Judul nya Flame ~
ini story gw repost dr blog temen gw,
bukan na gw ga kreatif, tp gw fikir ini Nice Story, jd gw pengen share aja.

Spoiler untuk Flame~ :
Aku tak tahu harus mulai dari bagian mana, aku merasa sesuatu yang tak wajar terjadi di usiaku yang masih dini ini, aku masih remaja, baru beberapa bulan lalu aku menginjak umurku yang ke 17 tahun..
Aku baru mahasiswa tingkat satu, di jurusan yang sebenarnya tak begitu ku ingikan, tapi aku yakin ini adalah jalan terbaik yang aku butuhkan meskipun bukan yang aku inginkan.
Ya, Pendidikan Biologi, banyak teman-temanku yang ada dijurusan yang sama mengatakan dan mengakui bahwa mereka menjadikan jurusan ini sebagai pelarian dari jurusan kedokteran, mereka yakin suatu saat mereka sedikitnya akan belajar hal yg sama seperti apa yang dipelajari di fakultas kedokteran.
Sudah, bukan itu yang sebenarnya ingin aku bicarakan..
Aku menemukan seorang pria yang entah kenapa membuat hatiku beku dan tak ingin membuka hati untuk pria lain. Baru beberapa bulan lalu kita saling kenal, bahkan tepatnya sebelum aku masuk universitas. Aku kira dia akan menjadi kakak tingkatku di jurusan itu, ternyata takdir berkata lain, aku gagal masuk di jurusan yang aku inginkan dan tentu akupun gagal menjadi adik tingkatnya.
Dia tidak tampan bagi sebagian orang, bahkan kebanyakan orang mengatakan dia “biasa saja”. Namun bagiku, dia lebih dari “biasa saja”. Dia luar biasa. Dia yang membuatku bisa melupakan semua cerita hidupku bersama pasanganku sebelumnya, membuatku melangkahkan kaki dengan pandangan lurus ke depan dan tak bisa menoleh masa laluku. Dia yang selalu memberiku semangat setiap waktu meski dengan balasan pesan singkat, ya, amat singkat.
Sampai aku merasa ingin menjadikannya masa depanku, menjadikannya seseorang yang duduk disampingku hingga aku renta dan menghabiskan masa tuaku bahkan sisa hidupku dengannya. Nasehat singkat darinya selalu aku artikan lebih dari sekedar nasehat bagi orang yang baru saling kenal. Kebaikannya selalu aku artikan lebih dari sekedar kebaikan seseorang yang gagal menjadi kakak tingkat.
Dan ketika aku mulai merasa lelah mengejarnya, aku berpikir, “Aku adalah seorang wanita, mengejar cinta yang kuinginkan bukan suatu hal yang seharusnya dilakukan, bukankah Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan?”. Ku ceritakan ini pada pamanku yang kuanggap kakak yang paling mengerti akan hal ini. Ternyata benar, tanggapannya sama dengan pemikiranku. Aku terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang kebaikan seorang pria kepadaku, setiap kebaikan yang diberikan bukan berarti dia ingin menjalin hubungan yang lebih denganku, pengalaman sebelumnya tak ku jadikan pelajaran, bahkan masih ku ulangi untuk ke sekian kali. Cobalah untuk sedikit tertutup agar aku memiliki nilai lebih dimatanya sebagai seorang wanita, jangan terlalu terbuka akan kehidupanku padanya sebagai orang yang baru memasuki tahap perkenalan.
Aku menyadari, ini salahku terlalu cepat merasa nyaman dan menyandarkan kepalaku dibahu seorang pria yang belum tentu sudi meminjamkan bahunya untukku. Kecewa, aku ambil pelajaran, aku memutuskan untuk lebih diam.
Sampai suatu hari dalam kediamanku, selalu aku mengingatnya sebagai penyemangat hariku. Dan lagi, kecewa menghampiri ketika kulihat keakrabannya dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tingkatnya, lagi… berasal dari fakultas kedokteran. Sesak rasanya. Mungkin tak wajar, aku taka da hak menyimpan rasa cemburu pada seorang pria yang sama sekali dia bukan siapa-siapa ku. Aku tak bisa memendamnya, kuceritakan ini pada sahabatku, dan ia berkata “Hey, kamu hanya mahasiswa pendidikan biologi, taka da apa-apanya dibandingkan mahasiswa kedokteran!”. Seketika aku merasakan seperti ada pisau yang mengupas jantungku, sakit! Kesakitan yang membangunkanku dari mimpi yang selama ini aku alami. Aku terbangun, nyawaku belum terkumpul dari tidurku dan mimpiku itu. Mustahil memang pria sepintar dia, calon dokter, akan memandangku. Jelas sudah, ternyata selama ini hanya mimpi, mimpi yang tak seharusnya datang membawa kebahagiaan sesaat dalam hari-hariku. Tak mungkin Sang rembulan akan menjadikan bebatuan luar angkasa yang tak jelas rupanya sebagai pendampingnya, tentu sang rembulan mengingnkan sang bintang untuk mendampinginya.
Terlampau jauh aku berharap hingga kuputuskan menutup hatiku bagi semua pria yang ada. Terlampau jauh aku berharap dia yang akan menjadi masa depanku. Aku dan dia ibarat bumi dan matahari. Tak mungkin bersatu, seperti berharap memeluk bulan, memetik bintang. Namun apa jadinya bila kujalani hidup tanpanya? Sehingga aku lebih memilih memendam perasaanku padanya agar ia tak pernah tahu apa yang aku rasakan selama ini. Kujadikan potretnya screenlock di handphone dan laptopku agar aku selalu semangat menjalani hidupku karena ada dirinya. Siapa? Seseorang dalam mimpiku yang menjadi masa depanku tapi bukan di dunia nyata.
Bila memang ini jalannya, aku terima, ijinkan aku hanya mengagumi makhluk-Mu ini dalam keheningan saja, tanpa ia tahu bagaimana rasanya mengagumi tanpa dikasihi. Tuhanku, Engkau Maha Cinta, Engkau Maha Tahu siapa yang kusebut dalam setiap do’a dan sujudku setelah orang tuaku.. Engkau Maha Memahami apapun yang aku rasakan, jika memang dia masa depanku, aku rela bermimpi dan tak terbangun lagi untuk bersamanya, tapi jika bukan, biarlah aku mengaguminya hanya untuk menjadikannya penyemangat hari-hariku. Sujud syukurku padaMu karena aku telah dipertemukan dengan makhlukMu yang membawa perubahan luar biasa dalam diriku. Terima kasih telah memberiku paman dan sahabat yang membangunkanku dari mimpi yang tak berujung ini. Dan untuknya, maafkan aku yang telah mengganggu harimu, mengusik ketenanganmu, aku hanya ingin kau menyadari ada seseorang yang menantimu, berdiri disini, dengan tangan terbuka menerimamu dengan apa adanya dirimu……

Untuknya, mimpi terbesarku…


sumbernya : http://justranie17.blogspot.com/2012/09/flame_5816.html