (strongest) dan sesuai (fittest) itu ga ada nyambung-nyambungnya.
::
::
Pertama, karena sesuai nggak berarti harus kuat. Di bumi yang barbar ini, kesesuaian begitu erat berhubungan dengan kekuatan – dan kekuatan berhubungan dengan kompetisi, atau pertarungan. Karena hukum alam memang tentang makan atau dimakan.. setuju?
nah kamu terlalu banyak nonton Animal Planet !
Nggak bisa dipungkiri, pertunjukan satwa liar yang paling menarik – dan paling sering ditampilkan di depan kita adalah Predasi– makan dan dimakan.. Ya karena menarik dan tidak lupa karena mudah ditangkap kamera.
Padahal, kompetisi dan predasi cuman sebagian dari banyak sekali interaksi di dalam komunitas. Bentuk interaksi lainnya, malah lebih ‘manusiawi’, lebih punya ‘pesan moral baik`. Coba liat gimana beberapa jenis serangga membantu tumbuhan tertentu untuk bereproduksi dengan membantu proses penyerbukan.. atau lihat gimana dalam koloni semut terdapat pembagian tugas yang sangat baik antar anggota koloninya.. atau gimana lebah madu menunjukkan perilaku altruistik..

atau gimana tentakel anemon laut melindungi 'nemo' dari serangan predatornya..
Kekuatan hanyalah salah satu cara untuk survive. Kondisi lingkungan seperti padang rumput Afrika yang datar dan luas menjadikan kekuatan, kecepatan, dan kelincahan sebagai kunci untuk bertahan hidup. Jadi mereka yang kuat, cepat, lincah — akan menjadi the fittest,
-1342085976.jpg)
yang kemudian disalah artikan oleh pemirsa sekalian bahwa di alam liar, yang paling kuatlah yang akan bertahan. Tapi di tempat lain, seperti hutan tropis Kalimantan, kemampuan untuk bermimikri – tidak terlihat oleh predator dengan menyamar seperti lingkungan atau hewan lain, lebih sesuai ketimbang dapat berlari secepat kilat.
Dan faktanya, secara tidak sadar manusia telah menyerap bahwa yang terpenting untuk terus bertahan hidup adalah menjadi yang terkuat. Bersembunyi dan mengalah dianggap sebagai tindakan pengecut, padahal dalam beberapa kondisi bisa jadi lebih baik dari melawan.
::
Kompetisi sangat wajar terjadi ketika di suatu wilayah terdapat kelangkaan sumberdaya..tetapi ‘saling sikut’ dan ‘saling menjatuhkan’ bukan satu-satunya implikasi dari kompetisi. Dalam komunitas yang seimbang, setiap individu mengisi relung-relung (niche) yang sesuai baginya tanpa harus banyak bersaing dengan individu lain.
Dalam dunia usaha, ada 3 kelompok pengusaha berdasarkan penguasaan pasarnya, Leader..Follower..dan Nicher. Leader itu seperti singa, membunuh kerbau liar dan memakan bagian terbesar dari dagingnya. Follower itu seperti condor atau hyena, yg memakan sisa-sisa dari korban singa..Nicher itu seperti ardvark (hehe), yg mana daripada memakan makanan populer seperti daging kerbau, lebih memilih mencari semut untuk dimakan.

Dan hampir semua orang pasti ingin berada diposisi yang tinggi, ya supaya bisa hidup makmur. Sedangkan mereka yang berada diposisi bawah, yang bekerja dibawah para leader merasa tersingkir. Padahal selama bisa memerankan posisi advark dengan baik, kita juga bisa bertahan hidup kok.
::
::
Kedua, karena untuk bertahan hidup tidak sama dengan menang. Menang adalah implikasi dari persaingan, dan sekalipun hidup adalah perjuangan, tetapi kita harus ingat siapa sebenarnya ‘lawan’ kita. Semua makhluk hidup di dunia berjuang untuk dapat survive, melawan alam — melawan perubahan-perubahan lingkungan yang ‘menyeleksi’ siapa di antara mereka yg tidak dapat bertahan dan punah. Mereka tidak berusaha untuk menang, mereka berusaha untuk hidup dan mempertahankan keturunannya. Terlalu berlebihan jika kita berpikir bahwa singa ingin lebih hebat daripada macan tutul, atau menang dari cheetah.
Tapi bukannya untuk bertahan hidup mereka harus bisa menguasai sumber daya alam yang ada?
Iya, tapi implikasi dari usaha untuk ‘menang’ akan sangat berbeda dengan usaha untuk 'hidup'. Di padang Afrika mungkin kompetisi makan memakan menjadi jawaban untuk terus bertahan hidup. Tapi di Amazon, ‘kerjasama/simbiosis’ bisa jadi solusi yang lebih tepat. On top of all that, Ekosistem yang seimbang akan berusaha mencapai kondisi dimana semua anggota komunitas dapat bertahan hidup..Semua anggota komunitas menang — meski statemen-nya jadi absurd, karena ketika tidak ada yg kalah, maka tidak ada pemenang !
..
..
Dunia manusia tidak jauh dari dunia satwa, Ya, tapi dalam arti yang luas. Tidak sesempit “yang kuat yang menang”, tetapi seluas “fit” untuk “survive”. Manusia ngga melulu butuh Eksistensi, untuk berada di atas yang lain … tapi ia butuh Aktualisasi, untuk sesuai bagi peran dan posisinya. Ia tidak harus menang melawan sesama, tetapi survive melawan perubahan. Dan yang paling mendasar, di tengah upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak harus berkompetisi, tetapi manusia bisa mengisi relungnya masing-masing, dan bekerja sama.
"The fittest can be the most loving and selfless, not the most aggressive and violent. In any case, what happens in nature does not justify people behaving in the same way"
source
Share This Thread