WHO AM I....
Saat ini pukul 05.00 pagi. Sudah masuk waktu subuh. Aku segera berwudhu, kemudian shalat. Sungguh tenang jika memulai hari dengan shalat. Rasanya ada semangat, karena sudah menuntaskan kewajiban. Setelah itu aku teringat sesuatu. Kunyalakan komputer 2 layar bututku. Tak berapa lama,wajah wajah yang sudah ku kenal muncul di sana. Ada foto Romy dan Indra, teman lamaku saat masih di Jakarta 2, baru saja mengirim email. Isinya sudah pasti, foto foto dari Mars.
Aku memang sering minta foto landscape kota Jakarta 2, kota satelit Jakarta di Mars. Aku butuh ini untuk menyelesaikan tugas akhir sekolah. Ya, cita citaku memang menjadi Insinyur Angkasa (Space Engineer (S.Eng)) yang bertugas untuk merancang bangunan bangunan di planet lain yang gravitasinya tak sama dengan di Bumi.
Tapi sedikit ada yang berbeda di sini. Dan itu menyenangkan. Maka, aku segera menghubungi mereka. Dan karena aku ngincer masuk Unair atau UI, tempat sekolah S.Eng terkemuka macam Rully Hardyansah, Steven Mario Diaz, aku harus mendapatkan nilai tinggi di akhir sekolah ku nanti.
”Thanks, Bro. Ga nyangka kalian bisa dapetin sekalian blue printnya Sulaiman Building. So Excited” aku menghubungkan link internet dgn kedua sobatku.
”Jelas, ga sembarangan nieh carinya. Besok jangan lupa kirim ceknya ya” kata Indra di layar 1. Aku hanya bisa melongo.
”He he he... Becanda kok. Ngapain juga kamu dengerin anak kambing itu,” kata Romy di layar 2 sambil terkekeh dan melirik ke layar 1.
”Maksudnya apa? Kalo ga aku ngebebasin kamu dari tilang LMPD (Line-Mars Police Department)ya ga bakal hari ini kamu sampe rumah!!” ketus Indra.
”Sapa juga yang minta kamu bebasin!!” teriak Romy di layar 2.
“Hei!! Kamu ampe sujud syukur di kaki polisi itu kan abis aku bebasin!!” Indra ga mau kalah.
”Ga!! Itu Cuma gara gara jidatku gatel lom dikasih bedak!!”
”Katanya mau say goodbye ma aspal” Indra mencibir.
”Itu juga!!” Romy lagi lagi tidak mau kalah.
”Banyak alesan. Ngomong aja malu!!” dan pertengkaran ini tak akan selesai jika dibiarkan.
”STOP!!” kataku. Tapi mereka tidak mendengarkan. Terus saja saling hujat.
”WOY!!! STOOOOP!!” teriakku. Tapi tetap tak ada respon. Sekarang malah mereka saling ludah, mengotori layarku dengan cairan jorok ga jelas.
”WOOOYYY!!! SETAAANNN!!! STOOOOP!!!”Baru setelah aku muntab, mereka menoleh ke arahku dan membersihkan kaca monitor mereka.
”Eh... maap... maap,” Indra meringis.”ini pake pulsamu ya Ra.” dasar anak ga penting. Untung akhirnya dia sadar juga. Romy pun ikut diam, nyengir lebar kayak kuda. Tapi aku terlanjur sakit hati. Maka ku putuskan sambungan SUNC (Space Universe Network Connection) nya. Kemudian segera aku bersiap pergi ke sekolah.
Hari itu hari Sabtu, hari terbaik bagi pelajar. Karena besok kami akan libur. Dan ditambah lagi, pelajaran di hari Sabtu haruslah pelajaran dengan materi yang ringan. Itu sudah tercatat secara jelas di kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum KTSP. Jika di kelas IPA seperti aku, yang sehari hari bergelut dengan angka dan ilmu ilmu pasti, biasanya di hari Sabtu kami diberi kebebasan berekspresi, dengan pelajaran olahraga dan kesenian. Begitu pun di IPS, biasanya mereka diberi pelajaran yang lepas dari ilmu sosial dan kemasyarakatan. Misal pelajaran bahasa inggris dan bahasa mandarin.
Seperti biasa, setelah mandi turun untuk sarapan. Kulihat mama sedang sibuk di dapur, tapi bukan dengan masakan hari ini, tapi mempersiapkan menu pesanan klien. Mamaku memang membuka Catering, karena biaya yang diberikan ayahku dari luar angkasa tidak cukup untuk biaya kami sekeluarga yang ada 5 orang.
”Ma, hari ini masak apa?” tanyaku saat bertemu mama di ruang makan.
”Waduh, hari ini mama ga masak. Kalian makan semur daging aja yah,” mama langsung menaruh sepanci besar semur daging di atas meja. Aku segera ambil piring di dapur, dan kembali ke meja makan, lalu duduk.
”Loh, kok semur daging lagi sih ma?” Rully, adikku yang berusia 10 tahun, tiba tiba datang dan protes. Aku akan bangkit, ingin memarahinya, karena itu kebiasaanku, tapi....
”Masih untung kamu bisa makan, di luar masih banyak yang ga bisa makan, tau,” kata Karin judes. Adikku yang ini, umurnya dibawahku 1 tahun, saudara wanita tertua. Sejak kecil aku dan dia lah yang menjadi pembantu ibu mengurus rumah jika ayah tidak ada. Tapi karena kebandelanku, yang sering sekali keluar rumah, dia mengambil alih hampir 90% dari tugas tugas rumah. Mulai dari menyiram taman, mengepel, menyapu, sampai memasak dia juga. Karena itu dia tumbuh menjadi wanita yang keras, punya pendirian kuat, mampu menjaga diri walau tetap feminim. Aku pun tidak heran jika perangainya seperti ini, tapi ini diluar kebiasaannya, marah pagi pagi.
”Karin, Rully, sudah, jangan bertengkar pagi pagi. Rul, besok mama masak yang enak, tapi hari ini mama repot, jadi makan seadanya dulu. Oke?” lerai mama bijak. ”Karin, kamu ini kenapa? Pagi pagi uda bad mood,” giliran Karin yang dimarahi Mama. Mamaku memang orang yang keras. Keluargaku pun adalah keluarga yang sangat keras, sering terjadi adu ngotot diantara kami. Walaupun kami semua sama sama keras, kami selalu saling mengerti dan menyayangi.
Rully tampaknya tidak peduli jika Karin baru saja memarahinya. Tanpa ekspresi, dia langsung naik ke atas, ganti baju. Begitu juga Karin. Dengan tampak mengacuhkan kata kata Mama, dia duduk di meja makan, tepat di depanku. Langsung membuka piring, kemudian mulai mengambil nasi.
”Rin, kamu betengkar sama Aldo lagi?” tanyaku tanpa memandangnya. Mencoba berkonsentrasi pada piringku.
”Eng... enggak kok. Kakak sok tahu,” saat kulirik dia juga tidak memandangku. Dia masih terus menciduki nasi dari magic jar. Tapi air mukanya jelas berubah.
”Beneran?”
”Iya...” dia selesai mengambil nasi, beralih ke panci penuh semur.
”Bukan kebiasaanmu marah pagi pagi,” dia tidak menjawab. Tapi aku tahu sekali, sekarang dia sedang menahan sesuatu.
”Udah kubilang putusin aja, kamu marahin aku. Kubilang dia playboy, kamu ga percaya. Kubilang dia mendua, kamu ngambek 1 minggu, kubilang dia... ”
”KAKAK!! Uda!!... jangan diulang ulang lagih.... ” Karin berteriak. Marahnya meledak. Dia bangkit dari kursi, membanting piring ke meja.
BRAAAKK.... Pintu kamarnya terbanting dengan keras. Aku pun sukses membuat Karin naik pitam.
Share This Thread