Dua hari kemudian, Josh dijemput oleh keluarga barunya. Sebelum berpisah, Josh kembali mengulang janjinya untuk datang jika Anne memanggilnya.
Dan di akhir, Josh-pun berkata, “Anne, semoga kamu bahagia bersama keluarga barumu.”
Anne mengangguk.
“I.. iya. Josh juga, ya.”
Ketika memandang Josh dah keluarganya pergi, tampak Anne mati-matian berusaha menahan, agar air matanya tidak keluar. Pada saat itulah, terdengar suara lembut di sampingnya.
“Anne, kalau pengen nangis, nangis aja, jangan ditahan.”
Anne menengok, dan tampak Ellen sedang tersenyum lembut padanya. Anne kembali menengok ke arah Josh, kemudian ia memeluk Ellen sambil menangis.
Dan, itulah tangisan terakhir Anne, karena sama seperti Josh telah berjanji padanya, Anne-pun juga berjanji satu hal pada Josh.
“Mulai saat ini, Anne akan hidup bahagia, dan nggak akan menangis lagi. Jadi Josh nggak perlu khawatir sama Anne lagi.”
Pada malamnya, Patricia mendatangi Anne di kamar.
“Anne, ada yang ingin mama bicarakan denganmu. Kita ke ruang tamu sebentar, ya ?”
Anne menggeleng sambil tersenyum.
“Nggak, di sini aja. Lagian, Anne udah tahu yang ingin Mama Pat bicarakan.”
Patricia menengok ke arah Ellen dan Sarah, yang masih berbaring di ranjang mereka masing-masing. Akhirnya Patricia menghela nafas, kemudian duduk di sisi Anne.
“Baiklah. Anne, mama tahu kamu dekat dengan Josh, dan kamu nggak mau pergi dari sini juga karena Josh. Tapi mulai hari ini, Josh tinggal dengan keluarga barunya. Dan minggu depan, keluarga yang ingin mengangkatmu sebagai anak akan datang.”
Lalu Patricia mengelus rambut Anne.
“Anne, mereka pernah kehilangan anak perempuan mereka dua tahun yang lalu. Dan ketika melihatmu, mereka terkejut, karena kamu sangat mirip dengan putri mereka itu. Jadi...”
Anne-pun langsung memotong.
“Iya, Anne mengerti. Mereka orang yang baik, dan Anne pasti bahagia menjadi anak mereka.”
Giliran Patricia memandang Anne dengan bingung.
“Eh ? Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran ? Bukankah awalnya kamu dengan keras menolak pergi dari sini ?”
Anne terdiam sejenak, kemudian menjawab, “Anne udah janji sama Josh, untuk bahagia bersama dengan orang tua Anne yang baru. Jadi Mama Pat tenang aja, Anne pasti memenuhi janji itu. Lagian, kalau ada masalah, Josh pasti akan datang menolong Anne.”
Usai berkata demikian, Anne langsung membaringkan tubuhnya, sambil memeluk boneka kesayangannya. Sementara Patricia hanya menatapnya.
‘Anne dan Josh. Mereka memang sangat dekat, dan mungkin itu nggak masalah. Tapi rasanya.. Anne jadi terlalu bergantung pada Josh. Aku jadi khawatir...’
Dan akhirnya hari itu tiba; Hari di mana pasangan yang ingin mengangkat Anne sebagai anak mereka, kembali datang ke panti tersebut. Sejak kepergian Josh hingga hari itu, sikap Anne biasa saja, seakan tidak ada yang berubah. Akan tetapi, kekhawatiran Patricia tetap ada, bahkan ketika ia melepas Anne kepada kedua orang tua barunya.
“Anne, ingatlah satu hal : rumah ini akan selalu menjadi rumahmu. Kalau kamu merasa kesepian atau rindu dengan kami, pulanglah kemari. Kami akan selalu menyambutmu.”
Anne memandang Patricia, kemudian beralih kepada Sarah, dan terakhir Ellen.
“Mama Pat bener, Anne. Sering-sering main ke sini, dan kalau udah seneng, jangan lupain Mama Pat, Ellen, juga Sarah ya ?”
Anne tersenyum dan mengangguk.
Sang calon ibu-pun ikut tersenyum.
“Tenang saja. Nanti kami akan sering mengajak Irene ke rumah...”
Suatu tepukan ringan dari suaminya, membuatnya tertegun. Kemudian ia memandang Anne.
“A.. ah maaf, maksudku, mengajak Anne ke rumah ini lagi. Maafkan mama ya, Anne.”
Anne menggeleng lembut.
“Nggak apa-apa. Kemarin malam, Mama Pat udah cerita ke Anne tentang anak perempuan kalian yang udah meninggal, dan Anne mirip dengannya.”, kemudian Anne memandang calon ayah ibunya itu dengan tajam, “Tapi Anne tetaplah Anne. Jadi Anne harap, kalian bisa mengerti kalau Anne bukan pengganti putri kalian yang telah meninggal.”
“Te.. tentu saja. Kami tak pernah menganggap kamu sebagai pengganti putri kami. Bukankah begitu, sayang ?”
Sambil berkata demikian, Sang calon ibu menatap suaminya. Dan suaminya mengangguk.
“Ya, kamu adalah Anne, anak kami yang baru. Kamu bukanlah pengganti Irene atau siapapun.”
Lalu, setelah mengucapkan salam perpisahan untuk terakhir kalinya, Anne pergi bersama keluarga barunya.
Share This Thread