Results 1 to 2 of 2
http://idgs.in/62880
  1. #1
    BecKaX's Avatar
    Join Date
    Jun 2007
    Posts
    26,943
    Points
    130,007.87
    Thanks: 85 / 808 / 291

    Default • BecKaX's Novels •

    Berikan Komentar kalian semua di sini >>> http://www.indogamers.com/f399/berik..._disini-62881/

    Saya harap kalian tidak meng-post di thread ini. Supaya ceritanya dapat di baca dengan mudah

    ================================================== ==============================

    = Kisah Cinta Abad 22 =


    Prolog


    Indonesia tahun 2070. Robot mulai dipergunakan secara meluas di seluruh penjuru dunia, terutama untuk pekerjaan – pekerjaan besar.

    Sebelum tahun 2060, perusahaan – perusahaan robot berfokus pada elemen – elemen sebuah robot seperti tangan, kaki, penglihatan, pendengaran, atau kulit.
    Sesudah itu mulailah era robot yang memiliki elemen – elemen canggih dengan tampilan yang dibuat lebih mirip manusia.

    Tahun 2060, robot digunakan di rumah – rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, juga di kantor dan di pabrik sebagai pekerja. Dengan pertimbangan harga, kebanyakan robot yang di pakai adalah robot berbentuk manusia dengan elemen yang sudah dapat bergerak baik tetapi dengan gerakan yang masih kaku. Semua robot dapat menunjukkan ekspresi dasar seperti tersenyum, tertawa, menangis, ataupun marah jika diperintahkan. Robot – robot tertentu diciptakan pula dengan kemampuan berkomunikasi. Robot – robot yang lebih canggih di jual jauh lebih mahal dan hanya kalangan tertentu yang mampu memilikinnya.

    Setiap perusahaan robot masih berlomba menciptakan robot tercanggih yang semakin menyerupai manusia, dari sisi fisik maupun emosional.

    ***

    Jari jemari lentik milik penata rias bergerak dengan lincah di wajah Salsabila. Mengukir alisnya, membedaki wajahnya, dan memerahi pipinya yang telah berwarna merah karena bahagia. Senyum sumringah tak kunjung lepas dari bibirnya.

    Ini hari bahagianya !

    Salsa menarik napas, antara tegang dan tak sabar menunggu detik – detik terpenting dalam hidupnya. Kebaya yang di pakai Salsa langsung terasa menyempit di bagian dada.

    Wanita penata rias yang tetap terlihat cantik di usia nya yang sudah menjelang senja tersenyum bijak melihat antusiasme yang tergambar jelas di wajah Salsa.

    “Nggak sabar ya?” tanyanya lembut.

    Salsa mengangguk. Matanya berbinar – binar.

    “Bentar lagi juga ketemu. Sekarang dandan dulu biar tambah cantik, pengantin kan mesti tampil istimewa.”

    Tangan penata rias berpindah ke rambut Salsa.

    “Aduh….. aku jadi cantik gitu,” kata Salsa sambil menatap cermin dengan takjub. “Andro pasti kaget lihat aku begini. Masih lama ya, Mbak, aku bisa ketemu dia?”

    “Nggak ketemu bentar aja udah gelisah, cinta banget nih kayaknya,” goda penata rias itu lagi.

    Mata Salsa semakin berbinar.

    “Iya dong, kalau nggak aku nggak akan memutuskan menikah sama dia,” jawab Salsa sambil tersenyum senang.

    “Seneng deh lihat pengantin kayak kalian. Pasti deg – degan, ya? “

    Salsa mengangguk lagi.

    “Tahu nggak, Mbak, calonku itu….. cowok idamanku dari dulu. Bahkan waktu kami belum ketemu, aku selalu pengen punya pasangan kayak dia…. Eh ternyata beneran dapet. “

    “Oya??” Penata rias terlihat kagum. “Jodoh memang nggak kemana ya?”

    “Betul Mbak… padahal aku dulu udah putus asa lho. Kata temen – temenku cowok idamanku itu terlalu nggak mungkin ada di dunia. Akhirnya toh aku berhasil membuktikan cowok seperti itu ada. Buktinya,… ya calonku ini. Sayang, nggak ada satu pun dari sahabatku yang bisa datang di hari bahagiaku…. “

    Wajah Salsa mendadak ditutupi mendung, teringat kedua sahabatnya.

    Tiba – tiba pintu ruangan rias terbuka. Seorang pria tak di kenal muncul di pintu membuat Salsa dan penata riasnya terbelalak.

    “Eh, jangan sembarangan masuk ruang rias,” tegur penata rias dengan nada sedikit ragu, mungkin sibuk mengira – ngira hubungan si pria yang baru masuk itu dengan calon pengantin. “Gimana coba kalo pengantinnya lagi ganti baju? “

    “Kamu siapa?” Salsa menyipitkan mata. Pria itu tak menjawab, malah mendekati Salsa dengan tergesa.

    Penata rias terlihat bingung. “Lho, kamu nggak kenal toh? “

    Salsa menggeleng, juga bingung.

    Dan tiba – tiba pria itu menarik tangan Salsa, setelah menyeretnya.

    “Ayo cepet, ikut aku!” katanya tanpa basa – basi.

    “Eh? Mau apa? Kamu siapa?” jerit Salsa panik. “Mau kemana? Lepasin tanganku!”

    “Kamu harus ikut aku,” kata pria itu galak.

    “Lho? Kenapa aku harus ikut kamu? Memangnya kamu siapa? Kok kayaknya pernah liat?”

    Pria itu menatap Salsa langsung ke matanya.

    “Salsa…. Kamu harus percaya ama aku.” kata pria itu galak.

    Wajah Salsa terlihat penasaran dan pria itu menyeretnya.

    “Ehhhh…. mau kemana??” teriak penata rias panik.

    “Tenang aja Mbak…. aku nggak lama” teriak Salsa

    Pria itu membawa Salsa ke sebuah ruangan yang jauh di belakang gedung.

    “Nah sekarang coba jelaskan!” kata Salsa sambil melepaskan cengkeraman pria tak di kenal itu.

    “Kamu mau ngomong apa sih tentang Andro? Jangan fitnah – fitnah yah, aku udah kenal banget sama Andro. Jangan kira aku bakal percaya ama kamu yah.. “

    “Aku nggak mungkin fitnah – fitnah orang “ bantah pria itu.

    “Terus?” Salsa menantang.

    Pria itu terlihat tegang.

    “Salsa, demi kebaikan kamu…. batalkan pernikahanmu dengan Andromeda !”

    Salsa terkesiap

    “Apa?? Apa maksudmu? Kenapa?”

    “Denger dulu… aku serius. Kamu tidak boleh menikah dengan Andromeda! Kamu tidak mengenal dia. Sama sekali tidak mengenal dia!”

    Salsa menggeleng kuat.

    “Aku kenal banget sama dia. Masa aku nggak kenal sama calon suamiku sendiri? Aku kenal keluarganya, sifatnya, pokoknya semuanya deh. Andromeda orangnya setia, dia nggak mungkin udah menikah. Nggak mungkin punya pacar selain aku. Jadi aku nggak akan percaya kalau kamu fitnah dia kayak gitu”

    “Memang bukan itu alasannya,” jawab pria itu, menatap Salsa dengan pandangan yang sukar diartikan.

    “Terus?”

    “Alasan yang jauh lebih penting”

    “Kamu ngomong apa sih? Siapa juga kamu? Tiba – tiba dateng mengacau kayak gini?”

    “Kita pernah bertemu sebelumnya.” Perkataan pria itu membuat Salsa memeras otak, mencoba mengingat – ingat kapan ia pernah bertemu pria itu.

    Dan Salsa pun teringat. Rupanya pria itu !

    “Ooohh… aku ingat kamu!! Kamu kan orang menyebalkan di monorail itu. Tapi… apa hubunganmu dengan Andro? Dimana kamu kenal Andro?”

    “Ceritanya panjang. Pokoknya kamu tidak boleh menikah dengan Andromeda! ”

    Salsa melotot kesal. “Nggak satu orang pun yang bias melarangku menikah dengan orang yang kucintai. Apalagi orang yang nggak jelas kayak kamu! “

    “Ya… kamu boleh menikah sama siapa saja yang kamu cinta, tapi bukan Andromeda !, “ pria itu tetap ngotot.

    “Salsa… dengar, kamu bukan tidak boleh menikah dengan Andromeda, tapi kamu memang tidak bisa menikah dengannya.”

    “Kenapa??” tantang Salsa. “Katakan padaku alasannya !”

    Pria itu menghela napas.

    “Salsa…. Andromeda tak mungkin menikah denganmu. Dia……”

    Sebuah pikiran muncul di benak Salsa.

    “Jangan bilang di sebenarnya gay dan kamu adalah pacarnya! Aku juga nggak akan percaya!”

    Ganti pria itu yang terbelalak.

    “Ngaco! Bukan itu juga !”

    “Terus apa??” Salsa semakin penasaran.

    “Andromeda…. bukan manusia”

    Sekarang Salsa terkejut setengah mati. Ia menatap pria itu dengan penuh ketakutan.

    “Apa maksudmu? Nggak mungkin! Kenapa sih kamu ngomong aneh – aneh gitu? Kenapa sih kamu pengen banget aku nggak nikah ama Andro? Kamu sebenarnya siapa? Andro sudah buat salah apa sama kamu? Kenapa kamu datang mengacaukan pernikahan kami? Kenapa??” Salsa berteriak histeris.

    Pria itu mengatupkan rahangnya, terlihat kesal.

    “Aku tahu, kamu pasti sulit percaya sama aku. Tapi kamu pasti percaya kalau dia yang ngomong.”

    “Dia siapa? Andromeda? “ Salsa semakin terlihat bingung.

    “Bukan…”

    Pria itu berjalan ke pintu. Sosok lain yang sangat dikenal Salsa melangkah masuk ruangan ketika pintu terbuka.

    “Benar, Salsa” kata orang yang baru masuk itu.

    “Kamu nggak bisa menikah dengan Andromeda. Dia memang bukan manusia.”

    Masih tertegun melihat sosok yang baru masuk, Salsa tetap dirundung penasaran.

    “Bukan manusia?? Apa maksudmu? *****? Alien? “

    “Bukan….”

    Hening sejenak.

    “Lalu?”

    “Andromeda adalah humanoid…”

    Dan tubuh Salsa langsung terasa lemas.
    Last edited by BecKaX; 03-03-08 at 07:08. Reason: Kasih space =P
    Welcome To Indogamers Free

    My Thread : http://idgs.in/121575
    Laporan Bermasalah : http://idgs.in/f825
    Grup WhatsApp IDGS Free : http://idgs.in/773254

    Usul / ide / saran / kritik, bisa langsung Klik Disini

    Jual Aneka Produk : http://idgs.in/773333

    Regards,
    BecKaX
    Com. Admin IDGS Free


  2. Hot Ad
  3. #2
    BecKaX's Avatar
    Join Date
    Jun 2007
    Posts
    26,943
    Points
    130,007.87
    Thanks: 85 / 808 / 291

    Default

    Kita Akan Mengguncang Dunia !


    “Perkenalkan, nama saya Andromeda.”

    Seorang pria tampan berdiri di tengah ruangan. Dihadapannya duduk berjajar tiga orang memandanginya dengan penuh perhatian, membuatnya seperti calon bintang yang tengah mengikuti audisi. Tak terlihat sedikitpun ekspresi gugup dan ketakutan di wajah pria itu. Bibirnya bahkan menyuguhkan senyum yang dilengkapi pancaran mata begitu penuh percaya diri.

    “Halo, Andromeda, apa kabarmu? “ Salah seorang dari mereka yang mengelilingi Andromeda akhirnya angkat bicara. Dia seorang pria paro baya yang penampilannya menunjukkan dirinya seorang eksekutif kelas tinggi.

    “Sangat baik. Anda terlihat sehat hari ini, Pak Sujadi Sumarja,” jawab Andromeda sambil sedikit membungkukkan badan. Senyum tetap tak lepas dari wajahnya.

    “Oh… well… terima kasih…” Pria yang tadi menyapanya mengangguk – ngangguk. “Apa kau mengenal kami semua disini?”

    “Tentu,” jawab Andromeda. “Saya kenal semua yang ada di ruangan ini. Anda, Pak Sujadi. Lalu Bapak Anthony dan Ibu Meinar. Selamat siang semuanya, senang bertemu Anda semua.”

