baca dolo yg 1 ini
JAKARTA: Warga Jakarta akanmenggelar hajatan besar, besok 20 September 2012. Ya, hajatan itu bernama pemilihan gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta.
Adapun, calon gubernur/wakil gubernur yang akan bertarung adalah pasangan Fauzi Bowo (Foke)/Nachrowi Ali (Nara) dan Joko Widodo (Jokowi)/Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).
Menurut Lingkaran SUrvei Indonesia (LSI), kedua pasangan calon sama-sama kuat.
"Persaingan sangat ketat, kedua pasangan berpeluang sama untuk menang, massa mengambang masih tinggi 33,5%," kata Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Arman.
Secara umum, distribusi dukungan dari dua pasangan calon, yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama saling kejar dalam survei.
Menurut Arman, jika dilihat dari hasil survie LSI dengan jumlah responden awal 440 dan margin error 4,8%, maka pemilih yang beragama Islam, suku Betawi, dan pemilih tua relatif mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
"Pasangan Foke-Nara 44% sementara pasangan Jokowi-Ahok lebih disukai oleh pemilih non Islam, muda, dan suku Jawa," kata Arman.
Sementara dari segmen pendapatan, menurut Arman, Foke-Nara kembali unggul pada pendapatan menengah 51%, di segmen pendidikan teritorial dan latarbelakang politik pemilih DKI Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok unggul pada kategori pendidikan tinggi.
"Partisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) solid mendukung pasangan Jokowi," ucapnya.
Menurut Arman, terjadi migrasi suara dari pasangan yang tak lolos putaran kedua. Menurut Arman, ditemukan 50% pendukung pasangan Alex-Nono dan HNW-Didik dominan mendukung Foke-Nara. Sementara pendukung Faisal-Biem dan Hendardji cenderung mendukung Jokowi-Ahok.
Menurutnya, suara golput pada Pilkada DKI 2007 tercatat 35% dan pada putaran pertama sebesar 37%. Menurut Arman, pada survei ini kisaran golput mencapai 30-40% mengingat cukup tingginya juga kolompok masyarakat dengan kategori pemilih tua dan berpendidikan rendah.
"Mereka secara tegas mengatakan tidak dapat datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, tentunya dengan berbagai macam alasan. Namun alasan yang paling dominan adalah karena kesibukan sehari-hari yang tak dapat ditinggalkan," bebernya.
LSI mengaku sulit memprediksi siapa pemenang dalam ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran dua yang akan dilaksanakan pada Kamis, 20 September 2012 mendatang.
"Siapa pemenangnya, kami tidak bisa prediksi, karena masih besarnya massa yang mengambang dan tak menentu arah dukungannya," ujar Arman Salam.
Menurut Arman, ada enam alasan mengapa lembaganya tidak bisa memprediksi siapa pemenang Pilkada nanti. Pertama adalah mengenai respon rate yang kecil. Responden yang terpilih secara acak pada survei yang dilakukan kali ini kurang merespon survei yang dilakukan LSI.
"Besarnya prosentase responden yang tidak merespon sebesar 32%, membuat prediksi yang akurat sulit dilakukan, " kata Arman.
Alasan kedua, persaingan yang ketat antara kedua pasangan calon. Secara statistik, tidak dapat dikatakan siapa yang unggul. Sekalipun jika Pilkada dilakukan hari ini karena jaraknya sangat ketat.
Alasan ketiga, Arman mengatakan kedua pasangan calon sama-sama kuat di tiap segmen pemilih. Seperti contoh, masing- masing calon punya basis tertentu, misalnya Jokowi unggul di kalangan muda dan berpendapatan tinggi, sedangkan Fauzi Bowo unggul pada pemilih tua, pendapatan bawah serta pendidikan rendah.
"Terlihat Jokowi unggul telak di luar agama Islam, Jawa dan China, sementara Foke unggul tipis pada pemilih Islam, perempuan dan unggul besar pada pemilih Betawi," katanya.
Arman melanjutkan, alasan keempat adalah angka golput yang cukup tinggi dan tidak menentu. Faktor golput ini sangat mempengaruhi perolehan suara kedua calon namun membuat sulit memprediksi pasangam mana yang akan menjadi pemenang.
Faktor kelima adalah maraknya dukungan, sosialisasi atau saling serang yang terjadi di media. Baik itu media massa ataupun media sosial. Pembaca sosial media seperti twitter, Facebook, memang lebih banyak ke Jokowi- Ahok, sementara pembaca koran lebih condong ke pasangan Foke-Nara.
Sedangkan yang terakhir, adalah faktor tingkat pengenalan masyarakat terhadap kedua pasangan cagub dan cawagub tersebut. Ada tiga variabel untuk hal ini, tingkat pengenalan, kesukaan, dan kepantasan.
"Berdasarkan survei kami, Foke lebih populer sebanyak 95,8% sedangkan Jokowi 88,7%," katanya.(api)
sumber
Share This Thread