Results 1 to 4 of 4
http://idgs.in/64633
  1. #1
    doubledoank's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    Earth
    Posts
    5,177
    Points
    6,890.71
    Thanks: 56 / 57 / 36

    Default Semangkuk Mie Kuah

    Cerita yang bagus, gw barusan baca ulang........


    Semangkuk Mie Kuah
    Oleh: Tidak Diketahui

    Diterjemahkan: Li Kuei Chuen

    Pendahuluan:
    Ny. Hsu yang tinggal di Kao Hsiung, anak gadisnya
    pulang dari Amerika
    pada saat awal bulan Januari, dan membawa sebuah kisah
    nyata yang
    menggugah hati. Kisah yang terjadi pada malam Chu Si
    (malam menjelang
    Tahun Baru Imlek), berjumlah sebanyak 50 halaman
    lebih. Tokoh dalam
    cerita ini pada saat menceritakan kisahnya mengharukan
    banyak orang
    Jepang. Cerita ini dinamakan "Semangkuk Mie Kuah",
    diterjemahkan oleh
    Li Kuei Chuen.

    Tanggal 31 bulan Desember lima belas tahun yang lalu,
    yang juga
    merupakan malam Chu Si, di sebuah jalan di kota
    Sapporo, Jepang, ada
    sebuah toko mie yang bernama "Pei Hai Thing" (Pei =
    Utara; Hai =
    Laut; Thing = Kios, toko).

    Makan mie pada malam Chu Si, adalah adat istiadat
    turun temurun dari
    orang Jepang, pada hari itu pemasukan toko mie
    sangatlah baik, tidak
    terkecuali "Pei Hai Thing", hampir sehari penuh dengan
    tamu
    pengunjung, tetapi setelah jam 22.00 ke atas sudah
    tidak ada
    pengunjung yang datang lagi. Pada saat biasanya jalan
    yang sangat
    ramai hingga waktu subuh - karena pada hari itu semua
    orang terburu-
    buru pulang rumah untuk merayakan Tahun Baru -
    sehingga dengan cepat
    menjadi sunyi dan tenang.

    Majikan dari toko mie "Pei Hai Thing" adalah seseorang
    yang jujur dan
    polos, istrinya adalah seorang yang ramah tamah dan
    melayani orang
    penuh dengan kehangatan. Saat tamu terakhir pada malam
    Chu Si itu
    telah keluar dari toko mie, dan pada saat sang istri
    tengah bersiap
    untuk menutup toko, pintu toko itu sekali lagi
    terbuka, seorang
    wanita membawa dua orang anaknya berjalan masuk, kedua
    anak itu kira-
    kira berusia 6 tahun dan 10 tahun, mereka mengenakan
    baju olahraga
    baru yang serupa satu dengan yang lainnya, tetapi
    wanita tersebut
    malah memakai baju luar - bercorak kotak - yang telah
    usang.

    "Silakan duduk !" Sang majikan mengucapkan salam.

    Wanita itu berkata dengan takut-takut: "Bolehkah...
    memesan semangkuk
    mie kuah ?"

    Kedua anak di belakangnya saling memandang dengan
    tidak tenang.

    "Tentu... tentu boleh, silakan duduk di sini !" Sang
    istri mengajak
    mereka ke meja nomor 2 di paling pinggir, lalu
    berteriak dengan keras
    ke arah dapur: "Semangkuk mie kuah !"

    Sebenarnya jatah semangkuk untuk satu orang hanyalah
    satu ikat mie,
    sang majikan menambahkan lagi sebanyak setengah ikat,
    dan
    menyiapkannya dalam sebuah mangkuk besar penuh, hal
    ini tidak
    diketahui oleh sang istri dan tamunya itu.

    Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah
    tersebut dan
    menikmatinya dengan lezat, sambil makan, sambil
    berbicara dengan
    suara yang kecil, "Sangat enak sekali !"

    Sang kakak berkata: "Ma, kamu juga coba-coba dong!"

    Sang adik sambil berkata, dia menyumpit mie untuk
    menyuapi ibunya.
    Tidak lama kemudian mie pun telah habis, setelah
    membayar 150 yen,
    ibu dan anak bertiga dengan serempak memuji dan
    menghaturkan terima
    kasih "Sangat lezat sekali, banyak terima kasih!"
    serta membungkuk
    memberi hormat, lalu berjalan meninggalkan toko.

