KENDARI - Demo para mahasiswa Universitas Haluoelo (Unhalu) menentang kebijakan penertiban pedagang kaki lima (PKL) oleh Pemkot Kendari, Sulawesi Tenggara, kemarin berujung bentrok berdarah. Puluhan aparat menyerbu kampus negeri di kota Kendari itu, sehingga gedung rektorat rusak berat dan belasan mahasiswa terluka.
Massa mahasiswa bergerak dari Kampus Baru Unhalu menyusuri jalur protokol. Sambil membawa spanduk dan potongan bambu, mahasiswa mengecam tindakan Pemkot Kendari dalam penertiban PKL. "Kami hanya menginginkan stop penggusuran," kata Steven Sofyan, salah seorang Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Teknik Unhalu.
Entah siapa yang memulai, sekitar pukul 12.00 WITA massa mahasiswa yang bergerak menuju kantor wali kota langsung berhadap-hadapan dengan petugas di pintu masuk. Batu dan kayu-kayu yang dibawa mahasiswa melayang ke udara dengan sasaran aparat.
Mendapat serangan seperti itu, petugas dengan brutal langsung mengejar mahasiswa sambil mengancam menembakkan gas air mata. "Dari pihak kami juga ada anggota yang terluka," kata Kabag Ops Polresta Kendari Kompol Pambudi yang dihubungi terpisah.
Aparat Polresta Kendari yang didukung anggota Dit Samapta Polda Sultra lengkap dengan water canon berhasil memukul mundur mahasiswa yang kemudian lari tunggang langgang. Seorang anggota BEM Unhalu, Herman, terluka akibat dikeroyok aparat dan PNS Pemkot saat unjuk rasa di Pemkot.
Tak terima dengan perlakuaan terhadap temannya, para mahasiswa lalu melakukan sweeping aparat dan pegawai Pemkot yang masuk kampus Unhalu. Naas, seorang aparat, Bripda Sumardin, usai tugas dari Polda masuk ke kampus. Ia dipukul beberapa orang yang tidak dikenal. Untunglah, satpam Unhalu, Yuspian, langsung melarikan Sumardin ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan pertolongan.
Di kampus mahasiswa yang dipimpin ketua BEM Unhalu Zuhdi Mulkian didampingi Ketua MPM Wahid lalu menggelar konsolidasi di ruang Rektorat.
Ketika sedang rapat itulah, tiba-tiba puluhan Intel polsi berpakaian preman datang menyergap. Aksi yang diikuti dengan tembakan peringatan berhasil menduduki depan rektorat yang dijadikan tempat kumpul mahasiswa. Aparat terus masuk ke dalam hingga ke Puskom Rektorat. Mereka mencari mahasiswa yang melukai rekannya, Sumardin.
Terus terdesak, mahasiswa lari ke Auditorium Mokodompit. Di sinilah seorang mahasiswa, La Riada, tertembak paha kanannya. Melihat temannya tertembus peluru, ratusan mahasiswa kemudian bergerak menyerang sehingga puluhan Intel mundur. Mahasiswa kembali duduki Rektorat.
Mahasiswa melampiaskan kemarahannya dengan membakar tiga kendaraan roda dua milik aparat, termasuk kendaraan milik Sumardin yang dibakar di depan kantor pusat Unhalu.
Situasi makin mencekam. Terlebih setelah ratusan aparat anti huruhara tampak di pelataran Rektorat. Dipicu oleh aksi lempar batu oleh mahasiswa, aparat merangsek memukul mundur mahasiswa yang terjebak masuk ke ruang Rektorat. Secara beringas aparat memukuli para mahasiswa yang tidak sempat menyelamatkan diri.
Tak hanya itu, aparat mengamuk membabi buta dengan memukul jendela kaca rektorat, termasuk merusak kendaraan roda dua yang diparkir di pelataran Rektorat. Kendaraan motor Yos Hasrul, wartawan Trans TV, dirusak aparat. Seorang wartawan stringer ANTV, Hanan, pun tak luput dari pukulan aparat.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kapolresta Kendari AKBP Adhitya Wiratama SH mengatakan, masuknya aparat keamanan ke kampus Unhalu untuk menyelamatkan salah seorang anggota polisi dari Polda Sultra, Bribda Sumardin, yang disandera mahasiswa. "Kami masih menyelidiki kasus dan tersangkanya," kata Adhitya.
Hingga pukul 23.30 Wita tadi malam masih digelar pertemuan antara Rektor Unhalu Mahmud Hamundu dengan Kapolda Sultra Brigjend Polisi Djoko Satriyo, Kasdam VII Wirabuana Brigjen TNI Wibowo, dan Danrem 143/Haluoleo Kolonel Inf MP Hutagalung.
referensi : || Indo Pos Online ||
Siapa yang harus disalahkan ? menurut anda?
Share This Thread