2. Dua Karya Terakhir
‘
Kelahiran adalah sesuatu yang membahagiakan, dan dinanti oleh seluruh keluarga.
Karena dengan kelahiran, maka akan muncul kehidupan baru di muka bumi ini.
Tetapi... tidak sedikit pula terjadinya kelahiran yang tidak diinginkan...
Dan juga... takdir tragis yang menanti mereka, yang terlahir dalam kondisi demikian...’
Ivanka termenung menatap hampa dari dalam taksinya, ke sepanjang jalan yang dilalui.
Sejak terlahir ke dunia ini, kita selalu berdua. Tapi mengapa ? Mengapa 6 bulan yang lalu, kakak pergi tanpa memberitahuku ? Dan sekarang, kenapa kakak.. meninggalkanku sendirian di dunia ini ?!
Perlahan, air mata mengalir di pipi Ivanka. Kemudian ia memejamkan matanya, mengingat kebersamaan terakhirnya dengan Ivan, kakak kembarnya...
Udara dingin menjelang akhir tahun, terasa begitu menusuk tulang. Di sebuah kamar kecil, Ivanka yang terbangun pagi itu, memilih untuk kembali tidur sambil merapikan selimut yang menutupi tubuhnya. Tapi baru sejenak Ivanka memejamkan matanya dan mulai terlelap, ketika seseorang menarik selimutnya dengan paksa.
“Dasar pemalas ! Cepat bangun, masih banyak kerjaan !”
Ketika membuka matanya, Ivanka melihat seorang wanita setengah baya dengan pakaian dan rambut acak-acakan, menatapnya dengan tajam.
Ivanka-pun menghela nafas.
“Baik, bibi.”
Wanita itu berjalan keluar mendahului Ivanka, sambil menggerutu.
“Padahal aku udah bilang berulang kali, nggak usah memungut mereka ! Yang cowok sih masih mending, seenggaknya gambar-gambarnya masih bisa laku dijual. Tapi yang cewek, sama sekali nggak berguna !”
Ivanka hanya terdiam sambil mengikuti wanita tersebut.
Hari menjelang siang ketika Ivan masuk ke rumahnya. Ivanka sedang menyiapkan hidangan santap siang.
“Selamat datang, Kak.”, sambut Ivanka dengan lembut.
Ivan memegang bahu adiknya itu sambil tersenyum.
“Ivanka, di mana paman dan bibi ?”
Ivanka menatap kakaknya itu dengan bingung.
“Paman sedang memotong kayu di halaman belakang, dan bibi lagi mencuci pakaian. Memang kenapa, Kak ?”
“Ah nggak, ada yang ingin kubicarakan dengan mereka.”
Usai berkata demikian, Ivan langsung berlari menuju halaman belakang. Sementara Ivanka hanya terbengong di tempatnya.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara-suara dari halaman belakang. Ivanka merasa penasaran, lalu ikut pergi ke halaman belakang. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti, ketika ia mendengar suara pamannya.
“Kamu yakin dengan hal ini, Ivan ?”
“Ya, paman. Saya dan Ivanka sangat berterima kasih pada paman dan bibi, yang telah memungut dan merawat kami. Tapi sekarang, saya sudah punya pekerjaan, dan nggak ingin merepotkan kalian lagi.”
DEG ! Ivanka terkejut mendengar kata-kata Ivan.
Kemudian, ia mendengar suara bibinya.
“Nggak merepotkan kok, kamu dan Ivanka sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri. Benar kan, suamiku ?”
“Ya, itu benar, Ivan. Apa nggak lebih baik kamu pikirkan dulu masalah ini ?”
“Maaf paman dan bibi, tapi hal ini sudah saya pikirkan masak-masak. Dan satu hal lagi. Paman dan bibi nggak perlu khawatir, semua biaya dan pengeluaran selama mengurus kami, akan saya lunasi.”
Bola mata Ivanka terbelalak.
Kenapa tiba-tiba Kak Ivan ingin agar kami pergi dari sini ?
Sementara, dari halaman, kembali terdengar suara Sang bibi.
“E.. eh, nggak perlu sampai begitu kok, Ivan. Kan bibi udah bilang...”
Ivan segera memotong, “Maaf Bi, tapi keputusan saya sudah bulat.”
Setelah itu, hanya ada kesunyian di tengah udara dingin. Merasa semakin penasaran, akhirnya Ivanka membuka pintu menuju halaman belakang. Tampak seorang laki-laki setengah baya, yang selalu dipanggilnya sebagai ‘paman’ sedang berdiri terdiam, sementara bibinya memegang sebuah amplop putih. Ivan menengok ke arah Ivanka, dan sambil tersenyum, ia-pun berkata, “Kamu sudah dengar semuanya, kan ? Ayo kita bersiap pergi.”
Sinar lampu mobil yang terarah langsung kepadanya, membuat Ivanka membuka matanya. Ia-pun menghela nafas.
Kak Ivan sebenarnya memaksakan diri, karena tahu perlakuan bibi padaku. Tapi aku tetap nggak ngerti, kenapa tak lama setelah itu, kakak meninggalkanku begitu aja ?!
Ivanka menyandarkan diri, sambil memejamkan matanya kembali.
Share This Thread