    Gaya Andromeda yang begitu elegan membuat pria di hadapannya tak kuasa menahan desahan kagum.

    “Dan kau tau kami ini siapa? “ Kali ini pria yang di tunjuk Andromeda dengan nama Bapak Anthony yang bicara.

    “Tentu saja. Yang paling kiri adalah Ibu Meinar, pimpinan tertinggi perusahaan ini. Lalu Bapak Sujadi dan Bapak Anthony, bukankah Anda berdua adalah penanam saham utama di Trivisio?” Andromeda menjawab dengan pertanyaan.

    Pak Anthony manggut – manggut.

    “Andromeda, saya sering melihatmu, tetapi Bapak – bapak ini belum. Mendekatlah kemari, biar mereka bisa melihatmu dari dekat,” perintah Ibu Meinar, seorang wanita yang masih terlihat menarik dalam usia menjelang lima puluh.

    Andromeda berjalan mendekat dan mengansurkan tangan, lalu menjabat tangan kedua pria di depannya.

    “Apa pendapatmu mengenai kami, Andromeda? “ tanya Pak Anthony begitu Andromeda kembali ke tempatnya.

    “Menurut pandangan saya, Anda semua terlihat sangat berwibawa juga cerdas. Anda sekalian adalah sosok yang mudah membuat orang lain merasa hormat. “

    “Rupanya anak – anakku disini sudah mengajarimu jadi pandai bicara seperti itu, ya,” kata Bu Meinar sambil tersenyum. “Kali ini saya yang ingin bertanya. tapi pertanyaan saya mungkin sulit buatmu.”

    “Saya akan mencoba menjawab, silahkan saja ajukan pertanyaan Ibu,” jawab Andromeda tegas.

    Mata Bu Meinar menyempit. “Hmmm….. Andromeda…. apa pendapatmu tentang kaum wanita?”

    Andromeda terdiam sebentar. Ketiga orang di hadapannya memandanginya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Sekejap, Andromeda berhasil tersenyum menawan.

    “Saya sangat menghargai kaum wanita. Seorang ibu adalah seorang wanita dan semua orang pasti setuju bahwa seorang ibu sangat luar biasa. Wanita adalah makluk yang walau terlihat lemah tapi justru sangat kuat, bahkan bisa lebih kuat dari kaum pria. Dalam kesuksesan seorang pria, pastilah ada seoran wanita di belakangnya. Jadi menurut saya, pendapat yang mengatakan bahwa wanita adalah kaum lemah sangat tidak tepat.”

    Bu Meinar tersenyum puas lalu bertepuk tangan sebentar.

    “Ini bukan rekayasa, Bapak – bapak,” kata Bu Meinar melirik ke arah kedua pria di sebelahnya. “Pertanyaan tadi baru terpikir oleh saya.”

    “Saya percaya Anda, Bu Meinar. Hmmm…. Andromeda !”

    Pandangan Andromeda terarah pada Pak Sujadi yang memanggilnya.

    “Ya?”

    “Sejak tadi kami melihat kecerdasanmu. Kau memang cerdas. Tapi saya ingin melihat gerakan fisikmu. Disini ditulis kamu memiliki keahlian karate. Bisa kau tunjukkan? “

    “Tentu,” jawab Andromeda sambil mulai mengambil kuda – kuda. Andromeda lalu sibuk memeragakan beberapa jurus karate yang disambut senyum puas para pengujinya.

    “Hebat ! Bagaimana dengan alat music? Menurut laporan ini kau juga dikatakan ahli memainkan biola,” kata Pak Sujadi lagi.

    “Ya, saya dapat memainkan biola. Tunggu sebentar,” kata Andromeda, menghampiri lemari di sudut ruangan untuk mengambil biola.

    Toccatas and Fugue terdengar begitu merdu mengalun dari gesekan biola Andromeda. Para penguji itu kembali berpandangan dan tersenyum puas.

    Tiba – tiba seorang pria kulit putih berusia di awal tiga puluhan dan berambut merah, yang sejak tadi duduk di sisi ruangan sambil mengamati, berdiri.

    “Stop,” ucapnya pada Andromeda yang memandang dengan penuh hormat. “Kembalilah ke tempatmu, Andromeda.”

    “Baik. Saya akan kembali ke tempat. Terima kasih. Senang bertemu Anda semua.”

    Andromeda pun berbalik dan meninggalkan ruangan dengan gayanya yang bagaikan eksekutif muda.

    “Bagaimana? “ pria kulit putih itu berdiri dan berjalan sehingga sekarang dia menjadi pusat perhatian menggantikan Andromeda. “Dia hebat, kan?”

    “Hmm…. hebat,” Sujadi Sumarja yang menjawab. “Dari sisi penampilan dan gerakan tubuh, dia sempurna. Tak aka nada seorang pun yang menyangkanya humanoid, dia tak ada bedanya dengan manusia biasa. Gerakannya sangat natural. Ekspresi mukanua juga.”

    “Kalau kalian perhatikan tadi, kulitnya pun begitu halus. Tadi aku pegang tangannya, suhu tangannya tak jauh beda denganku,” kata Bu Meinar disambut anggukan setuju Pak Anthony.

    “Betul… tak ada bedanya dengan berjabatan tangan dengan manusia. Kenapa bisa begitu, Harrison?”

    “Karena kulitnya menggunakan teknologi terbaru yang bahkan dapat mengeluarkan keringat dan mendeteksi perubahan cuaca. “ Pria kulit putih yang di panggil Harrison itu menjelaskan. “Kami menggunakan semua yang tercanggih untuk Andromeda.”

    “Pantas. Selain itu, kata – katanya sungguh manis. Dia terampil sekali menjawab berbagai pertanyaan,” kata Pak Anthony.

    “Pasti.” Harrison mengangguk dengan wajah bangga. “Secara fisik dan kecerdasan, Andromeda dapat dikatakan melampaui manusia. Dari segi fisik, dia tidak mengenal lelah. Dan dia bisa apa saja jika diajari sehingga dapat terjun ke berbagai lapangan pekerjaan. Kemampuannya lengkap. Bela diri dan olahraga, semua dikuasainya. Kemampuan berbahasa luar biasa. Dia menguasai hampir semua bahasa di dunia dan dapat berkomunikasi dengan wajar sebagaimana halnya manusia.”

    Sunyi sejenak.

    “Oke… dengar Harrison,” Sujadi Sumarja kembali mengambil alih. Kewibawaanya membuat yang lain berhenti bicara dan memandangnya dengan perhatian penuh. “Saya tahu dari spesifikasi yang kauberikan, Andromeda bisa di bilang jenis tercanggih dari humanoid yang ada sekarang. Wajar, karena semua elemen tubuhnya kita ambil dari perusahaan lain yang menghasilkan versi tercanggih. Otot tangan tercanggih, otot muka tercanggih, sampai kulit. Semua elemen tercanggih itu menghasilkan android tercanggih. Tapi kalau hanya menggabungkan elemen – elemen seperti begitu, semua orang juga bisa. Kamu mengerti maksud saya?”

    “Mengerti Pak,” jawab Harrison sambil tersenyum.

    “Lalu apa yang membedakannya dari android yang lain? Tujuan Nunoid Project ini kan menciptakan android yang benar – benar baru, yang memiliki keahlian yang belum dimiliki android lain. Sejak tadi yang kami perhatikan adalah kemampuan standar humanoid sekarang. Oke… memang dalam versi yang lebih baik, lebih natural, lebih sempurna. Tapi tetap saja itu teknologi yang sudah ada !”

    “Kalau sekedar android yang bisa berubah – ubah ekspresi mukanya sih kita sudah punya sejak setengah abad yang lalu,” tambah Pak Anthony pedas.

    “Harrison, Bu Meinar, kalian harus mengerti,” Pak Sujadi kembali berbicara sambil bergantian memandang Bu Meinar dan Harrison. “Kalian ilmuwan, kami orang bisnis. Kalian senang menciptakan, mungkin kalian puas dengan android seperti Andromeda tunjukkan tadi. Tapi buat kami, apa yang bisa kami dapatkan? Orang lain juga bisa membuat android – android seperti itu jika mereka memiliki dana sebesar yang sudah kami suntikkan. Kalian harus bisa membuat investasi kami kembali, tidak terbuang begitu saja. Bukankah sejak awal tujuan proyek ini adalah menciptakan sesuatu yang bisa booming?”

    Harrison manggut – manggut, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan rasa terganggu karena komentar pedas para penanam saham. Sebaliknya, ia tersenyum misterius dan memandang penuh arti ke arah Bu Meinar yang juga balas tersenyum.

    “Go on Harrison, jelaskan pada Bapak – bapak ini apa yang sebenarnya hendah kita capai,” kata Bu Meinar member semangat.

    “Oke. Saya mengerti sepenuhnya concern yang Bapak – bapak semua miliki. Sekarang kita lihat satu sisi dulu. Kita semua sudah setuju, kan, bahwa dari sisi penampilan dan kemampuan komunikasinya, Andromeda telah melampaui humanoid – humanoid yang ada di pasaran sekarang? Perusahaan lain biasanya hanya menghasilkan humanoid yang keahliannya difokuskan pada satu bidang saja. Seperti humanoid untuk security yang juga telah kita miliki atau humanoid yang dikhususkan sebagai domestic helper.”

    “Yah… itu sih aku mengakui,” jawab Pak Anthony tak sabar. “Tapi itu bukan sesuatu yang controversial, tidak akan menjadi gebrakan di dunia android. Kalau hanya seperti yang kita lihat tadi, perusahaan – perusahaan lain pasti dengan cepat dapat mengikuti. Lalu dimana letak poin kemenangan kita?”

    Harrison tersenyum lagi.

    “Tentu kami tidak akan membuat Anda semua kecewa. Jangan takut, yang Anda lihat dari kemampuan Andromeda tadi hanya sedikit dari kemampuannya. Andromeda sangat spesial dan berbeda dari humanoid lain yang sudah ada.”

    “Maksudmu?” Pak Anthony kembali bertanya dengan wajah bingung. “Kami tidak melihat perbedaan signifikan sejak tadi selain penampilan dan kemampuan komunikasinya yang natural. Apa lagi?”

    “Anda semua pasti tau, hal apa yang selalu menjadi impian setiap pembuat android hingga saat ini?” tanya Harrison berteka – teki.

    Pak Sujadi dan Pak Anthony tetap diam, berpandangan dan akhirnya memandang Harrison dengan ekspresi ingin tahu.

    “Jawabannya adalah emosi,” kata Harrison mengejutkan kedua pria itu. “Semuanya ingin membuat android yang memiliki emosi. Humanoid yang ada sampai sekarang semuanya memang bisa menunjukkan ekspresi wajah beragam untuk menunjukkan emosi yang berbeda – beda. Trigger yang di pakai sekarang adalah kata – kata si lawan bicara, dari mulai pemilihan kata sampai nada suaranya. Teknologi yang sama dengan yang di aplikasikan pada robot – robot pembantu lain, termasuk pada kendaraan. Tapi teknologi itu terlalu sederhana. Emosi yang timbul sangat tergantung pada kata – kata lawan bicaranya.”

    Kedua pria di hadapan Harrison mulai menegakkan punggung mereka. Hanya Bu Meinar yang memang telah mengetahui bahan pembicaraan hari itu yang terlihat tenang.

    “Kami menemukan cara agar emosi android dapat terlihat natural. Ini sebuah gebrakan, bukan?” tanya Harrison, tersenyum puas.

    “Lebih natural bagaimana maksudmu?” Pak Sujadi mengangkat alis, menunjukkan keingintahuan.

    “Andromeda bisa menunjukkan emosi dengan trigger bukan hanya dari kata – kata tapi juga dari ekspresi wajah lawan bicara. Selain itu, kami merancang sistem pembelajaran yang luar biasa rumit dalam brain Andromeda untuk memperkaya emosinya. Dia akan menganalisis setiap peristiwa yang telah terjadi di hadapannya, ekspresi muka tiap orang, pemilihan kata tiap orang, dan menyimpannya dalam memori untuk dimanfaatkan kemudian jika ia berada dalam situasi serupa.”

    “Nanti dulu,” Pak Anthony menyela. “Bukankah sudah sejak lama para ahli mencari cara membuat android yang beremosi? Sejak zaman film legendaries A.I dulu, mereka sudah terobsesi membuat android yang mampu mencintai. Bukannya ada tim khusus yang bergerak untuk menciptakan android anak seperti di film klasik tentang artificial intelligence itu?”

    “Tergantung siapa yang lebih dulu selesai, bukan?” sahut Harrison. “Lagipula tim kita mengambil bidang yang berbeda sehingga kalaupun kita selesai bersamaan atau mereka selesai lebih dulu, yang kita buat tetap unik dan dapat menjadi gebrakan.”

    “Jelaskan tentang bidang yang berbeda itu, Harrison,” kata Bu Meinar.

    “Tim lain berfokus ingin membuat android anak – anak yang dapat mencintai orang tua angkatnya, bukan? Menurut kami, untuk membuat android dengan sistem emosi yang canggih, kita haruslah fokus. Jika ingin android anak maka semua pengetahuannya dalam sisi emosi harus juga berasal dari seorang anak. Kita sebaiknya tidak mencampur android untuk anak dengan android untuk ibu dalam satu brain karena akan menghancurkan sistem pola pikir mereka. Karena itu kami mengambil model Andromeda. Andromeda ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan teman dekat. Andromeda adalah humanoid yang dapat menjadi temen yang sempurna.”

    Melihat kedua pria itu masih memandangnya dengan bingung, Harrison kembali melanjutkan.

    “Andromeda akan banyak belajar dari apa yang dia lihat, yang dia dengar, yang dia terima. Semakin hari data pengalamannya semakin besar sehingga akhirnya dia pun seakan memiliki emosi. Dengan emosi yang dimilikinya ini, selain dapat menampilkan mimik dan gerakan tubuh yang sesuai dengan konteks, Andromeda pun dapat berkomunikasi lebih canggih. Tes Voight-Kampff, akan di laluinya dengan mudah.”

    “Tes Voight-Kampff?? Maksudmu tes untuk membedakankan manusia dengan robot itu?” Pak Sujadi mengenyit. “Bagaimana bisa? Bukankah tes itu memeriksa sampai detak jantung dan gerakan mata? Persis seperti alat pendeteksi kebohongan?”

    “Betul. Tes Voight-Kampff mendasarkan penilaiannya pada emosi pihak yang diuji. Jika kita bisa membuat Andromeda memiliki dan mengatur emosi, apa sulitnya mengatur sistem tubuh Andromeda untuk bekerja sesuai emosi yang muncul? Jika telah selesai, Andromeda akan menjadi humanoid yang nyaris sempurna. Sangat sulit dibedakan dari manusia, bukan hanya dalam tampilan fisik dan gerakan tubuh, tapi juga dari kemampuan komunikasi dan empatinya. Bahkan kita bisa melengkapinya dengan sidik jari maupun pengenal biometrik lainnya jika perlu.”

    “Hmm, dengan spesifikasi Andromeda yang sulit dibedakan dengan manusia itu, aku rasa nanti yang akan tertarik adalah mereka yang membutuhkannya sebagai mata – mata, bukan sebagai teman. Tapi pasar android mata – mata tidak besar. Yang aku inginkan adalah android yang bisa dipakai umum,” kata Pak Sujadi lagi.

    “Ya betul. Apa gunanya orang awam memiliki android yang beremosi? Masa mereka mau keluar banyak duit hanya untuk membeli android yang bisa memahami dia?” Pak Anthony terlihat skeptis.

    Bu Meinar menoleh ke arah Pak Anthony dan mengambil alih penjelasan Harrison.

    “Wah, pasar publiknya juga bisa banyak, Pak. Banyak orang kesepian yang akan sangat gembira jika memiliki humanoid seperti Andromeda sebagai teman atau bahkan kekasih. Uang mungkin bukan masalah bagi mereka. Bukan hanya sebagai teman dekat, sebagai pekerja pun seperti Andromeda akan lebih menyenangkan karena suasana kerja tidak akan kaku. Apa Bapak – bapak ingat dahulu ada film berjudul Stepford Wives? Walaupun film kuno, tetapi di dalam film itu sudah terlihat bahwa ada orang – orang yang menginginkan pasangan hidup yang tak bisa dia dapatkan dari manusia biasa sehingga akhirnya menciptakan istri dari robot. Itu adalah bukti nyata bahwa kita mempunyai pasar!”

    “Dan sebenarnya bukan hanya itu saja,” Harrison meneruskan. “Kita bisa mengembangkannya untuk kepentingan lain. Begitu pengetahuannya tentang cara mengasihi dan bagaimana dikasihi terkumpul, kita bisa menggunakan prototipenya kemudian mengembangkannya lagi untuk membuat nanny-noid canggih atau membuat humanoid guru yang menyayangi anak didiknya. Hebat, kan?”

    Kedua penanam saham itu manggut – manggut.

    “Masuk akal,” kata Pak Sujadi akhirnya. “Dan jika benar begitu, memang sangat kontroversial. Tapi kenapa kami tidak melihat kelebihan seperti yang kau bilang tadi pada Andromeda tadi?”

    “Karena untuk membangun pengetahuannya tentang kasih sayang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, Pak,” jawab Harrison. “Pengalaman yang dapat dipelajari dari lingkungan ini sangat terbatas. Film saja tidak cukup. Andromeda harus menjadi objek agar bisa menjadi subjek. Dan itu yang tidak bisa kami berikan disini. Di laboratorium ini semuanya adalah pekerja, yang memperlakukan Andromeda sebagai mesin.”

    “Jadi?” Pak Sujadi mengernyit.

    “Andromeda harus dibawa keluar ,” kata Harrison mengejutkan semua orang.

    “Apa? Bukankah dengan demikian kita mengeluarkan dia sebelum waktunya? Berarti proyek kita bocor?” pak Anthony berkeberatan.

    Bu Meinar menggeleng. “Tak akan bocor jika tak ada yang tahu Andromeda adalah humanoid. Seperti yang Anda berdua lihat sendiri tadi, Andromeda hampir sempurna seperti manusia biasa. Anda bisa meliaht detail rencana yang telah kami persiapkan di file yang terdapat di layar meja masing – masing.”

    Kedua penanam saham langsung menunduk dan sibuk membaca file yang disebutkan Harrison, sementara Harrison untuk beberapa menit membiarkan mereka sibuk membaca.

    “Andromeda membutuhkan pembelajaran dari orang – orang yang bisa menyayanginya dengan tulus, tanpa mengetahui bahwa dirinya hanyalah mesin,” Harrison meneruskan bicaranya ketika satu demi satu kepala telah mengangkat tanda selesai membaca. “Inilah metode terbaik, pembelajaran dan pengalaman. Dia harus belajar mecintai dengan dicintai. Dan untuk tahap awal ini kita hendak membuat humanoid yang bisa mencintai pasangan hidup, maka cinta yang harus dipelajarinya adalah cinta antara dua manusia yang berlainan jenis.”

    “Kamu yakin waktu tiga bulan yang kau tulis di sini cukup?” tanya Pak Anthony.

    Harrison mengangguk yakin. “Itu due-date yang kami tetapkan. Harus cukup.”

    “Yakin tidak akan di ketahui publik?” Pak Anthony terlihat cemas.

    “Anda lihat detail rencana tadi kan, Pak? Kami telah menyiapkan rencana sampai rencana darurat jika identitas Andromeda terancam. Andromeda berhubungan langsung dengan sistem kami. Kami bisa langsung mengatur apa yang Andromeda lakukan dan bicarakan bila perlu.”

    Para penanam saham itu mengangguk – angguk lagi.

    “Baiklah,” Pak Sujadi tampaknya mulai memutuskan. “Saya oke. Go with it, Harrison. Tapi kalian harus hati – hati, jangan sampai hal ini bocor ke publik. Dan jangan membuat investasi kami sia – sia.”

    Wajah Harrison dan Bu Meinar terlihat sangat puas.

    “Saya jamin, Andromeda akan mencengangkan dunia. Inilah saatnya dunia melihat film A.I. menjadi kenyataan.”
    Welcome To Indogamers Free

    My Thread : http://idgs.in/121575
    Laporan Bermasalah : http://idgs.in/f825
    Grup WhatsApp IDGS Free : http://idgs.in/773254

    Usul / ide / saran / kritik, bisa langsung Klik Disini

    Jual Aneka Produk : http://idgs.in/773333

    Regards,
    BecKaX
    Com. Admin IDGS Free


Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •