kalian bisa langsung saja mengapresiasikannya disini
dengan mengetik beberapa tombol keyboard berselimut tentang puisi kalian
bertema bebas, sebebas burung pada awan senja
kalian bisa mengeshare berupa puisi panjang (prosa) . puisi pendek (haikou/Fastpoem) . ataupun sajak
oke sebagai permulaannya aku dulu ya
Yang mencatatkanmu itu
Sebuah kalender tua di jendela, mungkin lupa menanggalkan dirinya pada bulan desember, juli, ataupun agustus. dia hanya mengingat bulan juni. entah mengapa. ia melirik, pada deru angin yang sama. seperi cerita masa-masa lampau. kalender pucat yang menjadi pengingat, tentang lingkaran-lingkaran angka itu, ada namamu yang tertulis di situ, bukan? tapi aku lupa, sebab hanya juni yang paling sunyi, yang mencatatkan sepanjang usia kita
dan spesial buat menjelang bulan ramadhan
MENUJU RAMADHAN
kusapu gelombang tenang
mengalir syahdu ke wajahmu
mendaras zikir, di paras asmamu
lalu, kutemukan tubuhku di syair paling nyinyir
juga kesunyian merapalkan khusyuk segala doa
kubiarkan, kata-kata mewujud lingkaran-lingkaran dosa
membakarku..
membakarmu..
Tuhan, temukan jalan. menuju suci haribaanMu. Marhaban ya Ramadhan.
buat yang lain ditunggu ya karyanya
melihat dengan cinta, rasakan dengan hati, luapkan dengan tulisan
kumpulan puisi puisi kalian
*tambahan, boleh juga kok kalian bawa karya punya orang tapi jgn lupa cantumkan nama pembuatnya biar dihargai
Ciliwung mengalir
Dan menyindir gedung-gedung kota Jakarta
Kerna tiada bagai kota yang papa itu
Ia tahu siapa bundanya.
Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.
Dan Jakarta kecapaian
Dalam bisingnya yang tawar
Dalamnya berkeliaran wajah-wajah yang lapar
Hati yang berteriak karena sunyinya.
Maka segala sajak
Adalah terlahir karena nestapa
Kalau pun bukan
Adalah dari yang sia-sia
Ataupun ria yang karena papa.
Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lengoknya.
Ia ada hati di kandungnya
Ia ada nyanyi di hidupnya,
Hoi, geleparnya anak manja!
Dan bulan bagai perempuan tua
Letih dan tak diinfahkan
Menyebut langkahnya atas kota.
Dan bila ia layangkan pandangnya ke Ciliwung
Kali yang manis membalas menatapnya!
Hoi! Hoi!
Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.
Teman segala orang miskin
Timbunan rindu yang terperam
Bukan bunga tapi bunga.
Begitu kali bernyanyi meliuk-liuk
Dan Jakarta disinggung dengan pantatnya.
- W.S Rendra (sajak ini menggambarkan penggambaran org yg hidup dipinggiran)
Share This Thread