Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 19

Thread: Pact of Silence

http://idgs.in/560149
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Pact of Silence

    Ok, w dah coba mengembangkan cerita ttg seorang suster yg menjalani sumpah diam ini ^^ Semoga cerita dgn latar belakang pembunuhan ini, cukup menarik yaaa ^^

    Spoiler untuk Bagian 1 :
    Pagi itu, mendung menggantung di langit. Dengan tanpa semangat, seorang pemuda melangkah menelusuri jalan setapak, menuju sekolahnya. Sementara di sekitarnya, siswa lainnya dengan penuh semangat, saling menyapa satu dengan lainnya. Tiba-tiba langkah pemuda itu terhenti, lalu ia menatap seseorang yang berada tak jauh darinya; Seorang gadis dengan pakaian suster, yang sedang menyapu dedaunan yang memenuhi jalan setapak tersebut.

    “Selamat pagi, Suster Augustine.”, sapa pemuda itu dengan ramah.

    Mendengar sapaan itu, Sang suster menghentikan sementara kegiatannya, lalu tersenyum ramah kepada pemuda tersebut.

    Baru saja pemuda itu hendak melangkah mendekati Sang suster, ketika tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

    “Wah, parah banget lo, Rey ! Masa pagi-pagi gini udah ngegodain suster sih ?”

    Wajah pemuda bernama Reynard itu langsung memerah, lalu ia berbalik protes kepada orang di belakangnya.

    “A.. aku hanya menyapa saja kok ! Lagian, itu kan bukan urusanmu, Karel !”

    Tanpa memperdulikan protes Reynard, Karel tersenyum ramah kepada Suster Augustine.

    “Pagi, suster. Anda rajin ya, padahal ini kan bukan kerjaan Anda.”

    Sang suster terdiam sejenak, lalu mengambil sebuah buku gambar yang berada tak jauh darinya. Kemudian ia menulis sesuatu, dan memperlihatkannya kepada kedua pemuda tersebut.

    ‘Ini adalah bagian dari pelayanan’, itulah kata-kata yang terdapat pada buku gambar.

    Senyum Reynard-pun semakin lebar.

    “Ya, Anda memang serius di dalam tugas pelayanan. Baiklah suster, kami ke kelas dulu ya !”

    Lalu mereka bersama-sama memasuki gedung sekolah.


    “Eh Rey, kalo lo bilang, Suster Augustine itu gimana ?”

    Ditanya seperti itu, Reynard menghentikan langkahnya, lalu menatap Karel dengan bingung.

    “Gimana apa maksudnya ?”

    “Alaaa, jangan pura-pura lah ! Lo naksir dia kan ? Yah sama sih, gua juga kok.”

    “Na.. naksir ?”, wajah Reynard langsung memerah, “I.. itu kan.. nggak mungkin ! Karel, dia suster lho !”

    Karel-pun mendengus dengan kesal.

    “Itu dia masalahnya ! Napa sih cewek kayak dia jadi suster ? Kan sayang, cakep-cakep nggak bisa nikah...”

    Reynard hanya menggelengkan kepala saja.

    Tiba-tiba sebuah suara dari belakang mereka, membuat keduanya terkejut.

    “Kak, lagi ngomongin Suster Augustine, ya ?”

    Mereka menengok, dan melihat seorang gadis berambut pendek, berdiri di belakang mereka sambil memegang sebuah buku catatan.

    “Kamu.. siapa ?”

    Sambil tersenyum penuh arti, gadis itu menjawab, “Aku adalah ketua klub koran sekolah, dan namaku Vagna. Dan karena sepertinya kakak tahu banyak tentang Suster Agustine, jadi boleh aku tanya tentang Suster Agustine ?”

    “Koran sekolah ?”, Reynard dan Karel saling berpandangan dengan bingung, “Kenapa koran sekolah tertarik dengan Suster Agustine ?”

    Vagna mencondongkan tubuhnya sambil mengedipkan matanya dengan penuh arti.

    “Berdasarkan hasil riset, saat ini topik paling hot di sekolah ini, adalah tentang Suster Agustine. Tapi sayangnya, aku nggak bisa mewawancarainya secara langsung. Jadi, pertanyaan pertamaku adalah : Kenapa Suster Agustine nggak pernah bicara ? Kenapa ia selalu memakai buku gambar untuk bicara ?”

    Untuk kedua kalinya, Reynard dan Karel kembali berpandangan.

    “Yah, kami juga kurang tahu tentang hal itu. Dari yang pernah kudengar, ia sedang menjalani sesuatu yang istilahnya Pact of Silence, semacam sumpah untuk tidak bicara. Tapi tentang alasannya, kami tidak tahu.”

    Sambil menulis di buku catatannya, Vagna mengangguk.

    “Hmm... Pact of Silence ya ? Menarik.”

    Tiba-tiba, gadis itu tertegun, teringat akan sesuatu.