    Setiap hari berlalu dengan sibuknya, tak terasa
    setahun pun berlalu.
    Dan tiba lagi pada tanggal 31 Desember, usaha dari
    "Pei Hai Thing"
    masih tetap ramai, kesibukan pada malam Chu Si
    akhirnya selesai,
    telah lewat dari jam 22.00, sang istri majikan ketika
    tengah berjalan
    ke arah pintu untuk menutup toko, pintu itu lalu
    terbuka lagi dengan
    pelan, yang masuk ke dalam adalah seorang wanita
    parobaya sambil
    membawa dua orang anaknya. Sang istri ketika melihat
    baju luar
    bercorak kotak yang telah usang itu, dengan seketika
    teringat kembali
    tamu terakhir pada malam Chu Si tahun lalu.

    "Bolehkah... membuatkan kami... semangkuk mie kuah ?"

    "Tentu, tentu, silakan duduk !"

    Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 yang pernah
    mereka duduk
    di tahun lalu, sambil berteriak dengan keras
    "Semangkuk mie kuah!".

    Sang majikan sambil menyahuti, sambil menyalakan api
    yang baru saja
    dipadamkan.

    Istrinya dengan diam-diam berkata di samping telinga
    suami: "Ei,
    masak 3 mangkuk untuk mereka, boleh tidak ?"

    "Jangan, kalau demikian mereka bisa merasa tidak
    enak."

    Sang suami sambil menjawab, sambil menambahkan
    setengah ikat mie lagi
    ke dalam kuah yang mendidih.

    Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah
    itu sambil makan
    dan berbicara, percakapan itu juga terdengar sampai
    telinga suami
    istri pemilik toko.

    "Sangat wangi... sangat hebat... sangat nikmat!"

    "Tahun ini masih bisa menikmati mie dari Pei Hai
    Thing, sangatlah
    baik!"

    "Alangkah baiknya jika tahun depan masih bisa datang
    untuk makan di
    sini."

    Setelah selesai makan dan membayar 150 yen, ibu dan
    anak bertiga lalu
    berjalan meninggalkan Pei Hai Thing.

    "Terima kasih banyak! Selamat bertahun baru."

    Memandang ibu dan anak yang berjalan pergi, suami
    istri pemilik toko
    berulang kali membicarakannya dengan cukup lama.

    Malam Chu Si pada tahun ketiga, usaha dari "Pei Hai
    Thing" tetap
    berjalan dengan sangat baik, sepasang suami istri
    saking sibuknya
    sampai tidak ada waktu untuk berbicara, tetapi setelah
    lewat pukul
    21.30, kedua orang itu mulai berperasaan tidak tenang.


    Jam 22.00 telah tiba, pegawai toko juga telah pulang
    setelah
    menerima "Hung Pao" (Ang Pao), majikan toko dengan
    tergesa-gesa
    membalikkan setiap lembar daftar harga yang tergantung
    di dinding,
    daftar kenaikan harga "Mie Kuah 200 yen semangkuk"
    sejak musim panas
    tahun ini, ditulis ulang menjadi 150 yen.

    Di atas meja nomor 2, sang istri pada saat 3 menit
    yang lalu telah
    meletakkan kartu tanda "Telah dipesan". Sepertinya ada
    maksud untuk
    menunggu orang yang akan tiba setelah seluruh tamu
    telah pergi
    meninggalkan toko, setelah lewat jam 22.00, ibu dengan
    dua orang anak
    ini akhirnya muncul kembali.

    Sang kakak memakai seragam SMP, sang adik mengenakan
    jaket - yang
    kelihatan agak kebesaran - yang dipakai kakaknya tahun
    lalu, kedua
    anak ini telah tumbuh dewasa, sang ibu masih tetap
    memakai baju luar
    bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya.

    "Silakan masuk! Silakan masuk " Istri majikan toko
    menyambut dengan
    hangat.

