Alkisah hiduplah seorang juragan kotoran onta di negeri gurun pasir bernama Danil bin Raden. Danil bin Raden adalah seorang saudagar terkaya di negerinya. Rumah megah bak istana raja, tunggangan elit berupa onta impor spesial, pintu pagar berkilau dari emas, dan makanan yang mampu menggoyang lidah setiap orang. Rasanya, kehidupan Danil bin Raden sudah sangat sempurna. Tiada orang mampu menyambangi kemewahan dan keindahan setiap aspek kehidupannya.
Oh ya, Danil bin Raden juga adalah seorang yang pintar jenius di sekolahnya dulu. Namun hal itu tidak terlalu penting, jadi tak perlulah dibahas.
Suatu hari, Danil bin raden terbangun dari tidurnya. Di kamar yang mewah, lengkap dengan furnitur impor dari berbagai belahan dunia, Danil bin Raden kehausan. Berbalut pakaian dari perancang busana ternama, Danil bin Raden berjalan menyusuri lorong rumahnya yang teramat luas. Saking luasnya, Danil bin Raden hampir mati akibat dehidrasi sebelum mencapai dapur, tempat tersedianya minuman. Herannya, dirumah megah penuh dengan pelayan, Danil bin Raden masih saja mau repot berjalan sendiri. Mungkin ada sedikit bagian otaknya yang somplak.
Berbagai jenis minuman tersedia di rumah Danil bin Raden. Anggur merah dari negeri sapi, teh hitam dari kerajaan Eropa, kopi luwak dari kepulauan Hindia Timur, susu sapi murni dari sapi pilihan, hingga air tetesan keringat onta yang menjadi kesukaan Danil bin Raden. Namun anehnya, walaupun minuman tersebut dapat menghilangkan dehidrasinya, tiada satu tetespun mampu memuaskan dahaga sang pejabat khusus ekspor onta negara tersebut.
Mungkin kali ini otaknya sudah benar sedikit, Danil bin Raden menyuruh agen intelejen untuk mencari informasi tentang sebuah minuman ajaib yang dipercaya dapat melepas setiap dahaga orang yang meminumnya. Minuman yang dipercaya hanya sebuah legenda, harus ditemukan demi Danil bin Raden. Sungguh, egois sekali permintaan orang arab kelahiran Yogyakarta yang satu ini.
"Hei kamu, ya, kamu yang berdiri disana itu! Coba kemari!" Danil bin Raden memerintah dengan penuh emosi, wajahnya pucat pasi akibat kehausan
"Ada apa tuan?" Seorang pelayan nampak gugup berbicara langsung kepada sang tuan
"Sudahkah minuman dalam legenda tersebut ditemukan? Aku sangat kehausan! Tak bisakah kau lihat itu!?" Amarahnya nampak sudah sangat memuncak
"Maaf tuan, tapi sepertinya minuman tersebut benar-benar hanyalah sebuah legenda."
"Semprul kowe! Apa saja kerjamu, hah!? Menemukan minuman saja kau tak becus! Sampah!" Ekspresinya berubah murka, logat daerah asalnya pun keluar secara otomatis "Ah, kau dengar kataku barusan, hah!? Cepat bawa kemari minuman itu!!"
"I...iya, tuan..." Sang pelayan pun segera pergi
Di siang hari yang semakin memanas, tenggorokan Danil bin Raden semakin kering. Rasanya sungguh tak nyaman. Namun, apapun yang ditenggaknya, tak pernah berhasil membasahi jiwanya. Masuk ke mulut, melewati tenggorokan, dalh lewat hilang begitu saja. Sungguh sebuah misteri alasan dari keanehan yang dialami Danil bin Raden.
Namun sungguh tak masuk akal juga apabila harus mencari sesoatu yang ada di dalam legenda. Tentu kalian tahu, legenda itu...biasanya hasil hiperbola orang-orang dulu yang menceritakannya secara turun-temurun. Di setiap orang, ada saja tambahan hiasan nya agar ceritanya semakin terdengar dahsyat. Ah, legenda.
Menyadari hal tersebut, Danil bin Raden mendadak depresi. Mungkin sebenarnya minuman dalam legenda itu hanyalah sebuah minuman biasa yang dilebih-lebihkan kehebatannya. Mungkin memang penyakit hausnya ini adalah sebuah penyakit yang tak satupun boleh menyembuhkannya. Danil bin Raden seakan ditiban ikan paus biru. Badannya berat tak dapat bergerak, otaknya lumpuh semakin lemas, hatinya tercabik terkena harapan palsu, dan tenggorokannya masih juga kering kerontang.
Didera kesedihan mendalam, Danil bin Raden pergi keluar untuk berjalan-jalan. Diluar rumahnya, bermukimlah rakyat jelata yang mungkin perlu bekerja seumur hidup untuk dapat mendapat satu hari hidup dalam kemewahan seperti Danil Bin Raden. Sambil berjalan dibawah teriknya sang mentari, Danil bin Raden melihat orang-orang disekelilingnya pun kepanasan. Ada yang mengipasi dirinya, membuka baju, sampai terjun ke sungai untuk berendam mendinginkan diri. Sayang sekali, air sungai pun mendidih diterpa aura panas sang pusat tata surya.
Namun satu orang berhasil menarik perhatian Danil bin Raden. Disaat yang lain mandi keringat, ia seorang duduk manis di kursi goyangnya. Keheranan, Danil bin Raden mengamatinya untuk beberapa saat. Setiap beberapa menit, diambilnya sebuah botol kaca bening berukuran panjang dua genggaman tangan. Botol itu berisi sebuah cairan berwarna cokelat kebeningan. Setiap teguknya, orang itu berseru "Ahh~!" dengan ekpresi penuh kepuasan. Ajaib benar, dia sendiri dapat melawan panasnya hari dengan sebotol minuman itu. Bolehlah pula ia berseru panjang sekali dengan riang.
Tunggu, sebuah minuman yang mampu menghapuskan dahaga seperti apapun...bukankan itu minuman dalam legenda!?
Tersadar, Danil bin Raden segera menghampiri orang tersebut. Diotaknya kini hanya ada satu hal: minuman dalam legenda! Dia harus mendapatkan minuman tersebut, tak perduli cara apapun yang harus dilakukannya.
"Hei kawan, minuman apapula kah itu? Elok sekali nampaknya." Tanya Danil bin Raden pada orang berbotol kaca
"Mau tau aja loe! Balik sana ke istana loe yang megah itu!" Diluar dugaan, orang itu malah bersikap ketus pada Danil bin Raden
Kaget dan kesal, Danil bin Raden meninggalkan orang itu. Namun ia belum menyerah. Apapun caranya dia harus merasakan kehebatan sang minuman dalam legenda dengan tubuhnya sendiri. Dihampirinya lah seorang lain yang berada tak jauh darinya.
"Hei, bung. Tahukah kau apa pula nama minuman yang di minum manusia disana itu?" Sambil menujuk kearah pria yang masih duduk di kursi goyangnya.
"Oh tuan, itu hanya minuman murah. Tak mungkinlah sebanding dengan minuman di rumahmu yang megah itu."
"Tak apa, beritahukan namanya kepadaku. Cepat!" Danil bin Raden nampak tak sabar
“Nama minuman itu Teh Botol, Tuan. Minuman teh dari negeri Antah-berantah.”
“Apapula itu negeri antah-berantah? Kau ni mau coba tipu aku, heh!?”
“Tidak tuan, negeri Antah-berantah, itu namanya.”
“Oh…” Danil bin Raden terdiam “Baiklah, kawan, terimakasih atas informasinya. Salam!” Dan ia pun beranjak pergi, meninggalkan orang yang memberinya kabar baik itu begitu saja.
Mengetahui Teh Botol dari negeri Antah-berantah adalah minuman legendaris yang dicari-carinya, Danil bin Raden membeli hak impor negerinya. Ia bermaksud mengimpor Teh Botol dalam jumlah besar. Namun sepertinya terlalu ekstrem, sampai para importer kecil tak bisa lagi beraktivitas karena jalur impor sudah dikuasai Danil bin Raden dan ditutup sepenuhnya bagi orang selain dirinya.
Tidak sabar, Danil bin Raden memakai jasa pengiriman ENJ yang merupakan jasa pengiriman barang Internasional terbaik di negerinya. Uang mengucur bak air kencing yang ditahan berhari-hari, sangat deras. ENJ menggunakan pesawat udara yang merupakan modifikasi dari pesawat tempur, tentu saja untuk kecepatannya. Untuk mengirimkan pesanan Danil bin Raden, dikerahkanlah sejuta armada pesawat untuk mengambil Teh Botol.
Pesawat tempur yang dimodifikasi melaju cepat diatas awan. Sang pilot diharuskan menjaga keseimbangan karena Teh Botol tidak boleh diguncang untuk menjaga kestabilan aroma dan kesegarannya. Tentu saja, itu adalah permintaan dari sang klien yang kehausan, Danil bin Raden.
Sampai, rumah Danil bin Raden yang luasnya mencapai empat dijit angka dalam hektar itu dipenuhi miliaran botol kaca berisikan cairan berwarna cokelat kebeningan. Tentu saja, ini botol baru yang ada cap bertuliskan “Teh Botol” pada badan botolnya, tidak seperti botol rakyat jelata diluar yang sudah using dan retak itu.
Danil bin raden pun dipenuhi kegembiraan dan nafsu birahi. Dimatanya, botol-botol itu mungkin tampak lebih menggoda dibanding wanita telanjang diatas ranjang. Ia tak sabar untuk segera menenggak minuman ajaib itu, untuk segera menumpahkan dahaganya.
Danil bin Raden, membuka tutup botol kaca dengan giginya. Seakan sebuah gerakan lambat nan dramatis, butir-butir cairan berwarna cokelat kebeningan itu melayang di udara akibat hentakan yang dihasilkan Danil bin raden saat membuka tutupnya. Melayang perlahan, disinari cahaya mentari dan berkilau layaknya permata yang tersimpan didasar bumi selama jutaan tahun. Minuman dalam legenda, terlihat semakin “wah” karena efek kepercayaan Danil bin Raden akan legenda.
“Glug…glug…glug…glugluglugluglug~” diminumnya Teh Botol dengan begitu cepat
“AHHHHHHHHH~!” Dan suara itu pun menggema
Efek dahaga berkepanjangan dan paradigma yang tersusun sedemikian rupa mempercayai Teh Botol adalah satu eksistensi yang ajaib membuat Danil bin Raden dipenuhi kebahagiaan dalam sekejap. Tenggorokannya yang kering langsung basah, ekspresi muramnya kini terganti oleh senyum lebar yang mampu membuat orang mual saat melihatnya, dan tentu saja, masih ada miliaran botol lain untuk kepuasan jangka panjang!
Duduklah ia di kursi santai kesayangannya. Semua terasa begitu damai, panas terik sang surya tak lagi mengganggunya. Kursi dari rotan itupun terasa semakin empuk dan nyaman. Sungguh, efek minuman dalam legenda memang tiada duanya.
Diambilnya sebatang rokok, diapitnya rokok itu dengan kedua bibirnya, dihembuskanlah napas sebelum menyalakan rokok…
Sampai disini Danil bin Raden belum tahu, bahwa Teh Botol yang diminumnya barusan adalah produk negeri Antah-berantah. Di negeri itu, apapun produknya, pastilah berupa oplosan. Apa itu oplosan? Carilah di mesin pencari di internet, jangan malas, bung! Dan sayangnya, Teh Botol kali ini, dioplos dengan bensin impor yang kadar oktan nya sangat tinggi. Dengan kata lain, sangat mudah terbakar!
Meminumnya, zat-zat mudah terbakar tersebut masuk kedalam tubuh Danil bin Raden. Entah apa kabarnya, zat-zat itu pun menguap, masuk ke saluran pernapasan Danil bin Raden.
…Dihembuskanlah napas sebelum menyalakan rokok, keluarlah zat-zat mudah terbakar itu, dan dipatiklah pemantik api ditangannya. Sekejap, meledak.
Zat-zat mudah terbakar bereaksi dengan patikan pemantik dan semburan gas membuat sebuah hal yang…hebat. Tubuh Danil bin Raden pun meledak. Ibarat sebuah ranjau susun, satu meledak, yang lain tak boleh dilupakan. Karena tersusun berderet, miliaran botol kaca berisikan cairan berwarna cokelat kebeningan mudah meledak itupun meledak. Semuanya.
Rumah Danil bin Raden yang megah hangus terbakar…tidak, hangus tak bersisa akibat ledakan sekuat tenaga *** atom Slim Woman yang dijatuhkan negeri bule kepada negeri matahari kala perang dunia kesekian. Foto mendiang ayahnya, Raden bin Danil, juga lenyap tak bersisa.
Onta impor tunggangan Danil bin Raden menjadi onta panggang gosong. Pagar emas rontok cat nya, dan ternyata sebuah pagar dari plastik. Kekayaan tak terhingga Danil bin Raden pun lenyap, lengkap bersama orangnya. Meledak, sih.
Tidak, tidak semua kekayaan nya lenyap. Masih ada satu, anaknya. Ya, Raden bin Danil Kedua, yang saat ini sedang menempa ilmunya menunggang onta di negeri menara miring. Anak memang adalah kekayaan lain yang tak ternilai.
Disaat yang sama mendengar kabar ayahnya sudah tiada, Raden bin Danil Kedua baru saja meminum Teh Botol kiriman kilat ayahnya, dan hendak menyalakan rokok.
Teh Botol Meledak
Originally Posted by Kayoko
Reply With Quote
Share This Thread