    “Tu.. tunggu ! Apa hal itu.. hanya kebetulan belaka ?”

    “Kebetulan ? Apa maksudmu ?”

    “Makasih ya, Kak. Nanti aku minta bantuannya lagi !”

    “He.. Hey !”

    Belum sempat Karel menahannya, Vagna telah berlari meninggalkan mereka.
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:28.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 2 :
    Ketika sampai di depan kelas mereka, Reynard berhenti sejenak.

    “Napa Rey ? Kok tiba-tiba bengong gitu ?”

    Reynard tidak langsung menjawab; Matanya tertuju kepada sebuah patung seukuran manusia, yang ada di hadapannya.

    “Sejak sekolah kita dipugar, aku terus memikirkan tentang patung-patung yang menghiasi sekolah kita ini. Aku nggak tahu, mungkin ada yang menganggapnya sebagai sebuah seni. Tapi bagiku, patung-patung ini sangat menyeramkan !”

    Karel mengangkat bahu.

    “Yah, jujur aja sih, gua juga sama kayak lo. Mungkin aja kepala sekolah suka patung-patung macam gini.”

    Reynard kembali memandang patung tersebut. Sebuah patung dengan bentuk manusia, tetapi kedua tangan dan kakinya telah berubah menjadi sayap. Dan manusia itu tampak sedang terjatuh. Lalu mata Reynard beralih ke bagian dasar patung itu. Di dasarnya, terdapat sebuah tulisan : ‘The Fallen’.

    “Apakah nama patung ini ‘The Fallen’ ? Yah, cocok juga sih.”

    Karel tampak bergidik, lalu menarik lengan Reynard memasuki kelas.

    “Lama-lama di deket patung kayak gitu, gua bisa jadi gila.”

    Reynard-pun tersenyum.

    “Maaf, maaf. Memang sih, rasanya patung itu bisa tiba-tiba bergerak dan menyerang kita.”

    Karel menggeleng.

    “Bukan gitu. Gua nggak tau apa, tapi rasanya ada sesuatu.. yang sangat serem; Kayak ada kegelapan yang tersembunyi, yang menunggu...”

    Tanpa menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Karel melepaskan pegangannya dari lengan Reynard. Reynard-pun memandangnya dengan bingung.

    “Karel ? Ada apa ?”

    “Nggak, nggak apa-apa kok.”

    Tanpa bicara lagi, Karel langsung duduk di tempat duduknya.


    Siang itu, ketika sekolah telah usai, Reynard bermaksud untuk mengajak Karel pulang bersama. Akan tetapi ketika ia menengok ke meja Karel, ternyata meja tersebut telah kosong.

    Tumben, cepat sekali Karel menghilang.

    Sekilas ia teringat akan sikap Karel, setelah mereka melihat patung mengerikan tersebut.

    Kenapa ya, perasaanku jadi nggak enak begini ?

    Reynard-pun segera merapikan buku-bukunya, lalu langsung berlari keluar kelas. Tetapi sampai di gerbang sekolah, ia tetap tidak berhasil mengejar Karel. Sekilas Reynard menoleh ke arah gedung sekolah, dan melihat ke arah beberapa patung, yang juga menghiasi lapangan sekolah.

    Semua patung tersebut bentuknya benar-benar menyeramkan. Kenapa patung-patung seperti ini bisa ada di sekolah kami sih ?!

    Tiba-tiba Reynard terkejut; Tak jauh dari salah sebuah patung, tampak Suster Augustine juga sedang memperhatikan patung itu. Reynard-pun segera berlari menghampiri Sang suster.

    “Selamat siang, suster.”

    Mendengar sapaan Reynard, Suster Augustine sangat terkejut. Bahkan buku gambar yang sedang dipegangnya, terjatuh.

    “Ma.. maaf. Saya nggak menyangka, Anda bisa sampai begitu kaget.”

    Suster Augustine menghela nafas, lalu menulis pada buku gambarnya, ‘Tidak apa-apa. Saya hanya lagi memikirkan sesuatu, jadi ketika dipanggil, saya terkejut.’

    “Memikirkan sesuatu ?”, lalu Reynard menengok ke arah patung di hadapan mereka, “Apakah yang Anda pikirkan, berkaitan dengan patung ini ?”

    Suster Augustine-pun mengangguk.

    “Suster, apa Anda tahu, kenapa di sekolah ini, ada patung-patung yang bentuknya seram seperti ini sih ?”

    Suster Augustine menggeleng.

    Lalu ia menulis, ‘Maaf. Ketika saya datang, patung-patung ini sudah ada.’

    “Begitukah ?”, Reynard menghela nafas kecewa.

    ‘Bukankah lebih baik bertanya pada para guru, atau anggota dari koran sekolah ?’

    Membaca itu, Reynard-pun tertegun. Sekilas ia teringat akan gadis penuh semangat yang ditemui tadi pagi.

