Seorang raja akan berkeliling negeri untuk melihat rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir , “ ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya. “
Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memutuskan untuk melapisi seluruh jalan-jalan dinegerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa, datanglah seorang pertapa menghadap maharaja. Ia berkata. “wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi kaki Paduka saja.
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “SANDAL”
Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita dan diri kita sendiri dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu.
Karena kita seringkali keliru dalam menafsir dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat disana, sebab, seringkali dalam pandangan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.
Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu.
Bayangkan ada sebuah bank yang memberi kita pinjaman uang sejumlah Rp. 86.400,- setiap paginya. Semua uang itu harus anda gunakan. Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak anda gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang anda lakukan? Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.
Setiap dari kita memiliki bank semacam itu, bernama Waktu. Setiap pagi, ia akan memberi anda 86.400 detik. Pada malam harinya ai akan menghapus sisa waktu yang tidak anda gunakan untuk tujuan baik. Karena ia tidak memberikan sisa waktunya pada anda. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untuk anda. Setiap malam ia akan menghapuskan yang tersisa. Jika anda tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa anda. Anda tidak bias menariknya kembali juga, anda tidak bias meminta “uang muka” untuk keesokan hari. Anda harus hidup didalam simpanan hari ini. Maka dari itu, investasikan untuk kesehatan, kebahagian dan kesuksesasn anda.
Jam terus berdetak. Gunkan waktu anda sebaik-baiknya.
Agar tau pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas
Agar tau pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur
Agar tau pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan
Agar tau pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu
Agar tau pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat
Agar tau pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru terhindar dari kecelakaan
Agar tau pentingnya waktu SEMILIDETIK, tanyakan pada peraih medali perak olimpiade
Renungan
Hargai setiap waktu yang anda miliki. Dan ingat waktu tidaklah menunggu siapa-siapa
Share This Thread