Manusia Pertama: Catatan dari Teori Oppenheimer (Oxford University - England)
Para ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa Asia Tenggara adalah kawasan "pinggir"
dalam sejarah peradaban manusia. Dengan kata lain, peradaban Asia Tenggara bisa maju dan
berkembang karena imbas-imbas migrasi, perdagangan, dan efek-efek yang disebabkan
peradaban lain yang digolongkan lebih maju seperti ****, India, Mesir, dan lainnya. Buku Eden
In The East yang ditulis Oppenheimer seolah mencoba menjungkirbalikkan pendapat meinstream
tersebut.
Oppenheimer mengemukakan pendapat bahwa justru peradaban-peradaban maju di dunia
merupakan buah karya manusia yang pada mulanya menghuni kawasan yang kini menjadi
Indonesia. Oppenheimer tidak main-main dalam mengemukakan pendapat ini. Hipotesisnya
disandarkan kepada sejumlah kajian geologi, genetik, linguistik, etnografi, serta arkeologi.
Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara dicoba untuk direkonstruksi dari
peristiwa di akhir Zaman Es (last Glacial Maximum) pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada
saat itu, permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut di zaman
sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat, masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah
kawasan daratan mahaluas yang disebut Paparan Sunda.
Ketika perlahan-lahan suhu bumi memanas, es di kedua kutub bumi mencair dan
menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga timbul banjir besar. Penelitian oseanografi
menunjukkan bahwa di bumi ini pernah tiga kali terjadi banjir besar pada 14.000, 11.000, dan
8.000 tahun yang lalu. Banjir yang terakhir adalah peristiwa yang menyebabkan kenaikan
permukaan air laut hingga setinggi 8-11 meter dari tinggi permukaan asalnya. Banjir tersebut
mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah
menjadi pulau-pulau yang kini kita kenal sebagai Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali.
Oppenheimer mengemukakan bahwa saat itu, kawasan Paparan Sunda telah dihuni oleh
manusia dalam jumlah besar. Karena itulah, menurutnya, hampir semua kebudayaan dunia
memiliki tradisi yang mengisahkan cerita banjir besar yang menenggelamkan sebuah daratan.
Kisah-kisah semacam banjir Nabi Nuh as, olehnya dianggap sebagai salah satu bentuk transfer
informasi antargenerasi manusia tentang peristiwa mahadahsyat tersebut.
Menurut Oppenheimer, setelah terjadinya banjir besar tersebut, menusia mulai menyebar ke
belahan bumi lainnya. Oppenheimer menyatakan bahwa hipotesisnya ini disokong oleh
rekonstruksi persebaran linguistik terbaru yang dikemukakan Johanna Nichols. Nichols memang
mencoba mendekonstruksi persebaran bahasa Austronesia. Sebelumnya, Robert Blust (linguis)
dan Peter Bellwood (arkeolog) menyatakan bahwa persebaran bahasa-bahasa Austronesi a
berasal dari daratan Asia ke Formosa (Taiwan) dan **** Selatan (Yunnan) sebelum sampai ke
Filipina, Indonesia, Kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Nichols menyatakan konstruksi yang
terbalik, di mana bahasa-bahasa Austronesia menyebar dari Indonesia-Malaysia ke kawasankawasan
lainnya dan menjadi induk dari bahasa-bahasa dunia lainnya.
Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan
dewasa ini adalah keturunan dari para penghuni Paparan Sunda yang tidak hijrah setelah
tenggeamnya sebagian kawasan tersebut. Dengan kata lain, ia hendak mengemukakan bahwa
persebaran manusia di dunia berasal dari kawasan ini.
Pendapatnya ia perkuat dengan mengemukakan analisa tentang adanya kesamaan bendabenda
Neolitik di Sumeria dan Asia Tenggara yang diketahui berusia 7.500 tahun. Kemudian ciri
fisik pada patung-patung peninggalan zaman Sumeria yang memiliki tipikal wajah lebar
(brachycepalis) ala oriental juga memperkuat hipotesis tersebut.
Oppenhimer juga yakin bahwa tokoh dalam kisah Gilgamesh yang dikisahkan sebagai satusatunya
tokoh yang selamat dari banjir besar adalah karakter yang sama dengan Nabi Nuh as
dalam kitab Bible dan Qur’an yang tak lain karakter yang berhasil menyelamatkan diri dari
banjir besar yang menenggelamkan paparan Sunda. Legenda Babilonia tua mengisahkan pula
kedatangan tujuh cendekiawan dari timur yang membawa keterampilan dan pengetahuan baru.
Kisah yang sama terdapat pula di dalam India kuno di Hindukush. Varian legenda semacam ini
pun ternyata tersebar di Kepulauan Nusantara dan Pasifik.
Oppenheimer lebih lanjut mengemukakan bahwa kisah yang serupa dengan kisah penciptaan
Adam dan Hawa serta pertikaian Kain dan Abel (Qabil dan Habil) ternyata dapat ditemukan di
kawasan Asia Timur dan Kepulauan Pasifik. Misalnya orang Maori di Selandia Baru, menyebut
perempuan pertama dengan nama "Eeve". Kemudian di Papua Nugini, kisah yang serupa dengan
Kain dan Abel ada dalam wujud Kullabop dan Manip. Tradisi-tradisi di kawasan ini juga
mengemukakan bahwa manusia pertama di buat dari tanah lempung yang bewarna merah.
Atas dasar berbagai hipotesis tersebut pula, Oppenheimer meyakini bahwa Taman Eden yang
disebut-sebut dalam Bible ada di Paparan Sunda. Berbicara tentang hipotesis Oppenheimer ini,
saya juga jadi teringat salah satu ayat dalam Kitab Genesis yang dengan jelasmenyebut bahwa
Eden ada di Timur. Mungkinkah Taman Eden memang berlokasi di Indonesia? Dan Manusia
Pertama pun ditempatkan Tuhan di Indonesia? Wallaahu’alam.
Sumber : https://www.facebook.com/groups/nusa...2678201097028/
Share This Thread