    Melihat istri majikan toko yang menyambut dengan
    senyum hangat,
    ibunda dua anak itu dengan takut-takut berkata:
    "Tolong... tolong
    buatkan 2 mangkuk mie, bolehkah ?"

    "Baik, silakan duduk!"

    Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2, dengan
    cepat
    menyembunyikan tanda "Telah Dipesan" seakan-akan tak
    pernah
    diletakkan di sana, lalu berteriak ke arah dalam "2
    mangkuk mie".

    Sang suami sambil menyahuti, sambil melempar 3 ikat
    mie ke dalam kuah
    yang mendidih. Ibu dan anak sambil makan, sambil
    berbicara,
    kelihatannya sangat bergembira, sepasang suami istri
    yang berdiri di
    balik pintu dapur juga turut merasakan kegembiraan
    mereka.

    "Siao Chun dan kakak, mama hari ini ingin berterima
    kasih kepada
    kalian berdua !"

    "Terima kasih !"

    "Mengapa ?"

    "Begini, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 8
    orang terluka
    yang disebabkan oleh ayah kalian, pada setiap bulan
    dalam beberapa
    tahun ini haruslah menyerahkan uang sebesar 50,000 yen
    untuk menutupi
    bagian yang tak dapat dibayar oleh pihak asuransi."

    "Ya, hal ini kami tahu!" Sang kakak menjawab.

    Istri pemilik toko dengan tak bergerak mendengarkan.

    "Yang pada mulanya harus membayar hingga bulan Maret
    tahun depan,
    telah terlunasi pada hari ini !"

    "Oh, mama, benarkah ?"

    "Ya, benar, karena kakak mengantar koran dengan rajin,
    Siao Chun
    membantu untuk beli sayur dan masak nasi, sehingga
    mama bisa bekerja
    dengan hati yang tenang. Perusahaan memberikan bonus
    spesial kepada
    saya karena tidak pernah absen kerja, sehingga hari
    ini dapat
    melunasi seluruh bagian yang tersisa."

    "Ma! Kakak! Alangkah baiknya, tapi kelak tetap biarkan
    Siao Chun yang
    menyiapkan makan malam."

    "Saya juga ingin terus mengantar koran."

    "Terima kasih kepada kalian kakak beradik, benar-benar
    terima kasih!"

    "Siao Chun dan saya ada sebuah rahasia, dan terus
    tidak memberitahu
    mama, itu adalah... pada sebuah hari Minggu di bulan
    November,
    sekolah Siao Chun menghubungi wali murid untuk hadir
    melihat program
    bimbingan belajar dari sekolah, guru dari Siao Chun
    secara khusus
    menambahkan sepucuk surat, yang mengatakan sebuah
    karangan Siao Chun
    telah dipilih sebagai wakil seluruh "Pei Hai Tao
    (Hokkaido)", untuk
    mengikuti lomba mengarang seluruh negeri. Hari itu
    saya mewakili mama
    untuk menghadirinya."

    "Benar ada hal ini ? Lalu ?"

    "Tema yang diberikan guru adalah "Cita-Citaku (Wo Te
    Ce Yuen)",

    Siao Chun dengan karangan bertema semangkuk mie kuah,
    dipersilakan
    untuk membacanya di hadapan para hadirin."

    "Isi dari karangan itu menuliskan, ayah mengalami
    kecelakaan lalu
    lintas, dan meninggalkan hutang yang banyak; demi
    untuk membayar
    hutang, mama bekerja keras dari pagi hingga malam,
    sampai hal saya
    mengantar koran juga ditulis oleh Siao Chun."

    "Masih ada, pada malam tanggal 31 Desember, kami
    bertiga ibu dan anak
    bersama-sama memakan semangkuk mie kuah, sangatlah
    lezat.. 3 orang
    hanya memesan semangkuk mie kuah, sang pemilik toko,
    yaitu paman dan
    istrinya malah masih mengucapkan terima kasih kepada
    kami, serta
    mengucapkan selamat bertahun baru kepada kami! Suara
    itu sepertinya
    sedang memberikan dorongan semangat untuk kami untuk
    tegar menjalani
    hidup, secepatnya melunasi hutang dari ayah."

    "Oleh karena itu, Siao Chun memutuskan untuk membuka
    toko mie setelah
    dewasa nanti, untuk menjadi pemilik toko mie nomor 1
    di Jepang, juga
    ingin memberikan dorongan semangat kepada setiap
    pengunjung! Semoga
    kalian berbahagia! Terima kasih!"

    Sepasang pemilik toko yang terus berdiri di balik
    pintu dapur
    mendengarkan pembicaraan mereka mendadak tak terlihat
    lagi, ternyata
    mereka sedang berjongkok, selembar handuk
    masing-masing memegang
    ujungnya, berusaha keras untuk menghapus air mata yang
    tak hentinya
    mengalir keluar.

    "Selesai membaca karangan, guru berkata: Kakak Siao
    Chun telah
    mewakili ibunya datang ke sini, silakan naik ke atas
    menyampaikan
    beberapa patah kata."

    "Sungguhkah ? Lalu kamu bagaimana ?"

    "Karena terlalu mendadak, saat mulai tidak tahu harus
    mengucapkan apa
    baiknya, saya lantas mengucapkan terima kasih kepada
    semua orang atas
    perhatian dan kasih sayang terhadap Siao Chun, adik
    saya setiap hari
    harus membeli sayur menyiapkan makan malam, sering
    kali harus terburu-
    buru pulang dari kegiatan berkelompok, tentu
    mendatangkan banyak
    kesulitan bagi semua orang, tadi pada saat adik saya
    membacakan "Semangkuk mie kuah", saya sempat merasa
    malu, tetapi
    sewaktu melihat adik saya dengan dada tegap dan suara
    yang lantang
    menyelesaikan membaca krangan, merasa perasaan malu
    itulah yang benar-
    benar memalukan."

    "Beberapa tahun ini, keberanian mama yang hanya
    memesan semangkuk mie
    kuah, kami kakak beradik tidak akan pernah
    melupakannya... kami
    berdua pasti akan giat dan rajin, merawat ibu dengan
    baik, hari ini
    dan seterusnya masih meminta tolong kepada para
    hadirin untuk
    memperhatikan adik saya."

    Ibu dan anak bertiga secara diam-diam saling memegang
    tangan dengan
    erat, saling menepuk bahu, menikmati mie tahun baru
    dengan perasaan
    yang lebih berbahagia dibanding tahun sebelumnya,
    membayar 300 yen
    dan mengucapkan terima kasih, lalu memberikan hormat
    dan meninggalkan
    toko mie.

    Majikan toko seperti sedang menutup tahun yang lama,
    dengan suara
    yang keras mengucapkan "Terima kasih! Selamat Tahun
    Baru!"

    Setahun pun berlalu lagi, toko mie Pei Hai Thing juga
    meletakkan
    tanda "Telah Dipesan" sambil menunggu, tetapi ibu dan
    anak bertiga
    tidak muncul. Tahun kedua, tahun ketiga, meja nomor 2
    tetap kosong,
    ibu dan kedua anaknya tetap tidak muncul.

    Usaha dari Pei Hai Thing semakin bagus, dalam tokonya
    pun telah
    direnovasi, meja dan kursinya telah diganti dengan
    yang baru, hanya
    meja nomor 2 itulah masih tetap pada aslinya.

    Banyak tamu pengunjung merasa heran, istri majikan
    lantas
    menceritakan kisah semangkuk mie kuah kepada para
    pengunjung. Meja
    nomor 2 itu lantas menjadi "Meja Keberuntungan",
    setiap pengunjung
    menyampaikan kisah ini kepada yang lainnya, ada banyak
    pelajar yang
    merasa ingin tahu, datang dari kejauhan demi untuk
    melihat meja
    tersebut dan menikmati mie kuah, semua orang umumnya
    ingin duduk di
    meja tersebut.

    Lalu setelah melewati malam Chu Si beberapa tahun ini,
    para pemilik
    toko di sekitar Pei Hai Thing, setelah menutup toko
    pada malam Chu
    Si, umumnya akan mengajak keluarganya menikmati mie di
    Pei Hai Thing.
    Sering berkumpul sebanyak 30 hingga 40 orang,
    sangatlah ramai. Ini
    telah merupakan hal yang biasa dalam 5~6 tahun
    terakhir ini. Semua
    orang telah mengetahui asal dari meja nomor 2, meski
    mulut tidak
    berbicara, tapi dalam hati berpikir "Meja yang telah
    dipesan pada
    malam Chu Si" di tahun ini kemungkinan akan sekali
    lagi dengan meja
    dan kursi yang kosong menyambut datangnya tahun baru.

    Hari ini, semua orang sekali lagi berkumpul pada malam
    Chu Si, ada
    orang yang memakan mie, ada yang minum arak, semuanya
    berkumpul
    seperti sebuah keluarga. Setelah lewat pukul 22.00,
    pintu dengan tiba-
    tiba... terbuka kembali, semua orang yang berada di
    dalam langsung
    menghentikan pembicaraan, seluruh pandangan mata
    tertuju ke arah
    pintu yang terbuka itu.

    Dua orang remaja yang berpakaian stelan jas yang rapi
    dengan baju
    luar di tangan, berjalan melangkah masuk. Semua orang
    menghembuskan
    napas lega. Saat istri majikan ingin mengatakan meja
    makan telah
    penuh dan memberitahu tamu tersebut, ada seorang
    wanita berpakaian
    kimono berjalan masuk, berdiri di tengah kedua remaja
    tersebut.

    Seluruh orang yang berada dalam toko menahan napas
    mendengar wanita
    berpakaian kimono tersebut dengan perlahan mengatakan:
    "Tolong ...
    tolong ... mie kuah ... untuk jatah 3 orang, bolehkah
    ?"

    Belasan tahun telah berlalu, sang istri majikan toko
    seketika
    berusaha keras untuk mengingat kembali gambaran ibu
    muda dengan dua
    orang anaknya pada 10 tahun yang lalu.

    Sang suami di balik dapur juga termenung. Seorang di
    antara ibu dan
    anak tersebut menatap sang istri yang tengah salah
    tingkah tersebut
    dan mengatakan: "Kami bertiga ibu dan anak, pada 14
    tahun yang lalu
    pernah memesan semangkuk mie kuah di malam Chu Si,
    mendapatkan
    dorongan semangat dari semangkuk mie tersebut, kami
    ibu dan anak
    bertiga baru dapat menjalani hidup dengan tegar."

    "Lalu kami pindah ke kabupaten (Ce He) tinggal di
    rumah nenek, saya
    telah melewati ujian jurusan kedokteran dan praktek di
    rumah sakit
    Universitas Kyoto bagian penyakit anak-anak, bulan
    April tahun depan
    akan praktek di rumah sakit kota Sapporo."

    "Sesuai dengan tatakrama, kami datang mengunjungi
    rumah sakit ini
    terlebih dahulu, sekalian sembahyang di makam ayah,
    setelah
    berdiskusi dengan adik saya yang - pernah berpikir
    untuk menjadi
    majikan toko mie nomor 1 tapi belum tercapai -
    sekarang bekerja di
    Bank Kyoto, kami mempunyai sebuah rencana yang
    istimewa... yaitu pada
    malam Chu Si tahun ini, kami bertiga ibu dan anak akan
    mengunjung Pei
    Hai Thing di Sapporo, memesan 3 mangkuk mie kuah Pei
    Hai Thing."

    Sang istri majikan akhirnya pulih ingatannya, menepuk
    bahu sang suami
    sambil berkata: "Selamat datang! Silakan... Ei! Meja
    nomor 2, tiga
    mangkuk mie kuah."
    Nothing is so common as the wish to be remarkable. - Shakespeare

  2. Hot Ad
  3. #2
    darkcloner's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    895
    Points
    1,283.90
    Thanks: 5 / 2

    Default

    comment gw cuma nice post aj deh ^^

    yg gw bingung
    ini cerita dari jepang apa china? ko nama2nya........

  4. #3
    doubledoank's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    Earth
    Posts
    5,177
    Points
    6,890.71
    Thanks: 56 / 57 / 36

    Default

    ceritanya dari jepang yang nerjemahin org chine kayanya........
    Nothing is so common as the wish to be remarkable. - Shakespeare

  5. #4
    babakulima's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    semarang
    Posts
    1,585
    Points
    1,902.40
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    ahahaha sama .... nice post guys

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •