1.Pendahuluan
Skizofrenia, mungkin sebagian dari kita pernah mendengarnya atau melihat langsung penderita penyakit ini.
Di kalangan umum para penyandang penyakit ini kerap disebut dengan orang dengan penyakit jiwa,hal ini disebabkan karena kecenderungan penderita Skizofrenia untuk marah tanpa sebab, menangis tiba-tiba, waham, halusinasi dan berbagai gangguan emosi lainnya.
sekitar 1% dari jumlah penduduk dunia menderita skizofrenia,dan setiap tahun terjadi peningkatan penderita sekitar 0,01% , dimana prevelensinya(seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang) mencapai 0.2 % - 2 %.
Disini saya akan mencoba memaparkan apa itu sebenarnya skizofrenia?
Bagaimana ciri-ciri penderita skizoprenia?
Apa penyebabnya?
dan apa terapi farmakologi(obat) dan non farmakologinya ?
2.Definisi Skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos : pecah belah dan phren: jiwa.
Secara umum skizofrenia berarti gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku.Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan takut atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan waham (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
3.Epidemiologi Skizofrenia
-1% populasi dunia menderita Skizofrenia
-Mortalitas dan morbiditas: bunuh diri (10%), penyakit-penyakit lain akibat pola hidup yang buruk, efek samping obat, dan penurunan prawatan kesehatan.
-Onset lebih awal dan gejala lebih buruk pada ♂, disebabkan karena respon pengobatan antipsychotic yang lebih baik pada ♀ (pengaruh estrogen).
-Rasio schizophrenia kembar pada ♀>♂.
-Usia:
Puncak onset: ♂ (18-25 tahun), ♀ (26-45 tahun)
Onset sebelum pubertas dan >45 tahun jarang.
Gejala-gejala dapat membaik perlahan pada usia pertengahan dan lebih tua.
-Sembuh spontan jarang terjadi pada beberapa tahun penyakit kronis.
4.Etiologi Skizofrenia
Etiologi skizofrenia belum diketahui secara pasti,namun beberapa teori penyebab skizofrenia antara lain:
a.Keturunan
Faktor keturunan mempunyai pengaruh yang besar untuk menentukan timbulnya schizophrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga schizophrenia dan terutama pada anak-anak kembar satu telur. Tetapi pengaruh keturunan tidak sederhana seperti hukum-hukum Mendel tentang hal di sangka bahwa potensi untuk mendapatkan schizophrenia diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi schizophrenia atau tidak.
b.Endokrin
Dahulu dikira bahwa schizophrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya schizophrenia pada suatu pubertas, waktu kehamilan, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
c.Metabolisme
Ada orang yang menyebutkan bahwa schizophrenia disebabkan oleh suatu metabolisme, karena penderita schizophrenia tampak pucat dan tidak sehat, bagian badan atas agak cyanosis, napsu makan kurang dan berat badan menurun.
d.Susunan syaraf pusat
Adanya yang mencari penyebab schizophrenia ke arah kelainan susunan syaraf pusat. Yaitu pada diensefalon kortex otak.
e.Teori Adolf Meyer
Schizophrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah, sebab dari dahulu hingga sejarang para sarjana tidak dapat menurunkan kelainan patologis-anatonis, atau fisiologis yang khas pada susunan syaraf oleh karena itu timbul suatu disorgenisasi kepribadian dan karena kelamaan orang itu menjauhkan dari dari kenyataan.
f.Susunan syaraf Pusat
Menurut teori psikogentik, bila kita memakai Formula Freud, maka pada schizophrenia terdapat :
1)Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogentik atau pun somatik.
2)Superego di kesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan IQ yang berkuasa dan terjadi suatu regress.
3)Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (“Transference”) sehingga therapy psikoanalitik tidak mungkin.
g.Eugene Bleuler
Bleuler menganggap bahwa gejala-gejala primer merupakan manifestasi penyakit badaniah (yang belum diketahui apa sebenarnya, yang masih merupakan hipotesa), sedangkan gejala-gejala sekunder adalah manifestasi dari usaha penderita ini secara psikologis dapat dimengerti.
f.Hipotesis dopamin
skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik
5.Gejala umum Skizofrenia
Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain:
a.ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
b.Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar
(sirkumstantial).
c.Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
d.Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan
jelas , mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
A.Gejala-gejala Positif
1. Halusinasi,
adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal.
Pada penderita skizofrenia halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Bentuk halusinasi ini membuat penderita seolah-olah melihat dan mendengar perintah yang mempengaruhi tingkah laku penderita, sehingga penderita menghasilkan respon tertentu, seperti: bicara sendiri, bertengkar sendiri, atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga penderita bersikap mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak bicara atau benda mati.
2. Waham,
adalah suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini keberanannya.
Waham yang sering terjadi pada penderita skizofrenia antara lain :
-Grendeur (waham kebesaran)
Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yang sangat luar biasa, misalnya seorang artis terkenal atau seorang nabi atau bahkan merasa dirinya Tuhan.
- Guilt (waham rasa bersalah)
Panderita merasa bahwa mereka telah melakukan dosa yang sangat besar.
- Ill Health (waham penyakit)
Penderita yakin bahwa mereka mengalami penyakit yang sangat serius.
- Jelousy (waham cemburu)
Penderita yakin bahwa pasangan mereka telah berlaku tidak setia.
- Passivity (waham pasif)
Penderita yakin bahwa mereka dikendalikan ataupun dimanipulasi oleh berbagai kekuatan dari luar, misalnya oleh suatu pancaran sinyal radio makhluk mars.
- Persecution (waham kejar)
Penderita merasa dikejar – kejar oleh pihak – pihak tertentu yang ingin mencelakainya.
- Poverty (waham kemiskinan)
Penderita takut mereka mengalami kebangkrutan dimana pada kenyataannya tidak demikian.
- Reference (waham rujukan)
Penderita merasa mereka dibicarakan oleh orang lain secara luas, misalnya menjadi pembicaraan masyarakat atau disiarkan di televisi.
3.Gangguan pemikiran (kognitif),
Penderita skizofrenia cenderung kehilangan kecerdasannya dan logika berpikirnya, hal ini menyebabkan penderita skizofrenia menjadi terbelakang dan susah untuk dimengerti.
Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan pernyataan jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
b.Gejala-gejala Negatif
1.Kurangnya atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,
sehingga sering kali kita menjumpai penderita skizofrenia tertawa sendiri terhadap kejadian yang tidak lucu atau menangis tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
2.Kurangnya dorongan untuk beraktivitas,
penderita skizofrenia cenderung menjadi pribadi yang malas dan tidak mau beraktivitas,mereka lebih suka berdiam diri , berbicara sendiri , melamun , dan bergerak tidak jelas arahnya.
3.Tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi,
walaupun terkadang mereka tertawa tapi mereka tidak dapat menikmati kegiatan yang mereka jalani ,bahkan mereka sulit berkonsentrasi dan cepat bosan.
4.Kurangnya kemampuan bicara (alogia),
penderita skizofrenia tidak kehilangan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik.Terkadang mereka menggunakan bahasa yang sulit dipahami ,hanya menggumam, dan terkadang berteriak tidak jelas.
Gejala-gejala ini disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang.
Selain gejala2 tersebut terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya bukan kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala, yaitu:
1. afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
2. anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan
3. ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan, memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan).
6.Jenis-jenis skizofrenia
a. Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
Spoiler untuk Skizofrenia paranoid :
b. Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)
Spoiler untuk Skizofrenia katatonik :
c. Skizofrenia Dizorganized
Spoiler untuk Skizofrenia Dizorganized :
d. Skizofrenia undifferentiated
Spoiler untuk Skizofrenia undifferentiated :
e. Skizofrenia Residual
Spoiler untuk Skizofrenia Residual :
f. Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)
Spoiler untuk Skizofrenia hebefrenik :
g. Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)
Spoiler untuk Skizofrenia simplek :
7.Terapi farmakologis
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang
serius.
Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
Tapi ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional):
Pertama, pada pasien yang
sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.
Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
• Risperdal (risperidone)
• Seroquel (quetiapine)
• Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untukmelawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Cara penggunaan:
• Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.
• Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.
• Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.
• Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis
tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
• Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
-Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
-Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
-Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
-Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien .
• Mulai dosis awal dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)
dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan hingga dosis optimal , dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi), diturunkan
setiap 2 minggu kemudian dosis maintenance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu),jika
terapi berhasil (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) hingga pengobatan dihentikan.
• Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode(kambuhan), terapi pemeliharaan dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun.
• Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.
• Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunam obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kueun waktu 2 minggu - 2 bulan.
• Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.
• Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari) .
• Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia.
• Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade).Tindakan mengatasinya dengan injeksi nor adrenalin (effortil IM)
Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari
Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat denganinjeksi lebih simpel dalam penerapannya.
Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensional dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul.
Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).
Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat.Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari
obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.
8. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang
dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan solasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi telah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatantermasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita menerima
aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik
(gambar Elektro Konvulsif Terapi)
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
*Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.
*Penderita harus puasa
*Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan
*Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.
*Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.
*Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis) dibersihkan.
*Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
• 2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari
• 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan
• Maintenance tiap 2-4 minggu
• Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut lagi
.
Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik .
Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak.
Spoiler untuk daftar istilah: :
Code:sumber: MIMS Farmakologi terapi Iso farmakoterapi farmakologi dan Terapi UI www.who.int/ http://repository.unand.ac.id/17988/1/PENELITIAN%20DEF.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf
Share This Thread