Dukungan terhadap partai PDIP dan Golkar relatif stabil menurut hasil survei Syaiful Mujani Research and Consulting (SMRC). PDIP mendapat suara 9 persen dan Gokar 14 persen.
Menurut SMRC salah satu penyebab PDIP kalah tipis dibanding Golkar dikarenakan kekuatan PDIP hanya melalui mobilisasi darat. Ternyata hasil itu diamini politikus PDIP Pramono Anung.
"PDIP memang kemampuan utamanya kerja darat tapi kita enggak punya biaya yang cukup banyak. Berbeda dengan Golkar yang mempunyai media, kemana-mana Pak Ical diikuti melalui tv-nya," ujar Pramono di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Minggu (14/10).
Pria yang akrab disapa Pram ini mencontohkan, apa yang dialami Partai Demokrat. Saat elektabilitas SBY naik, justru partainya yang tersandera kasus hukum hingga suara dukungan terus merosot.
"SBY performance-nya 54 persen mengatakan baik, kondisi ekonomi juga mengalami kebaikan, tapi kenapa hukumannya diberikan kepada partai," kata Pram.
Lantas dia pun menceritakan bagaimana perolehan suara partai pemenang Pemilu mengalami penurunan. Hal ini yang pernah dialami Partai Demokrat juga dialami PDIP pada pemilu 2004. Yakni saat Pemilu 1999 PDIP menang tetapi 2004 turun.
"Hal ini pernah dialami PDIP pada tahun 2004, masalah ini berkaitan dengan korupsi. Pesan saya pak (Hayono) kalau hukuman itu tidak direspon secara cepat maka akan mendapatkan hukuman yang lebih cepat," imbau Pram pada politikus Demokrat Hayono Isman yang hadir di tempat yang sama.
Swing voters di Pemilu 2014
Dalam kesempatan sama, SMRC juga merilis terbaru trend parpol menjelang Pemilu 2014 yakni keberadaan swing voter (pemilih mengambang). Hasilnya, para swing voters paling banyak ada di tiga partai besar yakni Partai Golkar 14 persen, disusul PDIP 9 persen dan Demokrat 8 persen. Sedangkan untuk parpol menegah seperti Nasdem 4 persen, Gerindra 3 persen, PKS, PKB, PPP, dan PAN 3 persen dan untuk PAN 2 persen dan Hanura 0,5 persen.
Menurut CEO SMRC Grace Natalie, swing voters yang paling merosot tajam di alami Partai Demokrat.
"Partai ini merosot 12 persen, hampir dua pertiganya dari hasil pemilu 2009 21 persen," kata Grace.
Namun menurut Grace yang cukup mengejutkan adalah Partai Nasdem. Sebagai partai baru secara spontan mendapat pilihan 4 persen, di atas rata-rata partai menengah lainnya. Di mana belum ada presedenya dalam 1,5 tahun menjelang pemilu-pemilu sebelumnya.
"Sebagai partai baru dengan modal 4 persen dan dengan waktu yang masih cukup panjang. Nasdem potensial paling kuat setidaknya di partai papan tengah," terangnya.
Dalam hasil survei SMCR ini juga masih terdapat hasil swing voter yang masih belum tahu alias pemilih mengambang sebanyak 50 persen. Grace juga menuturkan masih adanya sekitar 50 persen pemilih yang mengambang, belum menentukan pilihan secara spontan.
"Yang mengambang ini kemungkinan swing voter atau penuh pemula. Jumlah mereka ini sangat besar (50%) dan dapat merombak peta kekuatan partai pada 2014 nanti," jelasnya.
Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu yakni mereka sudah berumur 17 tahun atau lebih sudah menikah ketika survei dilakukan.
Jumlah sampel 1.219 berdasar jumlah sampel ini diperkirakan margin of error sebesar ±3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dengan waktu wawancara pada survei terakhir 5-16 September 2012.
Share This Thread