    “Ah iya, cewek tadi pagi itu namanya Vagna ya ?”, lalu Reynard tersenyum kepada Suster
    Augustine, “Suster, terima kasih atas sarannya.”

    Kemudian ia langsung berlari kembali menuju gedung sekolah. Suster Augustine tersenyum ramah, sampai Reynard menghilang. Lalu Sang suster kembali memandang patung tersebut, dan wajahnya berubah menjadi serius.


    Patung-patung mengerikan yang menghias sekolah mereka, akankah menjadi bukti dari sebuah tragedi yang diam-diam mengintip di antara mereka ?
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:28.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 3 :
    Baru saja hendak naik tangga, ketika tiba-tiba Reynard menyadari sesuatu.

    Benar juga... aku kan nggak tahu, Vagna dari kelas berapa ?

    Pada saat itu, terlihat seorang siswa sedang berjalan. Reynard-pun segera menghampirinya.

    “Maaf, apakah kamu tahu, dimana ruang tempat klub koran sekolah berada ?”

    “Di sana.”, jawab siswa itu sambil menunjuk ke sisi barat gedung, “Ruang koran sekolah ada di ujung sana.”

    “Oh, terima kasih.”

    Reynard-pun segera berlari, sementara Sang siswa menggaruk-garuk belakang kepalanya.

    “Tapi ada urusan apa dia dengan cewek aneh itu ?”

    Ketika sampai di depan ruang yang dimaksud, Reynard tertegun; Karena di pintu ruangan itu, terdapat selembar kertas besar dengan tulisan : Kantor Detektif dan Penyelidik, Vagna Gavorin.

    Detektif dan Penyelidik ? Bukannya tadi pagi dia bilang, dia ketua klub koran sekolah ?

    Untuk sesaat, Reynard merasa ragu. Tapi kemudian ia-pun mengetuk pintu itu.
    Sunyi, tanpa jawaban. Reynard berusaha mencari, tetapi tidak menemukan satu-pun jendela. Untuk kedua kalinya, ia mengetuk pintu. Akhirnya Reynard menghela nafas.

    Rupanya Vagna lagi tidak ada di tempat. Padahal banyak hal yang ingin kutanyakan padanya.

    Dengan penuh kekecewaan, Reynard pergi dari tempat itu.


    Keesokan paginya...
    Reynard terbangun dengan nafas terengah-engah, dan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya. Selama beberapa saat, ia berusaha mengatur nafasnya.

    Rasanya, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat mengerikan. Tapi, kenapa aku tak dapat mengingat mimpi itu ?

    Setelah berulang kali mencoba mengingat dan tetap gagal, akhirnya Reynard menyerah. Ia-pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu bersiap untuk sekolah.

    Sesampai di sekolah, tampak puluhan siswa berkerumun di depan gedung. Melihat itu, Reynard-pun merasa bingung.

    Ramai sekali. Ada apa ya ?

    Baru saja Reynard hendak mendekat ke arah kerumunan itu, ketika seseorang memegang lengannya dari belakang. Reynard menengok, dan melihat Suster Augustine berdiri di belakang dengan wajah serius.

    “Su.. Suster Augustine ? Ada apa ?”

    Suster Augustine, seperti biasa, memperlihatkan buku gambarnya yang bertuliskan, ‘Apa kamu yakin ingin mengetahuinya ?’

    DEG ! Melihat tulisan tersebut, wajah Reynard berubah menjadi tegang.

    A.. apa maksud suster ? Apakah yang dilihat mereka.. sesuatu yang buruk ?

    Suster Augustine kembali menulis, ‘Lebih baik siapkan mental sebelum melihat.’

    Reynard-pun mengangguk, “Terima kasih atas peringatannya, suster. Saya akan baik-baik saja.”

    Melihat keyakinan Reynard, Suster Augustine-pun melepaskan pegangannya.

    Lalu Reynard berlari ke arah kerumunan siswa itu. Dan apa yang dilihatnya, benar-benar membuatnya terkejut; Tepat di depan gedung sekolah, tergeletak tubuh Karel yang sudah tak bernyawa, dalam kondisi yang sangat mengenaskan !


    Dan, terjadilah suatu kejadian mengerikan, yang berkaitan dengan patung-patung tersebut. Dan ini hanyalah awal dari rangkaian tragedi yang akan menimpa sekolah mereka...
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:29.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #4
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 4 :
    Untuk sesaat, Reynard merasa antara sadar dan tidak. Tak ada satu orang-pun yang bersuara, sampai akhirnya suatu kata kembali menyadarkan Reynard...

    “The.. Fallen...”

    Semua orang menengok ke arah datangnya suara, yang tak lain adalah Vagna Gavorin.

    “Apa maksudnya itu ?”, tanya salah seorang siswa.

    Bola mata Reynard membesar; Sekilas ia-pun teringat akan patung mengerikan di lorong tepat di luar kelasnya. Lalu setelah memberanikan diri, ia-pun kembali menengok ke arah tubuh tak bernyawa Karel. Posisi mayat Karel, memang menyerupai patung ‘The Fallen’, dengan kedua tangan dan kaki terpotong, dan diganti dengan empat buah sayap berukuran besar. Dan tanpa sadar, air mata mulai mengalir di kedua pipi Reynard.

    Karel... kenapa ? Kenapa aku tidak ngotot mendampingimu, padahal sejak kemarin aku sadar, ada sesuatu yang aneh denganmu !

    Kemudian Reynard menengok ke arah Vagna, lalu menariknya keluar dari kerumunan.

    “Tu.. tunggu ! Kamu.. kakak kelas yang kemarin kutemui kan ?”

    “Vagna, kemarin setelah sekolah usai, aku ingin menemuimu. Tapi kamu nggak ada di kantor koran sekolah. Padahal ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu !”

    “Tentang apa ?”, tanya Vagna polos.

    “Tentang patung-patung mengerikan, yang menghiasi sekolah kita ! Tadi kamu sendiri yang menyadari, bahwa posisi Karel mirip dengan patung ‘The Fallen’, kan ?”

    Vagna mengangguk.

    “Kalau begitu...”

    Belum sempat Reynard melanjutkan kalimatnya, semua orang yang ada di tempat itu dikejutkan dengan jeritan dari dalam gedung sekolah. Semua siswa, termasuk Reynard dan Vagna, segera berlari menuju arah jeritan tersebut, yang ternyata di lorong tepat di luar kelas Reynard. Dan mereka semua melihat, patung ‘The Fallen’ telah berubah warna menjadi merah !


    Dan semakin lama, misteri semakin mendalam, fufufu...
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:30.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 5 :
    “Sebenarnya, kemarin aku teringat akan suatu kemiripan antara Suster Augustine, dengan orang yang memahat patung-patung tersebut.”

    Saat ini, Reynard berada di ruang klub koran, dan sedang mendengarkan cerita Vagna.

    “Kemiripan ?”

    Vagna mengangguk. Lalu ia memperlihatkan sebuah potongan koran lama kepada Reynard.

    “Baca saja. Artikel ini tentang pemahat misterius tersebut.”

    Reynard-pun membaca artikel tersebut dengan suara lantang.

    Di dalam proyek perombakkan Sekolah St. Michael, dewan sekolah meminta bantuan seorang pemahat yang biasa dikenal dengan sebutan Phidias, untuk menghias gedung sekolah yang baru dengan pahatan-pahatannya. Akan tetapi, Phidias dikenal sebagai pemahat misterius, yang tidak pernah berbicara secara langsung. Pekerjaan itu memakan waktu selama 2 tahun.

    Reynard-pun menghela nafas.

    “Pemahat misterius yang tidak pernah berbicara secara langsung, ya ? Memang benar, persis seperti Suster Augustine.”

    Dengan setengah merenung, Vagna seakan menambahkan kalimat Reynard, “Lalu pagi ini, ada kejadian pembunuhan dimana posisi korban menyerupai salah satu patung pahatan Phidias. Apa semua ini hanya kebetulan belaka ? Ataukah.. memang ada hubungannya ?”

    “Maksudmu, apa mungkin Suster Augustine mengetahui sesuatu.. atau mungkin, malah Suster Augustine yang...”

    Dengan cepat Vagna memotong kata-kata Reynard.

    “Jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan, kakak kelas ! Setidaknya, kita perlu bertanya lebih jauh kepada yang bersangkutan. Itu adalah dasar dari penyelidikan.”

    Mendengar kata-kata Vagna, Reynard-pun mengangguk.

    “Ya, kurasa kamu benar. Maaf, karena yang meninggal adalah teman dekatku, aku jadi tidak bisa berpikir dengan jernih.”

    Vagna-pun tersenyum penuh arti.

    “Kalau begitu, kurasa sekarang lebih baik kita menemui Suster Augustine bersama-sama.”
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:31.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  7. #6
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 6 :
    Reynard dan Vagna berjalan menuju sebuah kapel kecil, yang terletak di belakang sekolah. Di dalam kapel itu, keduanya menemukan Suster Augustine sedang berlutut di depan altar, berdoa.

    “Suster Augustine, ada yang...”

    Vagna menahan Reynard.

    “Tunggu. Biarkan beliau menyelesaikan doanya terlebih dulu.”

    Akhirnya Reynard dan Vagna duduk di salah sebuah bangku, menunggu. Tak lama kemudian, Suster Augustine bangkit, lalu mendekat ke arah keduanya.

    “Suster Augustine, ada yang ingin saya tanyakan.”

    Suster Augustine menulis, ‘Mengenai sumpah diam saya ? Dan hubungannya dengan pemahat patung-patung tersebut ?’

    Reynard-pun bangkit berdiri.

    “Ja.. jadi, Anda benar-benar mengetahui sesuatu mengenai patung-patung itu ?!”

    Suster Augustine mengangguk, dan wajahnya tampak sedih.

    Dengan penuh amarah, Reynard mencengkram bahu Suster Augustine.

    “Kenapa Anda tidak mengatakan apa-apa, suster ?! Kalau memang Anda mengetahui sesuatu, mungkin.. mungkin Karel.. bisa selamat !”

    “Kakak kelas, tenangkan dirimu !”, Vagna berusaha melepaskan cengkraman Reynard dari Suster Augustine.

    Setelah menenangkan diri, akhirnya Reynard-pun melepaskan Suster Augustine. Sementara Vagna berkata, “Maafkan kakak kelas, suster.”

    Suster Augustine menggeleng, lalu menulis, ‘Tidak apa-apa, saya bisa memahaminya.’

    Kemudian ia kembali menulis, ‘Pemahat itu dipanggil Phidias, dan sama seperti saya, ia juga tidak pernah bicara dengan orang lain. Tepatnya, saya menjalani pact of silence akibat beliau.’

    Bola mata Vagna-pun terbelalak.

    “Itu.. apa maksudnya ?”

    Phidias.. adalah ayah saya, dan ia-lah yang meminta agar saya berkarya di sekolah ini.’


    Yg jelas, hubungan antara Suster Augustine dgn patung2 itu sudah terlihat, fufufu... tapi, apakah arti semua ini ?
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:32.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #7
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 7 :
    Selama beberapa saat, hanya keheningan yang ada di kapel tersebut. Baik Reynard maupun Vagna hanya ternganga melihat tulisan di kertas gambar, yang dipegang oleh Suster Augustine.

    Akhirnya suara Vagna memecah keheningan tersebut.

    “Suster, Anda.. anak dari orang yang telah memahat patung-patung itu ?”

    Suster Augustine mengangguk.

    Sementara Vagna masih merasa bingung, Reynard bertanya dengan suara rendah, “Suster, maaf, tapi.. apa Anda yang telah membunuh Karel ?”

    Kali ini, Suster Augustine menggeleng. Dan emosi Reynard kembali naik.

    “Apa Anda pikir saya percaya Anda tidak membunuh Karel, padahal Anda anak dari pemahat sialan itu ?! Karel dibunuh dengan posisi seperti patung ******* itu, siapa lagi pelakunya kalau bukan orang yang berhubungan dengan pemahatnya ?!”

    Suster Augustine tidak menulis apapun.

    Sambil mendengus, Reynard-pun berkata kepada Vagna, “Vagna, kita pergi dan lapor polisi !”

    Tiba-tiba Vagna-pun tersadar akan sesuatu.

    “Tidak, itu salah, kakak kelas ! Suster bukanlah pembunuhnya !”

    “Ha ? Kenapa kamu...”

    Vagna-pun langsung memotongnya, “Coba pikir, kalau memang Suster Augustine pembunuhnya, kenapa beliau malah membocorkan bahwa pemahat itu adalah ayahnya kepada kita ? Dan juga, kita pasti dibunuh agar tidak melaporkannya kepada polisi !”

    Reynard memandang Suster Augustine; Suster itu hanya berdiri diam di tempatnya, sementara wajahnya terlihat sangat sedih. Dan akhirnya Suster Augustine menulis sesuatu.

    ‘Saya tidak membunuhnya. Tetapi mungkin, permintaan ayah memang ada hubungannya dengan kematian pemuda itu.’

    “Permintaan ayah ? Maksudnya, agar Anda berkarya di tempat ini ?”, tanya Vagna.

    Suster Augustine mengangguk.

    Kemudian ia kembali menulis, ‘Dalam permintaannya, selain untuk berkarya di sekolah ini, beliau juga meminta agar saya menjalani Pact of Silence, sampai tiba waktunya. Akan tetapi, beliau tidak pernah menjelaskan, apa yang dimaksud dengan kata-kata itu.’


    Reynard masih terdiam di tempatnya; Matanya masih menatap tajam ke arah Suster Augustine.
    Vagna-pun menyadari hal tersebut.

    “Kakak kelas masih curiga pada Suster Augustine ?”

    Akhirnya Reynard-pun menghela nafas.

    “Iya, iya, aku paham. Aku hanya ingin menyalahkan seseorang atas kematian Karel, dan suster adalah orang yang pas.”, lalu Reynard beralih ke arah Suster Augustine, “Maaf suster, sebenarnya alasan yang dikemukakan Vagna memang benar. Jadi kurasa, Anda juga tidak tahu apa tujuan ayah Anda, benar ?”

    Suster Augustine mengangguk. Dan karena merasa tak ada gunanya berada di kapel itu lebih lama lagi, baik Reynard maupun Vagna pergi. Tapi tak berapa jauh, ketika tiba-tiba Reynard menghentikan langkahnya. Ia-pun segera berlari balik ke dalam kapel.

    “Suster, kalau tidak salah, kemarin Anda berdiri di dekat salah satu patung buatan ayah Anda. Apa yang Anda pikirkan ?”

    Tidak menjawab, Suster Augustine langsung berjalan keluar kapel, dengan diikuti Reynard dan Vagna. Dan tak lama kemudian, mereka berdiri di hadapan patung yang dimaksud. Patung itu agak berbeda dengan patung yang ada di depan kelas Reynard; Patung itu menggambarkan seseorang yang sedang berlutut dan mengatupkan tangan, tetapi selain kepala dan telapak tangan, seluruh tubuhnya telah menjadi kerangka. Dan di dasarnya, terdapat bentuk yang seperti menggambarkan api. Reynard dan Vagna membaca tulisan pada dasar patung tersebut; Missing Hope.

    “Harapan.. yang hilang ?”, Vagna membaca nama patung itu dengan bingung, “Apa artinya ?”

    Suster Augustine menulis pada buku gambarnya, ‘Mungkin, patung ini menggambarkan ketika semua harapan telah sirna, dan berubah menjadi keputusasaan.’

    Reynard-pun memandang Suster Augustine, menunggu jawaban.

    Suster Augustine-pun kembali menulis, ‘Baru-baru ini ada seorang gadis yang berkonsultasi dengan saya. Dan saya merasa, kalau yang dialami gadis tersebut, mirip dengan patung ini.’


    Dan... misteri semakin mendalam, fufufu...
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:33.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #8
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 8 :
    Reynard dan Vagna berjalan perlahan, menjauh dari kapel tersebut. Tulisan terakhir di buku gambar Suster Augustine, berbunyi, ‘Maaf, tapi saya tidak dapat mengatakan siapa nama gadis tersebut. Saya tidak bisa melanggar sumpah saya sebagai suster.’

    Vagna-pun memecah keheningan.

    “Jadi kurasa, kita harus mencari sendiri, siapa gadis yang berkonsultasi dengan Suster Augustine. Tapi karena hari telah menjelang senja, lebih baik...”

    Belum selesai kata-kata Vagna, Reynard telah memotongnya.

    “Menunggu sampai besok, dan kita akan menemukan mayat lagi ? Vagna, kita tidak tahu, kapan pembunuh itu akan bertindak lagi !”

    Vagna hanya menghela nafas.

    “Aku paham, Kak. Tapi seperti yang kakak lihat, saat ini, kecuali yang ikut klub, para murid sudah pada pulang. Mungkin saja gadis itu juga sudah pulang, kan ?”

    Reynard melihat sekeliling mereka; Benar, di halaman sekolah, hampir tidak ada seorang-pun.

    Melihat bahwa Reynard masih merasa ragu, akhirnya Vagna-pun berkata, “Baik, begini saja. Sekarang kita pulang saja, lalu di rumah aku akan mencoba menghubungi beberapa teman untuk mencari tahu siapa gadis itu. Lagian firasatku mengatakan, pembunuh itu tidak akan melakukan pembunuhan lagi dalam waktu dekat ini.”

    “Eh ? Kenapa kamu begitu yakin ?”

    Vagna tersenyum penuh arti.

    “Jangan remehkan firasatku, lho. Dalam beberapa kejadian di masa lalu, firasatku selalu terbukti tepat. Yah, walau jujur, aku juga nggak tahu alasannya mengapa aku merasa demikian.”

    Reynard memandang Vagna selama beberapa saat, dan akhirnya ia mengangguk.

    “Yah, kalau kamu sudah bilang begitu, kurasa aku bisa mempercayaimu. Tolong kasih kabar jika sudah ketemu gadis tersebut.”
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:33.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  10. #9
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 9 :
    Begitu memasuki kamarnya, Reynard langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang.

    Karel.. telah tiada. Sulit untuk dipercaya, tetapi.. mengapa aku tidak sesedih yang kukira ?

    Ia-pun memejamkan matanya.

    Patung-patung yang mengerikan, pemahat misterius, dan Suster Augustine yang ternyata adalah putri dari pemahat tersebut... Rahasia apa sebenarnya yang tersembunyi di balik pemugaran sekolah kami ?

    Reynard menarik nafas dalam-dalam. Tiba-tiba ia membuka matanya kembali.

    Kak Rachel ! Benar juga, bukankah Kak Rachel adalah alumni sekolah kami ?

    Dengan cepat, Reynard bangkit lalu keluar kamar. Tapi baru sampai di pintu depan, Reynard menghentikan langkahnya.

    Aah, benar juga. Aku tak tahu tempat kerja Kak Rachel. Kurasa yang bisa kulakukan sekarang hanyalah, menunggunya pulang.

    Tanpa semangat, Reynard berbalik menuju ke kamarnya lagi. Pada saat itulah, tiba-tiba telepon rumahnya berdering.

    “Ya, ini Reynard ..... teman Kak Rachel ? Ada apa ya ? ..... A.. apa ?! Kak Rachel kenapa ?”

    Lalu, selama beberapa saat, Reynard hanya mendengarkan saja.

    Akhirnya percakapan telepon itu diakhiri dengan, “Baik, aku mengerti. Terima kasih.”

    Reynard-pun menutup teleponnya. Ia memandang ke arah langit-langit, dan menghela nafas.

    Kurasa, niat untuk menanyakan masalah sekolah kepada Kak Rachel, harus tertunda. Semoga saja Kak Rachel bisa pulang secepatnya...



    Ketika semua harapan telah sirna, banyak manusia yang merasa bahwa kematian adalah satu-satunya jalan keluar...

    Kegelapan malam telah meliputi seluruh bagian sekolah. Sekilas, seakan tidak ada seorang-pun berada di sekolah tersebut. Akan tetapi, dari salah satu bagian sekolah, terdengar suara langkah kaki.

    Manusia terus berdoa dan berharap, tetapi doanya seakan tidak terjawab, dan harapan-pun berubah menjadi keputusasaan...

    Langkah tersebut terdengar perlahan, menandakan pemilik langkah itu tidak terburu-buru. Tak lama kemudian, orang yang bersangkutan telah tiba di depan ruang tujuannya; Ruang Laboratorium Kimia.

    Lalu manusia akan bertanya dan menyalahkan Tuhan. Kemudian mereka berpaling daripada-Nya, dan memilih caranya sendiri untuk lari dari masalahnya; Kematian...

    Pintu Ruang Laboratorium terbuka, dan orang itu melangkah masuk. Kemudian ia membuka tabung oksigen, dan menunggu; Membiarkan ruangan dipenuhi dengan oksigen. Dan akhirnya, ia mengambil sebuah pemantik api dari sakunya.

    Tetapi, apakah benar Tuhan telah meninggalkan mereka ?

    Tepat ketika jarinya hendak menyalakan api, sebuah tangan menahannya. Orang itu terkejut, melihat bahwa tangan yang menahannya, ternyata adalah tangan Vagna.

    Sambil tersenyum penuh arti, Vagna-pun berkata, “Phew, untung masih keburu. Kalau tidak, kakak kelas akan menyalahkanku habis-habisan.”


    Vagna sebenarnya mengetahui 'sesuatu', tapi mengapakah ia tidak pernah mengatakan apapun kepada Reynard ?
    Last edited by Rivanne; 11-10-12 at 20:34.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  11. #10
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Spoiler untuk Critic Inside :

    Penyakit lo dari dulu = Wall of Text, at least, please add some line space dude "

    “Wah, parah banget lo, Reynard ! Masa pagi-pagi gini udah ngegodain suster sih ?”

    “Kak, lagi ngomongin Suster Augustine, ya ?”

    lo mau ngegunain gaya bahasa gak formal buat dialognya karel kan?. Awalnya lumayan, tapi

    gua ambil contoh beberapa aja ya,

    Dialog by Karel :

    1. “Eh Rey, menurutmu, Suster Augustine itu gimana ?”
    2. “Itu dia masalahnya. Kenapa sih cewek secakep dia musti jadi seorang suster ? Kan sayang, cakep-cakep nggak bisa menikah...”
    3. “Rey, ada apa ?”
    Bold merah : Fail

    yang ketiga paling parah. Kalo gini kayaknya lebi enak, "Kenapa Rey?" ato kalo mo sedikit 'lebih' "Ngapain Rey, bengong aja lu disitu."

    Dialog by Vagna

    “Aku adalah ketua klub koran sekolah, dan namaku Vagna. Dan karena sepertinya kakak tahu banyak tentang Suster Agustine, jadi boleh aku tanya banyak hal tentang Suster Agustine ?”
    kalimat kedua menurut gua agak berantakan, penggunaan kata 'banyak' agak bertumpuk jadi keliatan jelek.

    Reynard-pun segera merapikan buku-bukunya, lalu langsung berlari keluar kelas. Tetapi sampai di gerbang sekolah, ia tetap tidak berhasil mengejar Karel. Sekilas Reynard menoleh ke arah gedung sekolah, dan melihat ke arah beberapa patung, yang juga menghiasi lapangan sekolah.
    Semua patung tersebut bentuknya benar-benar menyeramkan. Kenapa patung-patung seperti ini bisa ada di sekolah kami sih ?!
    yang gua underline, itu maksudnya pikiran si Reynard kan? tolong di pisahin sama penjelasan penulis donk. Ini sudut pandang orang ketiga, jadi aneh kalo pikiran tokoh kesambung sama penjelasan penulis.

    Terus, kalo mo buat bahasa gak formal buat Karel (well, ini uda mati) jangan setengah2. Kadang bahasanya gak formal, kadang formal, kadang setengah formal-gak formal. Buat Vagna, dari 1-9 lebi sering pake bahasa formal, jadi kalo dia tiba2 pake bahasa gak formal malah jadi kedengeran aneh.

    Oke itu dulu aja, eh tapi gua gak sok ngajarin ya.
    Gua cuma penulis pemula yang numpang ngasi komen kalo ada waktu luang, semata2 buat pembelajaran gua juga
    Last edited by -Pierrot-; 27-09-12 at 19:25.

  12. #11
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Ttg dialog dari Karel, w terima dgn senang hati. Memang, w selalu agak kesulitan ketika ingin membuat percakapan non formal dari karakter. W akan segera perbaiki secepat mungkin. Bakal w pake bahasa gaul banget deh, wkwkwk...

    Sementara mengenai Vagna, sebenarnya w pengen buat bahasa yg digunakan semi formal. Setidaknya, nggak mungkin ketua klub koran sekolah bahasanya terlalu bahasa gaul. Tapi mungkin stl w baca keterangan loe, kayaknya agak2 kaku sih. Nanti w coba liat2 lagi deh.

    Tp tentang pemikiran Reynard, w memang typenya begitu. Baik w pakai sudut pandang orang pertama, ataupun sudut pandang orang ketiga, w pasti tetap menggunakan italics untuk pemikiran yg bersangkutan.

    Aah... dr dulu mang sering dpt keluhan ttg penggunaan kata2, wkwkwk. Tau nih, w mang parah kalo bersangkutan dgn percakapan ^^a

    O ya, w ketinggalan : Ttg wall of text... hmm... dulu dah pernah w lakukan, tp malah nggak pernah diliat lagi cerita w... *SIGH*
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  13. #12
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Well... utk sementara, w dah mencoba utk memperbaikinya sesuai dgn anjuran Pierrot... n semoga sih bs menjadi lebih baik ^^a

    Ttg kata2... w cm memperbaiki dialog dr Karel, karena memang w pengen dialog Karel itu nggak menggunakan tata bahasa baku...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  14. #13
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    asik, saran gua diterima

    kegini kan jadi lebi enak bacanya

  15. #14
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Hahaha... selama saran itu mendukung sih, pasti w terima lah ^^ Cm agak lama, gara2 lagi males ngutak ngutik MS Word aja, fufufu...

    Dan sebenarnya w jg suka kalau ada jeda jarak sih, mang lbh enak liatnya. Cm seperti yg w blg, dulu pas w perbaiki kayak gitu, malah cerita w kaga pernah dibaca2 lagi ^^a

    Skr cerita ini agak stuck di 1 bagian sih : W lg bingung, patung ketiga kira2 gmn ya ? Fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  16. #15
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Spoiler untuk Bagian 10 :
    Keesokan paginya...

    Reynard terbangun dengan terburu-buru. Matahari tampak sudah cukup tinggi.

    Aah, jadi telat deh ! Biasa ada Kak Rachel yang membangunkanku sih...

    Tiba-tiba Reynard menghentikan kegiatannya. Sekilas ia melihat ke arah sebuah foto dirinya, dan seorang gadis berambut hitam panjang yang sedang merangkulnya. Lalu Reynard teringat akan kata-kata di telepon yang diterimanya kemarin...

    Maaf, Rachel mendadak mendapat tugas keluar kota, jadi mungkin selama beberapa hari, ia tidak akan bisa pulang...

    Reynard menghela nafas, lalu kembali bersiap-siap.

    Ketika sedang berjalan menyusuri jalan setapak menuju sekolahnya, Reynard melihat Suster Augustine seperti biasa, menyapu dedaunan kering. Keduanya saling melihat, tapi kali ini tidak saling menyapa; Reynard melanjutkan langkahnya, sementara Suster Augustine kembali menyapu. Akan tetapi, tiba-tiba Reynard ditarik dari belakang.

    “Jangan bersikap seperti itu, kakak kelas !”

    “Va.. Vagna ? He.. hey, apa-apaan...”

    Dengan mengacuhkan protes Reynard, Vagna tersenyum ke arah Suster Augustine.

    “Selamat pagi, suster. Rajin seperti biasa ya ?”

    Suster Augustine mengangguk sambil tersenyum lembut. Lalu Vagna menatap tajam ke arah Reynard.

    “Kakak kelas juga, sapa-lah Suster Augustine !”

    Akhirnya, dengan enggan, Reynard-pun menyapa, “Pagi, suster.”

    Dan, tulisan jawaban dari Suster Augustine, membuat keduanya terkejut.

    ‘Terima kasih, telah menyelamatkan gadis Lost Hope tersebut.’


    Apa maksud dari kata-kata yang ditulis Suster Augustine tersebut ? Bukankah kejadian malam itu tidak diketahui siapapun ? Fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •