Page 1 of 3 123 LastLast
Results 1 to 15 of 33
http://idgs.in/58168
  1. #1
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default Aku dan Cinta Di antara Waktu

    WHO AM I....
    Saat ini pukul 05.00 pagi. Sudah masuk waktu subuh. Aku segera berwudhu, kemudian shalat. Sungguh tenang jika memulai hari dengan shalat. Rasanya ada semangat, karena sudah menuntaskan kewajiban. Setelah itu aku teringat sesuatu. Kunyalakan komputer 2 layar bututku. Tak berapa lama,wajah wajah yang sudah ku kenal muncul di sana. Ada foto Romy dan Indra, teman lamaku saat masih di Jakarta 2, baru saja mengirim email. Isinya sudah pasti, foto foto dari Mars.

    Aku memang sering minta foto landscape kota Jakarta 2, kota satelit Jakarta di Mars. Aku butuh ini untuk menyelesaikan tugas akhir sekolah. Ya, cita citaku memang menjadi Insinyur Angkasa (Space Engineer (S.Eng)) yang bertugas untuk merancang bangunan bangunan di planet lain yang gravitasinya tak sama dengan di Bumi.

    Tapi sedikit ada yang berbeda di sini. Dan itu menyenangkan. Maka, aku segera menghubungi mereka. Dan karena aku ngincer masuk Unair atau UI, tempat sekolah S.Eng terkemuka macam Rully Hardyansah, Steven Mario Diaz, aku harus mendapatkan nilai tinggi di akhir sekolah ku nanti.

    ”Thanks, Bro. Ga nyangka kalian bisa dapetin sekalian blue printnya Sulaiman Building. So Excited” aku menghubungkan link internet dgn kedua sobatku.
    ”Jelas, ga sembarangan nieh carinya. Besok jangan lupa kirim ceknya ya” kata Indra di layar 1. Aku hanya bisa melongo.

    ”He he he... Becanda kok. Ngapain juga kamu dengerin anak kambing itu,” kata Romy di layar 2 sambil terkekeh dan melirik ke layar 1.
    ”Maksudnya apa? Kalo ga aku ngebebasin kamu dari tilang LMPD (Line-Mars Police Department)ya ga bakal hari ini kamu sampe rumah!!” ketus Indra.

    ”Sapa juga yang minta kamu bebasin!!” teriak Romy di layar 2.
    “Hei!! Kamu ampe sujud syukur di kaki polisi itu kan abis aku bebasin!!” Indra ga mau kalah.
    ”Ga!! Itu Cuma gara gara jidatku gatel lom dikasih bedak!!”

    ”Katanya mau say goodbye ma aspal” Indra mencibir.
    ”Itu juga!!” Romy lagi lagi tidak mau kalah.
    ”Banyak alesan. Ngomong aja malu!!” dan pertengkaran ini tak akan selesai jika dibiarkan.

    ”STOP!!” kataku. Tapi mereka tidak mendengarkan. Terus saja saling hujat.
    ”WOY!!! STOOOOP!!” teriakku. Tapi tetap tak ada respon. Sekarang malah mereka saling ludah, mengotori layarku dengan cairan jorok ga jelas.
    ”WOOOYYY!!! SETAAANNN!!! STOOOOP!!!”Baru setelah aku muntab, mereka menoleh ke arahku dan membersihkan kaca monitor mereka.

    ”Eh... maap... maap,” Indra meringis.”ini pake pulsamu ya Ra.” dasar anak ga penting. Untung akhirnya dia sadar juga. Romy pun ikut diam, nyengir lebar kayak kuda. Tapi aku terlanjur sakit hati. Maka ku putuskan sambungan SUNC (Space Universe Network Connection) nya. Kemudian segera aku bersiap pergi ke sekolah.

    Hari itu hari Sabtu, hari terbaik bagi pelajar. Karena besok kami akan libur. Dan ditambah lagi, pelajaran di hari Sabtu haruslah pelajaran dengan materi yang ringan. Itu sudah tercatat secara jelas di kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum KTSP. Jika di kelas IPA seperti aku, yang sehari hari bergelut dengan angka dan ilmu ilmu pasti, biasanya di hari Sabtu kami diberi kebebasan berekspresi, dengan pelajaran olahraga dan kesenian. Begitu pun di IPS, biasanya mereka diberi pelajaran yang lepas dari ilmu sosial dan kemasyarakatan. Misal pelajaran bahasa inggris dan bahasa mandarin.

    Seperti biasa, setelah mandi turun untuk sarapan. Kulihat mama sedang sibuk di dapur, tapi bukan dengan masakan hari ini, tapi mempersiapkan menu pesanan klien. Mamaku memang membuka Catering, karena biaya yang diberikan ayahku dari luar angkasa tidak cukup untuk biaya kami sekeluarga yang ada 5 orang.

    ”Ma, hari ini masak apa?” tanyaku saat bertemu mama di ruang makan.
    ”Waduh, hari ini mama ga masak. Kalian makan semur daging aja yah,” mama langsung menaruh sepanci besar semur daging di atas meja. Aku segera ambil piring di dapur, dan kembali ke meja makan, lalu duduk.
    ”Loh, kok semur daging lagi sih ma?” Rully, adikku yang berusia 10 tahun, tiba tiba datang dan protes. Aku akan bangkit, ingin memarahinya, karena itu kebiasaanku, tapi....

    ”Masih untung kamu bisa makan, di luar masih banyak yang ga bisa makan, tau,” kata Karin judes. Adikku yang ini, umurnya dibawahku 1 tahun, saudara wanita tertua. Sejak kecil aku dan dia lah yang menjadi pembantu ibu mengurus rumah jika ayah tidak ada. Tapi karena kebandelanku, yang sering sekali keluar rumah, dia mengambil alih hampir 90% dari tugas tugas rumah. Mulai dari menyiram taman, mengepel, menyapu, sampai memasak dia juga. Karena itu dia tumbuh menjadi wanita yang keras, punya pendirian kuat, mampu menjaga diri walau tetap feminim. Aku pun tidak heran jika perangainya seperti ini, tapi ini diluar kebiasaannya, marah pagi pagi.

    ”Karin, Rully, sudah, jangan bertengkar pagi pagi. Rul, besok mama masak yang enak, tapi hari ini mama repot, jadi makan seadanya dulu. Oke?” lerai mama bijak. ”Karin, kamu ini kenapa? Pagi pagi uda bad mood,” giliran Karin yang dimarahi Mama. Mamaku memang orang yang keras. Keluargaku pun adalah keluarga yang sangat keras, sering terjadi adu ngotot diantara kami. Walaupun kami semua sama sama keras, kami selalu saling mengerti dan menyayangi.

    Rully tampaknya tidak peduli jika Karin baru saja memarahinya. Tanpa ekspresi, dia langsung naik ke atas, ganti baju. Begitu juga Karin. Dengan tampak mengacuhkan kata kata Mama, dia duduk di meja makan, tepat di depanku. Langsung membuka piring, kemudian mulai mengambil nasi.

    ”Rin, kamu betengkar sama Aldo lagi?” tanyaku tanpa memandangnya. Mencoba berkonsentrasi pada piringku.

    ”Eng... enggak kok. Kakak sok tahu,” saat kulirik dia juga tidak memandangku. Dia masih terus menciduki nasi dari magic jar. Tapi air mukanya jelas berubah.

    ”Beneran?”
    ”Iya...” dia selesai mengambil nasi, beralih ke panci penuh semur.
    ”Bukan kebiasaanmu marah pagi pagi,” dia tidak menjawab. Tapi aku tahu sekali, sekarang dia sedang menahan sesuatu.
    ”Udah kubilang putusin aja, kamu marahin aku. Kubilang dia playboy, kamu ga percaya. Kubilang dia mendua, kamu ngambek 1 minggu, kubilang dia... ”

    ”KAKAK!! Uda!!... jangan diulang ulang lagih.... ” Karin berteriak. Marahnya meledak. Dia bangkit dari kursi, membanting piring ke meja.
    BRAAAKK.... Pintu kamarnya terbanting dengan keras. Aku pun sukses membuat Karin naik pitam.
    Last edited by fadillah46; 28-08-08 at 22:35.

  2. Hot Ad
  3. #2
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ”Bara...!!” mama tampak jengkel padaku. Aku hanya menggeleng tak bersalah. ”Ayo.... bujuk dia! Minta maaf!”

    ”Loh, tapi bukannya aku bener?”:
    ”Mama ga peduli. Kalo dia hari ini ga masuk lagi, apalagi ini gara gara kamu, uang sakumu mama potong ½,” mama berkata dengan raut wajah serius. Arrrgghhh.... dipotong ½?? = Mimpi buruk!! Tak ada hura hura, tak ada nonton bareng, tak ada makan makan. Aaaaaaa..... !!!. tapi jujur, di lubuk hatiku yang terdalam, aku merasa bersalah, walaupun sangat sedikit.

    Maka, dengan ogah ogahan aku meneruskan makan sedikit lagi, setelah itu bergerak mendekati pintu kamar Karin.
    ”Rin, boleh masuk?” kataku tanpa mengetuk pintu. Tak ada jawaban.
    ”Kalo ga ada jawaban, berarti boleh.” sekali lagi ga ada jawaban ”Aku ga peduli kalo kamu lagi telanjang di dalam,” aku sedikit mengancam. Tapi aku tahu, sebenarnya ada yang lebih parah baginya daripada melihat dia telanjang. Karin akan sangat malu jika saat dia menangisi seseorang, dia terlihat oleh orang lain. Bahkan oleh kakaknya sendiri.

    Sekali lagi tak ada jawaban, maka tanpa peringatan lagi, aku masuk. Setelah pintu kubuka, kulihat Karin tertelungkup di kasur memeluk bantal. Segera saja aku duduk di sebelahnya. Kudengar dia masih tergugu.

    ”Maafin aku rin. Aku ga ada maksud apa apa. Itu cuma guyonan pagi hari.” kataku tulus. Dia tidak merespon.
    ”Ayolah, apa kamu mau maksa aku ngeluarin kata kata mesra? Kan kamu tahu banget aku paling ga bisa ngerayu cewek.” aku berkata sedikit merendah. Ini juga strategiku supaya aku tidak bicara macam macam ke Karin. Bisa bisa merubah image ku sebagai ”anak baik”, dan kelihatan belangku sebagai ”anak jalanan”.

    ”Aku ga mungkin bilang ”Romy Aldo anak baik, pengertian” sementara hati dan otakku bilang ”dia ********, *******, setiap hari nyakitin adikku”. Kamu tahu banget gimana aku. Tapi ya uda, tadi itu becanda. Kali ini kakak yang salah.” haram bagiku berlaku pecundang, di depan siapapun.

    Suasana sepi. Dingin sekali, aku diam, dia masih tergugu. Agaknya kata kataku tidak mempengaruhinya sama sekali. Aku hampir menyerah, tampaknya usahaku ini akan berjalan sia sia. Mulai kusiapkan mentalku untuk hal hal terburuk Dari gaji yang dipotong ½ sampai tidak disapa Karin dan mama berhari hari. Itu yang biasanya mereka lakukan. Aku mulai berdiri.
    Tiba tiba Karin bangkit perlahan. Aku segera membantunya duduk. Kulihat bantal yang dia peluk tadi penuh dengan bekas air mata. Tapi sebisa mungkin aku tidak membuatnya malu dengan berusaha tidak melihat itu. Saat pandanganku beralih padanya dia telah mengusapi bekas air matanya. Lalu dia memandangku penuh tanya.

    ”Kak... aku... bukan... nyalahin kakak ... tapi... ” matanya mulai berkaca kaca lagi. Badannya gemetar.
    ”Iya... iya... udah... aku tahu kamu masih gengsi ma aku. Ga usah lah dikatain, aku juga ga masalah kok.” aku mencoba melegakan diriku sendiri. Kemudian kuusap kedua matanya yang hampir menumpahkan air mata lagi.
    ”Ayo, bangun. Uda ampir jam 6 nih.” aku menariknya bangun. Kemudian, setelah dia berdiri, aku keluar ruangan.

    ”Cepetan dandannya. Masih banyak cowok yang antri bwat kamu di luar sana.” kataku sebelum menutup pintu.
    Sampai di dapur, mama memandangku bingung. Aku hanya mengangguk sambil mengacungkan jempol.

    ”Bara... mama juga setuju sama kamu. Aldo itu ga pantes jadi pacarnya Karin.” aku hanya tersenyum. Tidak kaget sama sekali. ”Karena itu, supaya tidak terjadi hal seperti ini padamu, kamu harus segera... ” aku tidak mendengarkan lagi. Kuanggap masalah ini selesai. Kulihat Rully yang berwajah cemas sedang berdiri di tangga.

    ”Mas... Mbak Karin gimana?”
    ”Oh... semua beres... cepetan makan sana. Aku anter ke sekolah,” Rully tersenyum, lalu menuruni tangga menuju ruang makan.
    Aku segera keluar, kemudian memanasi motorku. Motorku ini berteknologi AGMS(Anti-Gravitation Machine System), teknologi yang bisa membuat kendaraan melayang di udara. Semua motor dan mobil saat ini dilengkapi teknologi seperti ini. Karena selain hemat energi, minim polusi udara, debu, dan suara, juga lebih nyaman. Memang hanya dibatasi maksimal 1 meter di atas permukaan, tapi itu sudah lebih dari cukup.

    Di luar rumah, kulihat pak Sabar dan bu Sabar, pasutri kakek-nenek tetangga sebelah, sedang jogging melintas di depan rumah..
    ”Pagi Kek... Nek,” sapaku sambil tersenyum cerah.
    ”Pagi, nak Bara,” balas mereka bersamaan. Wajah berkerut mereka mengembang.

    Rumahku ini masih termasuk dalam sebuah perkampungan. Bukan perumahan atau apartemen seperti layaknya orang jaman sekarang. Jadi kami masih terbiasa saling sapa, saling kunjung, kerja bakti, pengajian, sholat berjamaah di masjid dan sebagainya. Tidak hanya bapak bapak dan ibu ibu serta anak anak, bahkan remaja sepertiku dan Karin juga diwajibkan melakukan pengajian dan shalat berjamaah. Apalagi, rata rata penduduk di sini tidak tinggal di sini karena terpaksa, tapi sama seperti ibu dan ayahku, mereka melakukannya atas keinginan sendiri, dan mempertimbangkan kesehatan emosional dan spiritual anak anak mereka kelak. Sehingga anak anaknya tidak menjadi seperti orang orang ”gedongan” yang individualis, materialis, dan hedonis.

    Tidak berapa lama, Andri, teman satu sekolah yang pengantar koran, datang.
    ”Ini korannya mas,” Andri turun dari sepeda motornya, kemudian memberikan koran Jawa Pos padaku.
    ”Makasih,” kuterima gulungan koran itu dengan senyum lebar. Sembari kuselipkan uang 50 ribuan di tangannya.

    ”Loh... Mas?”
    ”ambil aja Ndri...,” kataku. Andri berterima kasih berkali kali, tapi aku segera menyuruhnya pergi. Dia masih banyak pekerjaan. Andri adalah anak yang baik, rajin, pintar, tapi memiliki nasib yang kurang beruntung. Dia teman seangkatanku di SMA 1 Corodon City. Dia hidup di pinggiran kota, di sebuah perkampungan kumuh, bersama ibunya dan 4 orang adiknya. Sebagai kakak tertua, dia harus menanggung beban yang seharusnya dipikul ayahnya, menghidupi keluarga dan biaya pendidikan adik adiknya, karena ibunya sudah tidak memiliki pekerjaan. Koran sendiri menjadi bagian penting hidupnya, karena ini industri amat kuno yg peminatnya hny sedikit. Hanya orang orang seperti ibuku yang masih membaca koran. Lainnya lebih baik dengan internet atau Line-Paper, koran modern yg bs muncul dimana saja, kapan saja

    Maka aku berjanji pada diriku sendiri, setiap minggu, jika aku bertemu dia, aku akan menyisihkan uang saku untuknya. Dan, meskipun aku selalu melakukan ini setiap minggu, dia selalu kaget. Seakan akan dia tidak pernah menerima kejutan dariku. Seakan akan tak pernah menerima hadiah dari siapapun. Mungkin karena dia terlalu serius dalam hidupnya, sehingga tidak pernah memikirkan hal hal seperti ini. Di sekolah , aku tidak pernah membedakannya. Dia seperti temanku lainnya, dan aku sudah berkali kali mengatakan padanya, untuk juga berlaku biasa padaku.

    Setelah motorku panas, aku segera masuk.
    ”Rully, ayo berangkat.” yang kupanggil Rully, malah kepala Karin yang muncul. Dia mendatangiku. Wajahnya cerah, sama sekali tidak tampak seperti baru saja menangis.

  4. #3
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ”Kak, aku aja yang anter Rully yah. Ini hampir terlambat.”
    ”Loh, loh.... enak aja... ntar malah aku yang terlambat!!”
    ”Pliss... pliss kak... hari ini aja... aku ada ulangan nih jam pertama....” Karin memohon padaku. Matanya yang bening, memandangku dalam dalam. Huh... hal seperti inilah yang membuatku luluh. ”Yah??”

    ”Ya udah,” dengan keberatan yang hampir 100%, ditambah helaan nafas panjang, akhirnya aku merelakan saja. Biarlah aku terlambat, toh reputasiku di sekolah juga sudah buruk.
    ”Makasih Kak,” Karin tersenyum gembira.
    Aku dan Karin memang berbagi tugas. Setiap hari aku mengantar Rully, dan dia mengantar adikku lainnya, Sandy. Ini keputusan mama, yang cowok harus sama cowok dan cewek sama cewek. Sekolahku dan Karin sama, hanya sekolah Sandy lebih jauh dari sekolah Rully. Karena itu juga Karin dan Sandy biasanya berangkat lebih pagi dari aku dan Rully.

    ”San, Sudah siap lom?”
    ”Sudah kak.” jawabnya. Sandy, adikku cewek berusia 10 tahun, telah memakai seragam lengkap. Siap di antar ke SD nya.
    Pukul 06.25, 5 menit lagi aku masuk. Aku langsung meluncur ke SDN 3 Corodon City. Setelah menurunkan Sandy, aku langsung cabut ke sekolah.
    ”Ntar dijemput jam berapa San?”
    ”Loh, kan kak Karin?”
    ”Ntar dia ada try out di sekolah,” aku hafal jadwal adik adikku, terutama yang satu sekolah.

    ”Oh... gitu…. Mungkin jam 3 an kak. Aku ada ekskul tari,” setelah ada kejelasan, aku mengucapkan salam pada Sandy, dan langsung tancap gas.
    Di jalanan, sudah tidak ada lagi yang berbaju SMA. Semuanya berbaju kerja. Pertanda buruk, karena bisa bisa aku malah dicegat polisi. Maka tak ada jalan lain, aku harus ngebut.

    Sekolahku dan Karin yang sedang kutuju ini adalah SMA Negeri 1 Corodon City, biasa disingkat SMANIC. Sekolah ini berada di pinggir jalan besar. Dan lumayan kaya, karena merupakan sekolah negeri unggulan.
    Sekolah negeri saat ini tidak lagi menggantungkan nasibnya pada pemerintah. Mereka diharuskan untuk mencari dana sendiri. Sekolah negeri yang benar benar tidak mampu saja yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Kebijakan pemerintah adalah, daerah di luar kota industri dan kota perdagangan serta ibu kota, akan mendapat subsidi pendidikan sebanyak 75%. Sementara di kota kota besar, tidak mendapat subsidi sama sekali. Ini ditujukan untuk mengurangi kesenjangan pendidikan antara si kaya dan si miskin, serta menahan laju urbanisasi.

    Perbedaan sekolah negeri dan swasta Hanyalah sekolah negeri memiliki koneksi langsung dengan pemerintah, karena dibangun dan dimodali oleh pemerintah. Koneksi yang dimaksud terletak pada guru yang dipekerjakan, yang diawasi langsung oleh pemerintah, dan jatah SPMB yang sedikit lebih besar daripada swasta.

    Selebihnya, pemerintah melakukan pemberian rating pada sekolah sekolah. Ada banyak aspek, yang aku sendiri tidak tahu, untuk penentuan rating ini. Rating ini diberlakukan pada kualitas semua sekolah dalam satu wilayah, tidak perduli swasta atau negeri. Jadi PTN-PTS pun tidak membedakan, pada saat SPMB dan PMDK, untuk sekolah negeri dan swasta.

    Dan, seperti dugaanku, pintu gerbang sudah ditutup. Kulihat jam, sekitar pukul 06.35 pagi. Telat 5 menit. Segera aku turun dari sepeda, dan mengetuk pintu gerbang.

    ”Ayo masuk,” kata guru Tatib hari itu, Pak Djauhari. Beliau adalah Tatib paling ”killer” di sekolah. Hampir semua murid, terutama yang bandel, sangat membencinya. Jika bicara anak bandel, berarti itu termasuk aku. Tapi aku tahu dia seorang guru, jadi aku tidak terlalu ”vulgar” menunjukkan ketidaksukaanku. Dan yang paling penting, jika aku melawannya, bisa bisa akan dapat nilai 5 di pelajaran Fisika, pelajaran kesukaanku dan pelajaran yang paling kubutuhkan.

    ”Kenapa telat? Adikmu tidak telat?”
    ”Maaf pak, saya terjebak macet,”
    “Alasan itu... itu... lagi.... kamu tahu, semester kemarin kamu sudah 3 kali terlambat... semester ini kamu mau coba coba terlambat lagi!! bla... bla.... bla...” dan aku sukses mendapat omel selama setengah jam.

    Omelan itu berlanjut dengan pemberian poin Tatib padaku. Aku pasrah saja. Setelah itu, oleh guru piket aku diijinkan masuk. Segera kunyalakan sepeda motorku, dan menaiki laser way. Laser Way adalah jalan maya yang terbuat dari laser sebagai pengganti jalan aspal. Laser Way sangat membantu karena mudah diatur dan dirubah sewaktu waktu. Laser Way hanya membatasi dan bagi kendaraan kendaraan jenis AGMS yg menyalakan SLS (Solar Laser System). Sehingga bisa ditembus lasernya bagi mobil2 yg tidak menyalakan atau tidak punya SLS.

    Bahkan Laser Way, dengan suplai tenaga yang cukup, bisa menhubungkan pulau pulau yang bertebaran di lautan. Tentu saja gelombang di tengah laut akan sangat mempengaruhi perjalanan.

    Saat aku naik melalui Laser Way yg dibuat berputar mengelilingi samping sekolah, seperti biasa banyak yang menyambutku, walaupun terlambat. Karena suara motorku yang menggelegar sebagai trademark ku di sekolah. Termasuk anak kelas 1 yang menyukai motoku, ”peraturan ada untuk dimainkan”. Untung tidak ada yang meniru perbuatanku ini.

    Ahahahah.... Di tingkat 3, di kelas XII IPA 1, seperti biasa Marissa, salah satu teman dekatku, yang duduk di dekat jendela melambai2kan tangan ke arahku. Aku hanya mengangguk. Tapi bisa kurasakan, entah kenapa senyumnya sangat tidak tulus. Mungkin dia capek, pikirku. Yang tidak biasa, satu tingkat di atasnya, seorang wanita yang rasanya pernah kukenal, sekilas muncul di jendela, dan memandangku angkuh. Yang tidak biasa, dia ada di kelasku, XII IPA I. Seseorang yang benar benar kukenal...

  5. #4
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    SO STRANGE

    Sekolahku SMANIC terbagi dalam 3 gedung besar. Yang utama adalah gedung berlantai 5. Di bagian bawahnya melebar. Tingkat 1 adalah ruang guru, ruang TU, serta ruang ruangan lain yang berhubungan dengan guru dan lab lab. Dari lantai 2 – 5 adalah ruang kelas. Di loteng sekolah, ruangan dibagi 2, yang satu untuk lapangan bermain, lainnya untuk tempat parkir sepeda motor indoor. Parkir mobil di basement.

    Gedung lainnya adalah GOR serbaguna, kolam renang indoor dan lapangan tenis. Ditambah lagi sebuah stadion sepakbola mini. Semuanya tertata rapi di dalam komplek SMA 1 Corodon City.

    Setelah mendapatkan tempat parkir, aku bergegas menuju kelas. Selain karena sudah jam ke 2. Aku ingin segera menemuinya.
    Dari balik pintu masuk taman atas aku melihat teman temanku. Sony, Aldi dan Steve.

    ”Pagi Bro... ” sapa Sony riang. Aku tidak mempedulikan mereka. Aku langsung masuk. Tampaknya tidak ada pelajaran. Teman teman berbincang bincang di dalam kelas. Tapi perhatianku tetap tertuju pada arah pojok kiri belakang kelas.
    Semakin aku mendekat, semakin aku ingat.
    ”Ta... tatia?”

    3 bulan yang lalu, hari Sabtu.


    ”Bara, kamu uda siap belom?”
    ”Adooooh... iya...” gerutuku. Sial sekali, padahal aku benar benar tidak ingin pergi. Seharusnya hari ini Sony menemaniku main futsal di Omogashi, tapi kenapa juga dia tidak datang. Akhirnya aku juga harus ikut dalam acara perjodohan menyedihkan ini.

    ”Cepetan... udah jam 8 nih. Jangan buat Tante Nora nunggu lama... ”. Aku segera berbenah diri, berdandan serapi mungkin. Ini hanya karena aku menghormati mamaku, bukan lainnya. Seandainya mama tidak ada, aku pasti berdandan seancur-ancurnya.

    ”Waduh, selamat menempuh hidup baru ya kak...” kata Karin sembari cekikan.. Ini juga, bikin aku tambah geregetan aja. Rully dan Sandy pun seperti itu, ketawa ketawa sendiri. Rasa maluku rasanya sudah di ubun ubun.
    ”Ayooooo..... Bara!!” seru Mama panjang dari luar. Mau tidak mau aku segera melangkah ke mobil.
    Perjalanan ini benar benar menghancurkan hidupku. Aku dipaksa menunggu saat saat dimana hidupku akan boring, dimana kebebasanku bakal terkekang. Jalanan macet, hujan deras, dan lampu mati. Sungguh momen yang pas.

    Dan, dengan perjalanan yang panjang, aku dan Mama sampai di perumahan mewah di kawasan Pakuwon. Rumah yang megah, bahkan dalam keadaan gelap gulita seperti sekarang. Seandainya ada cahaya, pasti sangat indah rumah ini.
    Mama mengangkat handphonenya, dan terdengar samar samar suara wanita dari seberang. Tak berapa lama, pintu rumah itu terbuka, dan aku segera memasukkan mobil. Karena hujan sudah reda, Mama langsung masuk ke teras rumah itu dan mengetuk pintu. Tak berapa lama, seorang wanita paruh baya tampak membukakan pintu.

    ”Nora....?!” kata Mama
    ”Aline?!” sahut wanita itu mesra. Dan adegan peluk cium pun tak terelakkan. Kelihatannya mama dan Tante Nora ini sudah lama sekali tak bertemu.
    ”Jadi, ini anakmu? Ganteng buanget,” biasanya dipuji begitu langsung membuat kepalaku besar, hidungku mancung, mukaku segar, dan badanku tegap. Entah kenapa sekarang hanya muncul senyum miris di wajahku.

    ”Iyah...” kata mama bangga. Mama menggosok gosok kepalaku. Padahal tinggi kami berbeda 20 centi.
    ”Ayo, masuk.” Tanpa basa basi, Mama segera masuk. Kami dipersilahkan duduk di ruang keluarga. Membuatku semakin takut jika mereka, tante Nora dan Mama, memang serius.
    ”Tante Nora tuh dulu teman seperjuangan Mama di SMA dan perguruan Tinggi. Kami juga sepakat kalo ada anak kami yang lahir laki laki dan perempuan akan dijodohkan. Kebetulan anak tante Nora hanya 1, cewek, jadi aku jodohin dengan kamu.” jawab Mama ceria.

    ”Jadi Mama jodohin aku karena ini saja?”
    ”Janji harus ditepati, Bara. Dan walaupun janji itu sebuah kesalahan, tetap saja harus ditepati, karena janji adalah hutang, dan semua itu ada hitungannya kelak. Bukannya itu yang selalu Mama tanamkan sama kamu?” raut wajah Mama mendadak sedih. Aku paham, ini karena prinsip. Jadi mama merelakan hati dan anaknya untuk tetap berpegang teguh. Aku tidak bisa, dan tidak boleh, menyalahkannya. Ini mungkin buah ketidakadaan ayah di sini.

    ”Tapi kamu tenang aja. Tante Nora ini sangat baik, aku yakin anaknya juga.”
    ”Trus dimana suaminya Tante Nora?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

    ”Iya, Om Fadly itu pilot Avia Renaissance. Jadi berlayar ke mana mana.” Avia Renaissance sebuah perusahaan pelayaran ruang angkasa yang amat disegani. Perusaahan milik Jepang ini berlayar ke 15 galaksi dan 200 planet. Planet planet yang sekarang sedang atau telah dijadikan bumi baru bagi manusia. Tidak heran rumah ini begini megah. Karena minimal gaji di AR adalah 60 juta rupiah. Karena perhitungan harga saat ini paling kecil adalah 10 rupiah, maka 60 juta rupiah sudah cukup untuk membangun 6 buah mobil AGMS. Dibandingkan dengan tahun 2005 – 2015, kurs 1 USD adalah 9.900 rupiah. Saat ini rupiah meningkat tajam. Dan 1 USD = 200 rupiah, 1 Yuan = 340 rupiah dan 1 Poundsterling = 250 rupiah.

    Tiba tiba Tante Nora datang, membawa sebuah nampan berisi minuman.
    ”Yuk, diminum dulu,” segelas jus buah Marua, buah baru yang hanya tumbuh di Mars, disodorkan pada kami. Bahkan minumannya saja sangat high class. Lama lama minder juga aku dibuatnya.

    Tante Nora dan Mama berbincang bincang. Bahkan sampai tertawa terbahak bahak. Aku hanya kadang kadang menyahut, dan kadang kadang juga dipaksa tersenyum saat Mama menggojloki ku. Seballl.... bosen.... mangkel!!!

    ”Loh... iya yah... kok malah kita nostalgia. Tat.... tatia...sini nak.... ” tiba tiba di lantai atas muncul seorang wanita. Sebayaku. Dan yang jelas, cantik. Dadaku langsung berdebar debar, tak pernah aku melihat wanita seperti itu. Keanggunan yang dibungkus dengan kemisteriusan, benar benar seleraku. Wanita seperti itu selalu membuatku penasaran. Aku segera yakin, bila aku dijodohkan dengannya maka bahagia selamanya hidupku.
    Anak bernama Tatia itu turun dari lantai 2. Dia segera menghampiri tempat kami duduk. Kemudian mengambil tempat duduk di samping Tante Nora dan Mama.

    ”Tuh, kenalin. Namanya Dambara Febrian, anaknya Tante Aline.” tanpa ragu ragu aku mendekat, dan mengulurkan tangan.
    ”Bara,” kataku. Dia menjabat tanganku.
    ”Tatia,” katanya. Tanpa ekspresi. Tak ada senyum seperti orang senang, tak ada murung seperti orang kesal. Benar benar datar. Sungguh sial.... Aku tak mampu membaca apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

  6. #5
    Ado's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    waiting for miracle
    Posts
    1,035
    Points
    3,067.30
    Thanks: 0 / 6 / 6

    Default

    well another story ja, nice. trusin yah sampe beres :toothy12::toothy12::toothy12::toothy12:
    I'm totaly *******

  7. #6
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ”Tat, bawa Bara ke taman belakang. Kalian ngomong di sana aja.” Tatia berdiri, lalu memberi kode padaku untuk mengikutinya. Aku segera bangkit.
    Taman belakang mereka benar benar asri. Bunga bunga berbagai warna tumbuh di halaman seluas sekitar 20 meter persegi itu. Di tata rapi dan manis, mengikuti kontur tanah dan selaras dengan berbagai atribut seperti lampu taman serta jalan jalan kecil. Bahkan aku yang sama sekali tidak mengetahui tentang keindahan alam pun ikut takjub.

    ”Wah.... buagus banget....” pujiku tulus sambil melihat ke seantero taman.
    ”Memang ini kesukaanku,” Tatia membenahi beberapa tangkai bunga Mawar. Diciuminya bunga itu lembut. Ah, seandainya saja itu aku, pasti bahagia 7 turunan. Huehehehehe

    ”Lalu, kita mau mulai dari mana?” tanyaku membuka pembicaraan. Mungkin walaupun aku tidak akan bersama dia, minimal aku punya kenalan yang bisa cukup dibanggakan. Selain Marissa dan Sony.
    ”Cuma satu, aku ga suka ma kamu,”

    Daaarrrr......

    Seperti disambar petir, hancur luluh harapan harapanku. Seperti di terjunkan dari langit ke 7. Terbakar habis sebelum sampai di bumi.
    ”A... a... apa?”
    ”Jadi, kamu boleh pergi sekarang.” wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi. Semuanya benar benar diucapkannya dengan ekspresi dingin. Sedingin es abadi di kutub utara. Aku tidak menyangka akan ditolak sebelum ”nembak”, diusir sebelum ”masuk”.

    ”Kamu tentu sudah tahu kita dijodohkan karena accident. Ibumu dan ibuku saling menghormati, karena itu kita diteruskan seperti ini. Aku ingin kita akhiri saja semua ini. Kamu bilang nanti kamu ga suka aku, dan aku bilang aku ga suka kamu. Beres. Dan kita ga usah ketemu lagi.” Tatia langsung masuk ke dalam.
    Bukan. Bukan seperti ini yang ingin kuinginkan. Bukan di”buang” seperti ini. Aku menginginkan sebuah relasi yang baik, tapi apa yang kudapat. Bahkan sedikit senyum saja aku tak dapat. Ya, aku menyukai wanita yang misterius, tapi bukan dingin.

    Tidak pernah perasaanku di bolak balik seperti ini. Di awal aku begitu terpesona, tapi kali ini dia membuatku ”patah hati”. Sudah cukup rasanya aku terhina.
    Dan sejak itu, aku pulang tanpa melihatnya sama sekali. Aku langsung keluar, masuk mobil dan diam disana sambil menunggu mama masuk. Sepulangnya dari rumah Tante Nora, aku sudah melupakan tentang anak itu. 2 hari setelah itu, mama dan Tante Nora memutuskan untuk tidak jadi menjodohkan aku dan Tatia.

  8. #7
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Kembali ke masa sekarang

    ”Hai Bara...”
    ”Kamu.... kenapa di sini?”
    ”Aku murid pindahan,” jawabnya singkat.
    ”Bukan, maksudku.... ngapain kamu duduk di bangku ku?”
    ”Loh.... ini?” dia tampak bingung. Apalagi anak anak banyak yang melihatnya. Mukanya langsung merah padam. Yes... aku berhasil membuatnya malu.
    Kali ini dia yang kalah. Aku tahu dia pasti mau membuatku terkejut dengan bilang ”Hai...” dengan wajah sok cool. Tapi kali ini aku berhasil balik keadaan. Hahahahahaha...

    ”Tatia yah... ayo ikut aku...” Tiba tiba ketua kelasku, Virnie, datang. Dia menggandeng tangan Tatia dan menariknya dari kursi. Dia memandang mengejek padaku. Dia memang musuhku di kelas. Siiiaaaal, padahal aku baru saja tertawa lepas. Padahal baru saja aku mau mulai meledeknya dengan berbagai macam pertanyaan dan gojlokan. Dendam kesumat selama 3 bulan ini malah dihapuskan begitu saja oleh Virnie.

    Hari itu aku sama sekali tidak mood sekolah. Di kelas aku sama sekali tidak nyambung dengan pelajaran. Aku lebih memilih melakukan berbagai eksperimen, melakukan hal hal gila yang bahkan hanya sedikit saja tersirat di otakku.

    Jam ke 1 kosong, aku membuat kegaduhan dengan ngehack radio sekolah lewat laptopku, lalu menyalakan suara alarm kebakaran di radio sekolah.
    Maksud hati hanya mau bikin kegaduhan, yang terjadi malah ”keramaian”. Suasana panik. Bapak ibu guru berlarian keluar... murid murid tunggang langgang ke sana kemari. Teriakan histeris dimana mana. Yang lebih parah lagi, teriakan ”Kebakaran!! Kebakaran!!” ada di seantero sekolah. Air dari watersprayer di atas kelas menyemprot kami, hingga sekelas basah kuyup. Termasuk aku.

    Aku di dalam kelas hanya bisa melongo melihat kejadian ini. Tidak kubayangkan jika akan sebesar ini akibatnya. Padahal, asli, niat awalku Cuma iseng. Teman teman langsung melihatku dengan tatapan marah. Tapi aku menengadah, pura pura tak tahu apa apa. Dan hebatnya, tidak ada yang mengetahui kalo itu dari laptopku!! ini bs jadi kejahatan informasi kalo sampai ketahuan!! Dan sudah pasti Di DO!!!

    Jam ke 2, pemadam kebakaran datang. Mereka dengan sigap menyisir seluruh gedung sekolah. Dalam 10 menit mereka sudah memastikan bahwa semua aman dan bunyi alarm adalah perbuatan orang iseng. Semua orang lega, kecuali aku. Kalau ketahuan, bisa bisa diskorsing seperti kelas 2 dulu, lagi. Dan nggak sekedar skorsing, bisa bisa surat peringatan ke 3. 1 pelanggaran lagi = D.O... Aaaaarrrrgggghhhhhh...........

    Jam ke 3-4, jam bu Martha, guru kimia. Dari jam ke 3 aku mengganggu Tatia terus. Mulai menimpuknya dengan pensil. Semua pensil yang ada dikelasku ku kerahkan. Tatia berkali kali melaporkan pada Bu Martha ada yang menimpuknya, tapi tak ada yang ketahuan. Sama sekali Rasaain, sapa suruh masuk sekelas ma aku.

    Kami disuruh mencampurkan berbagai bahan, yang aku tidak tahu dan tak mau tahu namanya. Yang jelas ada daftar diagram dan tabel campuran zat, kemudian kami disuruh mencampurkannya untuk menjadikan sebuah pupuk kimia cair berwarna hijau.

    Saat Tatia pergi mencuci tangan, aku memasukkan cairan alcohol ke cairan yang sedang dia panasi. Kemudian aku pamit ke kamar mandi pada Bu Martha. Walaupun aslinya ke kantin.
    Karena kantin yang ada Cuma di tingkat 1, aku turun ke bawah. Setibanya di bawah, aku melihat lab kimia mengeluarkan asap warna warni. Aku langsung kembali ke atas. Dan tepat seperti dugaanku, cairan Tatia lah yang mengeluarkan asap itu. Sip.... bagus banget.


    ”Kamu kok jahat banget sih?! Ini hari pertamaku di sekolah!!” Tatia mendatangi mejaku, membentak bentak.
    ”Bu Martha marah banget ma aku. Untung aku ga dapet surat peringatan. Ini semua gara gara kamu kan?” dia masih marah marah. Aku balas dengan gelengan kepala saja. Tanpa memandangnya. Dia diam. Aku pun diam.
    ”EMANG GUE PIKIRIN.” lagu dari grup band lawas duo Maya yang sedang terlantun di telingaku langsung kuteriakkan keras keras. Kelihatannya cocok sekali. Juga sebuah usaha untuk mengusirnya.
    Dan berhasil. Dia pergi. Entah kemana. Agaknya dia sudah paham aku masih dendam padanya. Siapa juga yang tidak dendam diperlakukan sejahat itu.

    Sepulang sekolah, aku langsung laporan pada Mama.
    ”Ma, kenapa Tatia pindah ke sekolahku? Satu kelas lagi ma aku. Bikin dendamku bangkit lagi.... ” kataku saat masuk rumah. Tanpa salam dan tanpa mengetuk pintu.
    ”Kamu ini dateng dateng kok ngomel. Ganti baju sana...habis itu shalat... ”
    “Tapi Ma, ini penting....”
    ”Udah. Sana...” Mama mengusirku dari ruang keluarga. Dengan sedikit dongkol, aku naik ke atas. Ganti baju, lalu shalat dhuhur. Setelah itu turun ke bawah lagi.
    ”Ma....”
    ”Iya, mama sudah diberi tahu tante Nora. Dia memang dengan sengaja memindahkan Tatia dari sekolah sebelumnya di Jakarta ke sini.” raut wajah Mama berubah malas. Mungkin sebenarnya tidak terlalu senang membicarakan ini.

    ”Trus tanggapan mama?”
    ”Tante Nora mindahin Tatia ke skul mu tuh ga pake nanya ke mama dulu. Ya bisa nanggepin apa lagi selain ”iya” ”wah, bagus tuh” dan sebagainya,” mama berkata kepadaku sambil memindah mindah chanel TV tak beraturan. Kelihatannya sama kesalnya denganku.

    ”Jadi mama juga ga seneng ma Tatia?”
    ”Terlalu dingin dan keras. Memang, seorang wanita harus punya sisi yang membuat laki laki penasaran, tapi dia seperti menutup diri. Mama ga suka.”
    ”Loh, mama kan baru ketemu sekali sama dia?”
    ”Entahlah, tapi Mama ngerasa seperti itu sejak dia pertama kali muncul,” dan... mama memakai kata ”Muncul”, seperti kepada hewan saja >,<.
    Aku setuju 1000% dengan Mama.

    ”Tapi, Mama juga ga setuju kamu sama Marissa. Ngerti?”
    ”Loh, ma...” Aku langsung shock mendengarnya.
    ”Kalo kamu sekedar anterin belanja, jalan jalan bareng, ga papa. Tapi kalo kamu sampe pacaran ma dia, mama ga rela.”

    ”Kenapa sih?”
    ”Dia terlalu childish dan manja, Bara. Dia ga bisa jadi ibu yang baik. Mungkin bagi kamu dia cocok, tapi bagi keluargamu dan anak anakmu nanti dia ga cocok...” aku diam. Sebenarnya di dalam hati sangat emosi, karena wanita yang sejak lama aku suka tidak di bolehkan. Tapi aku mencoba berpikir jernih. Selalu ada alasan orang tua melarang anaknya melakukan sesuatu. Pandangan mereka tentang hidup, sudah jauh lebih luas daripada anak anaknya. Itu yang selalu kupercaya.

  9. #8
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Hari Senin berlalu, dan berganti hari selasa.
    Sekolahku, terutama kelasku, segera menjadi tempat yang mengerikan. Setiap hari aku bertemu dengan orang yang tidak ingin kutemui. Melihat wajahnya saja sudah gemetar pingin nampar.

    Maka pelajaran dari jam pertama sampai ke 4 semuanya tidak ada yang masuk. Yang lebih membuatku kesal, dia tampak biasa biasa saja. Aku jadi tampak seperti orang bodoh.
    Tetapi pelipur lara selalu ada. Di jam istirahat, saat aku bermain basket di atas bersama teman temanku di loteng atas, tiba tiba Marissa memanggilku.

    ”Ra, sini dong bentar,” aku langsung mendekatinya.
    ”Apa?”
    ”Kamu bisa tolongin ga? Mobilku di stater ga mo nyala....” aku dan Marissa memasuki parkir mobil. Kemudian menuju mobil Toyota Lodio warna Pink. Aku meminta kuncinya dari Marissa, kemudian ku buka kap depannya.
    Kuteliti dari berbagai arah, tidak ada masalah yang berarti. Tiba tiba...

    BYUUURR.....
    Badanku basah kuyup disiram air dari belakang.
    ”HAPPY BIRTHDAY!!!” tiba tiba teman temanku sudah muncul di tempat parkir.
    ”Loh...”. aku kebingungan
    ”Lupa ya?? Sekarang kan hari ulang tahun mu Ra.”kata Marissa. Oh iya, aku baru benar benar ingat. Hari ini memang ulang tahunku. Aku tidak percaya malah teman temanku yang ingat, sementara di rumah bahkan tidak ada yang menyalamiku.
    ”Ayo, mainkan!!” Seru Sony. Teman temanku serempak menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untukku. Perlakuan mereka membuatku terharu. Tidak sengaja aku hampir menitikkan air mata.
    ”Nah, ayo... ditiup lilinnya...” Steve menyodorkan sebuah kue ulang tahun berwarna putih padaku. Di atasnya tertulis, ”Happy Birthday 18 Dambara” ditulis dengan karamel. Tak mau mengecewakan teman teman, aku langsung meniupnya.

    BUUUMMM.....

    Kue ulang tahun yang sesungguhnya sangat membuatku terharu, sekarang meledak menjadi berkeping keping.
    ”Ahahahahahahaha.....” semua orang tertawa. Bahkan Marissa yang biasanya tidak ”kejam” padaku. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana wajahku sekarang, yang jelas semuanya terasa menempel, lengket, bahkan mataku sulit kubuka. Dan lebih tepatnya aku tidak peduli lagi.
    ”Siaaaalaaaaannnn.......!!!” teriakku sekeras kerasnya. Aku sudah tidak tahan dikerjai lagi.
    ”Waaa.....” semuanya berlarian tunggang langgang. Kulempari mereka dengan krim yang muncrat kemana mana. Kami saling lempar krim. Bahkan beberapa sampai mengenai baju dan beberapa juga terpeleset, sakin serunya kami bermain. Kami berkejar kejaran terus, sampai jam istirahat habis.

    Ternyata, bisa juga aku membalas mereka. Walau nafas ini rasanya tinggal 1/10 tidak rugi karena balas dendam sukses. Setelah puas mencoreng coreng wajah anak anak yang mengerjaiku, termasuk Marissa, aku ke kamar mandi, mencuci muka dan baju. Untunglah krimnya putih, jadi tidak terlalu membekas parah.
    Di tengah jalan aku bertemu Marissa lagi.

    ”Huahahahahaha.... seru ya ra...” katanya polos sambil tertawa lebar.
    ”Seru, Seru... liat nieh badan bau krim semua.”
    ”Eh, salah sendiri ga bawa parfum. Uda tau sekarang hari ultahmu juga, masuk sekolah ga ada persiapan.”
    ”Aku lupa kalo sekarang aku ultah,” kataku menyesali diriku yang pelupa.
    ”Dasar Bara!! Bara si pelupa!! Weeeqqq.... ” dia mencubit pinggangku lalu berlari masuk kelas sambil nyengir melambaikan tangan. Huh, setiap hari dia selalu bikin aku tambah gemes padanya.

    Tiba di rumah, masalah lain datang. Dari luar saja, aku sudah mendengar seseorang menangis. Aku segera masuk ke dalam.
    ”Tapi... aldo.... Aldo ma....
    ”Iya, mama tahu kamu sayang sama Aldo, tapi keputusan kamu sudah benar....” Mama dan Karin duduk di meja makan. Karin sedang dalam kondisi menangis di pelukan mama. Mama mengelus elus rambut hitam lurus Karin dengan penuh kasih sayang.

    ”Ada apa Ma?” tanyaku sambil berbisik di belakang mama. Belum sempat mama menjawab, Karin mendongak ke arahku.
    ”Aku sudah putus sama Aldo kak...”
    ”Looooh.... ”Aku terkejut setengah gila. Bahagia setengah mati. Padahal baru beberapa hari saja aku memberinya peringatan keras. Tapi sekarang sudah putus.
    ”Sapa yang mutusin?’
    ”Aku...” tiba tiba dia menangis lagi. Malah semakin keras. Adikku yang satu ini memang sulit tebakannya. Dia yang mutusin cowoknya, eh malah nangis sekarang.
    Tapi apapun, mereka sudah putus, jadi jika Aldo berani ganggu Karin, maka aku yang maju.

    Esoknya, hari benar benar cerah. Aku siap kembali ke sekolah, tempat yang paling nyaman dan paling tidak nyaman.
    Tiba tiba saat sarapan pagi Karin menanyaiku.
    ”Kak, beneran yang dijodohin ma kakak itu sekelas ma kakak?” kata Karin sehabis mencuci piring.

    ”Iya... napa?” aku masih memakan mie ramen untuk sarapan pagi.
    ”Nggak... aku pingin lihat aja... gimana sih orangnya, sampe kakak ma mama ga suka ma dia.... ” Karin mengambil tas punggungnya. Lalu bergegas ke sepeda motornya. Sandy segera berlari mengikuti. Dia melambaikan tangan padaku, dan kubalas dengan anggukan. Dia meluncur duluan ke sekolah.

  10. #9
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Di sekolah waktu jam istirahat, Karin datang ke kelasku.
    ”Mana kak?”
    ”Itu...” aku menunjuk Sony. Memang, aku sedang gencar gencarnya menjodohkan adikku dengan Sony. Karena aku tahu sendiri bahwa Sony adalah pribadi yang baik, serta memiliki jam terbang pacaran yang sedikit alias setia. Jadi aku menginginkan Karin menerima Sony.

    ”Duh kakak... Serius dong...”
    ”Loh, aku serius. Dia uda suka ma kamu sejak kelas 2 sebenarnya, tapi belum ada pedekate. Soalnya dia belum lihat kamu kasih pintu buat dia. Selain gara gara cowok brengkes itu...” Karin melirikku tajam. Ternyata dia masih sensitif saat aku menyebut nama lelaki biadab itu.

    ”Iya,,, iya rin... ” aku menunjuk pada bangku paling pojok kiri belakang kelasku. Tatia sedang berdiri di sana ”Itu orangnya.”
    Karin langsung melongo. Lama juga.
    ”Wuih... cantik ya kak... tinggi lagi. Gitu kok kakak ga mau sih ma dia... sapa... Tatia kan namanya?” tanya Karin heran. Aku mengangguk membenarkan.
    ”Tunggu ya...” aku menyuruh Karin menunggu, karena Virnie tampaknya sedang menuju bangku Tatia, ingin mengerjakan tugas bersama.
    ”Itu kak Virnie ya...” aku mengangguk lagi.
    ”Nah... nah... liat tuh rin. Liat... wajah Tatia,” aku menunjukkan pada Karin ketidakada ekspresian yang selalu ditunjukkan Tatia. Sekali lagi Karin melongo. Tapi lebih ke melongo ilfil...

    ”Dingin... dingin banget... bicara ga ada ekspresinya...” Karin melihatku sambil berwajah bingung dan menggeleng gelengkan kepala.
    ”Nah, kamu pikir aku mau kawin ma mayat hidup? Dia Cuma mau berekspresi kalo pas marah. Gue yakin walaupun pelawak sedunia dikumpulin di sini, dia ga bakalan ketawa.” tukasku. Karin mengangguk angguk sambil memperhatikan Tatia lagi.
    Setelah puas melihat keganjilan ”tunanganku” itu, Karin kembali ke kelasnya, karena juga bel telah berbunyi.

    Sampai di rumah, kutanya lagi Karin.
    ”Gimana rin?” Karin sedang menyapu di halaman depan. Biasanya jika dia sedang bekerja sulit diganggu. Tapi memang itu tujuanku, sehingga bisa makin mendesak mama untuk lebih berani memutuskan tali perjodohanku dengannya.
    ”Apanya?”
    ”Soal Tatia.” lanjutku. Dia langsung berhenti menyapu. Lalu memandang ke jalanan yang ramai dengan anak anak bersepak bola ria.
    ”Nggak kak... aku ga mau punya ipar kayak gitu.”
    ”Dingin banget kan?” timpalku.
    ”Tadi waktu pulang sekolah aku lihat dia jalan sendirian keluar dari sekolah. Trus ada Rahmat, temen sekelas kakak, yang nyapa dia. Trus kakak tahu apa reaksinya?”
    ”Apa?”
    ”Cuma kedip...!!” Karin memukul dahinya sendiri dengan kepalan tangan bagian atas. Karin benar. Hal hal seperti itulah yang membuatku semakin enggan dekat dengan Tatia. Mungkin boleh dia punya ekspresi dingin dan misterius, tapi jika keterlaluan sampai tidak membalas saat di sapa, itu sungguh membuatku muak. Mana ada orang hidup sendiri di dunia ini, tanpa menggantungkan pada orang lain. Perilaku sok tidak butuh teman seperti itu sangat kubenci.


    Tak terasa sudah 1 bulan berlalu dan sekarang adalah hari minggu. Hari tenang.

    Entah berapa detik aku tidur, telepon selularku berdering. Mengagetkanku dari tidur lelap. Agak ogah ogahan aku ambil telepon butut berbentuk pensil itu. Lalu kupencet tombol paling atas.

    ”Pagi, Bara!!” gambar hologram wajah Marissa muncul di atas pensil. Seperti biasa, selalu ceria dan penuh senyum.
    ”Pagi. Ada apa kamu gangguin aku tidur??” kataku lemas sambil menggaruk garuk kepalaku yang ga gatal.
    ”Eh, jawabannya kok gitu seh?” pipinya yang putih dan chubby menggembung seperti ikan kembung. Dia berkacak pinggang.
    ”Iya, iya maap. Ada apa sih??” nyusahin aja, pikirku dalam hati. Aku paling tidak bisa kalau melihat wanita marah atau berlagak marah. Rasanya seperti sangat bersalah.

    ”Jalan yuk.”
    ”Kemana??” sekarang aku ganti ngucek ngucek mata.
    ”Ke Surabaya. Temenin aku shopping,” katanya manja.
    ”Wah ga bisa, masih banyak pekerjaan nih,” jawabku sekenanya.
    ”Kerjaan?? Kerjaan apa??” selidiknya.
    ”1 tidur, 2 masih tidur, 3 tidur lagi,” jawabku sambil menaruh handphone pensilku di meja belajar, kemudian aku kembali rebahan di kasur sambil menelungkupkan bantal di kepalaku.

    ”Aaah.... Masak hari minggu tidur molo?! Bara.... loh.... Baraaaaaa!!!!” teriaknya dari seberang sana. Tapi aku tidak mendengarkan. Biarkan saja dia mengoceh sekenanya, sampai bibirnya yang tipis bertambah tipis. Aku hanya ingin menikmati kasur dan bantal ini sepuas puasnya.
    Setelah beberapa menit,tampaknya sudah aman. Maka ku buka saja penutup kepalaku. Marissa sudah tidak mengoceh lagi. Sebenarnya aku ingin sekali pergi dengannya, tapi entah hari ini malas sekali. Tiba tiba dinding dinding kamarku berubah menjadi wajah mama.

    ”Bara!! Bangun!! Anterin masakan mama ke rumah tante Nora ya.” kata mama lembut tanpa memandang ke arahku. Tapi suaranya tetap menggelegar. Tampaknya mama sedang masak.

    Akh, perangkat sialan ini selalu mengagetkanku.

    Memang akhir akhir ini dinding kamarku di upgrade oleh papa, dari luar angkasa, dengan PPW( Private Picture Wallpaper) ini. Jadi jika aku malas bangun mama tidak perlu repot naik ke atas. Cukup nyalakan kamera di bawah dan tembok di seluruh kamar akan berubah jadi wajah mama (atau wajah siapapun yg memencet kamera). Dan suaranya bakal menggema ke seluruh kamar. Sumpah, di hari pertama sama sekali aku tidak bisa tidur. Adik adik ku yang bandel, bahkan Sandy yang biasanya tidak aneh aneh, berkali kali memencet kamera di bawah dan mengagetkanku berkali kali saat aku belajar atau tidur. Baru setelah ku ikat mereka di dalam lemari aku bisa tenang.

    ”Tante Sapa ma?” tanyaku.
    ”Tante Nora.” jawabnya. Hmmm... bertemu Tatia. Males banget rasanya.
    ”Ra, ayo cepetan. Mandi, ganti baju, trus anterin masakannya...” kali ini suara tembok tembok derita itu bener bener menghancurkan gendang telinga. Kliatannya mama membesarkan volume sampai ke puncak karena ga ada respon dariku.
    Ah.... Kamarku yang nyaman, tempat nyimpen segala benda benda, benda ”kotor” maupun bersih, tempat malas malasan yang paling nyaman sedunia, kini jadi neraka....
    Ah.... Nasib.... Nasib....

  11. #10
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    lagi males nulis... lagi pingin gambar Tatia, Farah, Marissa, ma Tante Nora versi anime....

    tapi gimana caranya nampilin tuh gambar secara langsung?? ga perlu pake attach file segala....??

    tolong yang baca ato yg kebetulan masuk sini jawab....XD

  12. #11
    BloodyElf's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di dpn kom trus
    Posts
    1,366
    Points
    1,789.30
    Thanks: 0 / 6 / 6

    Default

    Quote Originally Posted by fadillah46 View Post
    lagi males nulis... lagi pingin gambar Tatia, Farah, Marissa, ma Tante Nora versi anime....

    tapi gimana caranya nampilin tuh gambar secara langsung?? ga perlu pake attach file segala....??

    tolong yang baca ato yg kebetulan masuk sini jawab....XD

    1. cari Web Uploader, trus Upload gambarnya
    2. Copy link ke ke forum, lalu gunakan tag (IMG)(/IMG)

    note : tanda () di ganti [], dan usahakan ukuran image jgn terlalu besar


    met lanjutin kisahnya.....

    The Art Of War
    "Move as swift as wind"
    "stay as steady as forest"--"attack as fierce as fire"
    "unmovable defence like a mountain"
    "By Sengoku period daimyo Takeda Shingen"

  13. #12
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    tq kk....

    jalan cerita juga lagi buntu... pinginnya lebih mbulet dikit... eh... malah ga nemu jalan keluarnya...
    XD

    uda slese gambarnya, tinggal di editin aje...

  14. #13
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    aarrrggghhh.... nyerah ngedit2 ~_~!!

    mending aku lanjutin aja ceritanya....
    smoga dalam 1 minggu bisa selese ampe tamat....

    stelah itu baru aku post di sini doujin2 pemeran di cerita ini.... ^^

  15. #14
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    SO THAT’S WHY....

    Akhirnya dengan lemah lunglai aku mandi. Di awal terasa segar lah... lumayan... Tapi begitu melangkah ke bawah.... ah... malas.... malas.... dan malas.....
    ”Pagi Kak!” sapa Sandy. Dia tampaknya baru saja mengaji di M2C2 (Multimedia Mosque of Corodon City).
    ”Hoi Kak!!” Ksrin melemparkan keranjang penuh pakaian yang baru saja diambil dari AH (Automatic Heater) mesin pengering baju
    ”Maksud nya ap....” ...duuug!!....belum kuselesaikan kalimatku... sesuatu menimpuk kepalaku dari belakang.
    ”Heii!!” sontak aku berbalik ke belakang. Kulihat ke bawah, sebuah bola sepak terpantul pantul di lantai.
    ”Ups.. sory kak... sengaja!!” Rully lari menaiki tangga... Jah, kenapa juga ayah namain dia Rully, padahal Rully itu kan nama idola ku. Aku jadi ga tega untuk membentaknya.

    Ya sudah lah. Aku memang tidak pernah mengeluh. Tanpa ayah disini, aku harus bisa jadi contoh buat adik adikku. Walaupun dengan kondisi yang seperti ini, tidak disegani sama sekali, bakalan sangat sulit. Aku taruh keranjang pakaian kering ini ke kamar setrika. Di sana sudah ada robot yg siap menyetrika, jadi sangat praktis.
    ”Nieh, masakannya. Ntar kalo di suruh sesuatu ma tante Nora ga bole nolak loh ya!!” kata mama. Dan anehnya, aku mengangguk sambil tersenyum. Ah, aku memang ga pernah bisa menolak perintah mama.
    ”Mama, kok sekarang jadi berubah sama keluarga Tante Nora?”

    ”Nggak... mama Cuma sedikit berubah pikiran aja tentang Tatia. Walaupun keliatan sangat menutup diri, dia amat mandiri. Masakannya juga enak. Beberapa kali mama ke sana, dia yang masak.” mama terus mencincang beberapa ketimun, wortel dan lobak bersamaan. Aku rasanya tidak percaya mama cepat sekali berubah. Hanya 3 minggu saja. Padahal mamaku ini sangat kuat dalam memegang sebuah keyakinan.

    Tapi ya sudah, aku pikir semuanya lebih baik daripada bermusuhan. Di sekolah pun, aku dan Tatia sama sama dingin. Yang jelas tidak memutus tali silaturahmi, tapi aku berlaku biasa biasa saja dengannya. Memang tidak selalu bicara setiap hari dan menyapanya, tapi aku selalu menanamkan dalam hati, dia bukan musuhku.
    .
    Surabaya merupakan salah satu kota besar yang tidak dimodernisasi. Selain alat angkutan umum nya, di Surabaya tidak diperkenankan adanya pembangunan gedung gedung pertokoan baru, serta perombakan bangunan bangunan dan jalan jalan lama. Itu semua adalah aturan pemerintah untuk menjaga warisan budaya indonesia.

    Sengaja ku lambat lambatkan mobilku, supaya tidak cepat sampai. Sungguh sungguh aku malas ketemu Tatia. Tapi jalanan hari minggu ini begitu sepi, membuat adrenalinku naik. Akhirnya aku ngebut saja. Berkali kali melewati batas kecepatan maksimum di jalan tol, toh aku tidak disemprit polisi.
    Lalu, di sebuah tikungan sekitar Ngagel, aku coba manuver Flow Rush, mengangkat bagian samping kiri mobil sambil tancap gas. Aku berhenti sebentar untuk persiapan. Kemudian, Setelah ku ukur dengan baik, kucoba.
    1. Masuk gigi 1, tancap gas
    2. Beberapa meter sebelum tikungan, Kopling diinjak setengah,
    3. Masuk tikungan, Menikung dengan kecepatan tinggi, Hand rem dan kopling
    Dan.... Sukses... !!!
    Tapi....,

    Seketika sesosok hitam berjubah dan berkerudung melintas di tengah jalan. Kontan saja aku langsung membanting setir ke kiri. Untuk mobil ini dilengkapi FHS (Fully Horsepower System) memaksimalkan kinerja mesin untuk satu kali hentakan, sehingga orang itu, yg mungkin hny berjarak beberapa puluh centi dgn moncong mobilku, tidak jadi tertabrak.

    ”Woi!! Kampret!! Kalo jalan liat...” kata kasar langsung keluar dari mulutrku. Tak sampai setengah, sosok berjubah hitam itu juga menoleh ke arahku. Sambil melepas kerudungnya. Sungguh, aku tak pernah membayangkan ini terjadi. Sosok menyebalkan itu berubah menjadi wanita yg tidak terkira cantiknya. Seandainya seluruh pelukis di dunia disuruh untuk melukis wanita dgn wajah seperti ini, sebaik apapun dia, aku yakin tidak akan bisa. Benar benar kecantikan yg diluar batas imajinasi manusia.

    Parahnya, aku merasa mengenalnya.... benar benar mengenalnya.
    Dan, saat aku mengedipkan mata, dia menghilang. Kemudian, Tiba tiba di atasku beberapa mobil AGMS polisi melintas dengan cepat. Aku pun melanjutkan karena jam nya, saat aku melihat arloji, sudah mepet.
    Sambil tetap terbayang bayang dengan wanita berjubah itu, aku melanjutkan perjalanan. Tak henti hentinya aku memikirkannya. Tidak peduli berapa orang sudah yang kuserempet, berapa puluh lampu merah yg ku terobos, dan berapa kali aku di semprit oleh polisi dalam 5 km sisa perjalananku.

    Akhirnya, aku berpikir sebenarnya wanita itu bidadari atau dewi pembawa sial. Kenapa dari tadi aku mendapat kesialan beruntun!!
    Setelah melewati berbagai rintangan dan halangan sampai juga aku di rumah Tante Nora.

    ”Permisi, Catering Indah.” suaraku agak payau waktu menyerukan salam khusus pegawai Catering Indah ini. Karena selain aku juga bukan petugas resmi catering milik keluargaku ini, salam ini terlalu membosankan. Mama selalu saja menekankan padaku untuk melantunkan salam ini jika pergi atas nama Mama.
    ”Eh, Bara... Masuk yuk. Mama dah nungguin tuh,” Tatia datang dengan senyum nya. Manis sekali. Sampai aku membalas tersenyum juga yg tak kalah manisnya.

    Sebentar.... Tatia...!! tersenyum padaku.... Apakah matahari keluar dari barat!! Dan aku juga membalasnya dengan senyum juga?!Aaaaaaarrrrggghhhhhh...... Apa kata Dunia!! Padahal sebelum sebelumnya dia selalu memberikan pandangan tidak enak kepadaku. Datar dan dingin.

    Aku tak bisa banyak bicara. Seketika jantungku berdetak sangat kencang. Khayalanku melambung sangat tinggi. Ada apa gerangan sampai Tatia tersenyum padaku. Jujur, aku masih ada sedikit penasaran kepada anak ini. Segera, aku mengikutnya masuk ke rumahnya.
    ”Wah seperti biasa kamu tepat waktu ya Ra.” kata Tante Nora menyambutku di dalam rumahnya. Huuh... seandainya kau tahu bagaimana perasaanku sekarang Tante. Lagi nderedeg sama anakmu.
    Aku menaruh panci berisi masakan mama di meja makan. Aku melihat Tatia, dia sudah kembali seperti biasanya, sangat pendiam dan dingin. Tanpa ekspresi. Ah, sial sekali.

    ------------------------------------------------------------------------------------
    bg yg niat baca, baik yang uda pernah baca ato yg belom, mending dibaca dr awal krn bnyk bgt revisi.... thx... ^^

  16. #15
    fadillah46's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    where the mud is blow up
    Posts
    1,673
    Points
    2,006.30
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ”Ra, ke sini sebentar deh.” kata Tante Nora. Tante Nora memencet sebuah tombol, dan sebuah pintu keluar di sebelah kamar tidur Tatia. Walau terkejut, Aku mengikutinya saja.. Aku tahu karena aku pernah masuk ke kamar itu saat Tatia mabuk di sebuah acara pensi di sekolah dan aku harus menggendongnya masuk ke kamar.

    ”Hmmm.... aku tampaknya sudah tak punya waktu lagi,” Tante Nora mengguman sendiri. Mendengar itu, aku semakin tidak mengerti. Saat masuk ke dalam ruangan, Ruangan itu hanya berbentuk persegi atau kubus, dengan cat yang benar benar putih.
    Tante Nora memencet mencet tembok putih yg ada di depannya. Tiba tiba, muncul layar hologram dengan tulisan Departemen Penyalahgunaan Teknologi (Deppeten) di tembok tersebut.
    ”Sebelumnya, kenalkan, namaku dalam misi ini, Nora Soriantina Widyansah, sandiku Agen 7.” tiba tiba Tante Nora yang memakai daster mengajak aku berjabat tangan, dan tepat saat aku menjabat tangannya, dia berubah menjadi wanita muda berbaju serba hitam dan berkerudung.
    ”Namaku Tatia Rodivia Widyansyah, atau dengan nama sandi Agen 9.” Tatia pun berubah wujud menjadi seorang wanita berbaju hitam dengan celana panjang hitam. Sekarang tanpa aku menjabat tangannya.

    Atmosfer di ruangan ini langsung berubah. Mencekam, menakutkan, dan hitam putih. Mereka berdua memandangku begitu lekat, membuatku salah tingkah.
    ”Nggak.... aku nggak ngerti... apa ... siapa... kalian!!”
    ’Kau tidak perlu takut. Kami disini adalah pelindungmu.” Kata Tante Nora. Aku menggeleng, tidak mengerti. Jantungku semakin berdebar debar. Apa sebenarnya yg akan mereka lakukan padaku.

    ”Kami adalah agen pemerintah yang bertugas untuk melindungi, mengidentifikasi, atau memusnahkan berbagai akibat dari kesalahan teknologi” jelas Tante Nor... maksud ku Agen 7.
    ”Lalu... lalu... apa hubungannya dengan ku?”
    ”Di tahun 2010, terjadi sebuah kecelakaan teknologi. Seorang kakek terbunuh, seorang wanita muda hilang, dan sebuah mesin paling berbahaya sepanjang masa, mesin waktu, lenyap. Tidak ada yg diketahui, selain 1 buah berkas yg terbang di sekitar bekas mesin waktu. Tampaknya itu merupakan tujuan dari mesin waktu tersebut”

    ”Tujuan mesin waktu itu adalah,” Agen 9 memencet tombol di layar hologram dan lambang dari Deppeten berubah menjadi sebuah tulisan dokumen. Tampil gambar sebuah kertas yg tersobek sobek. Dan akhirnya bisa diidentifikasi bahwa di situ terdapat sebuah pesan.”Tahun 2035, bulan Mei,tanggal 9, jam 10.35.26” Aku pun terkejut. Itu tepat hari ini. Sekarang sudah jam 12. Itu sekitar 1/5 jam yg lalu.

    ”Dimana kamu pada jam 10.35?” kata Tatia datar. Aku mencoba mengingat ingat. Lalu, aku pun menemukan lembar kejadian di waktu itu.
    ”A...a... aku... terlibat kecelakaan kecil dengan seorang wanita,” kataku tergagap. Dia ... wanita itu.... apa...

    ”Benarkah ini gambar wanita itu?” tanya Tatia, maksudku agen 9, lagi. Kemudian layar hologram itu menampilkan hal yang sama sekali diluar perkiraanku. Wajah wanita berkerudung hitam yang hampir mati kutabrak sekarang ada di depan mukaku.
    ”Be... be...nar...” gagapku. Aku sudah tak bisa berpikir. Aku baru saja akan menabrak orang yang baru saja melakukan perjalanan waktu dari tahun 2010!!

    ”Tentu kau ingin tahu siapa dia, tapi yang terpenting adalah,siapa kau?” kata Agen 9 lagi. Sesuatu yang berhubungan dengan masa kecilku, entah kenapa aku selalu sensitif untuk ini.
    ”Namaku Dambara Aria Febrian Sidyadirja, usiaku 18 tahun, nama ayahku Mario Akhsan Sidyadirja, ibuku Analine Riska Sidyadirja...” kataku cepat. Entah kenapa setiap ada seseorang yang mempertanyakan keluargaku aku selalu naik darah. Dan saat aku masih berkata kata, tangan Agen 9 melambai di depanku.
    ”Cukup,”
    ”Kau ingin mendengar siapa kau sebenarnya?? Mengapa kau tidak punya ingatan sama sekali tentang adikmu?? Tentang mimpi mimpimu tentang perang??” Agen 7 benar benar menyebutkan semua yang selama ini ingin kuketahui.

    ”Jawab!” kata Agen 9. Tiba tiba aku merasa seperi org yg diinterogasi. Maka dgn sedikit takut aku mengangguk.
    ”Pada tahun 2010 terjadi sebuah perang besar, antara Indonesia dan Portugal dalam memperebutkan Timor Leste. Indonesia menang, tetapi banyak tentara yang dinyatakan gugur. Salah satunya adalah kau, Dambara Fabrian.”

    ”Bakatmu merupakan yang terbaik di Indonesia, bahkan dunia. Di usia 15 tahun aku lulus akademi militer. Usia 16 tahun 4 bulan menjadi komandan Kopassus Tim 7, unit khusus yang bertempur di Timor leste, dan usia 17 tahun kau telah memimpin sebuah lab militer. Tapi kau mendapatkan kesalahan dalam suatu penelitianmu.

    Kau menemukan mesin pembeku jasad, dan kau patenkan. Tapi kau sendiri nekat mencoba mesin itu. Sebagai akibatnya, petimu tidak bisa dibuka sampai bertahun tahun kemudian. Maka kami Deppeten, melindungimu. Keluargamu pun kami tidak mengetahui. Selain kau anak Jendral Raharyadi yang gugur di medan perang.

    Lalu, Kira kira 1,5 tahun lalu kau bangun di markas kami. Tapi kau tampak depresi karena kau sudah tidak lagi ingat dengan apapun. Efek samping dari mesin pembeku jasad adalah dia mematikan fungsi pengingat kembali di otak, atau biasa kita sebut dengan ingatan, sehingga ingatan terhapus seluruhnya.”

    ”Maka kami memberikan sebuah keluarga baru, keluarga yang baru saja ditinggal mati oleh anak laki laki mereka yg juga berusia sama denganmu saat kau tertidur, sekitar 17 tahun. Kami memberi memori tentang mereka di otakmu, mengganti segala bentuk dokumentasi tentang wajah anak yg mati tersebut dengan wajahmu, dan memanipulasi ingatan keluarga barumu. Sayangnya kami tidak mampu memberikan memori tentang adikmu. Tapi itu tidak masalah. Kau pun seperti terbangun dari tidur saat pertama kali berada di tengah keluargamu ini.”
    ”Lalu mimpi mimpimu tentang dunia dan kehancuran, adalah alam bawah sadarmu yang menampilkan berbagai ingatan yang berbekas.”

Page 1 of 3 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •