Prakata : Terinspirasi dari cerita hujan vs hujan berkisah cewek maso yang gemar makan bakso, buatan onee-chan kita yang satu itu.
So, selamat membaca
---
Aku adalah besi.
Keras. Dingin. Kejam. Tak mungkin bisa mencinta. Tak mungkin bisa dicinta.
Begitu kata semua orang. Begitu hardik semua orang.
Mereka tak tahu betapa aku tersakiti mendengarnya. Mereka tak tahu betapa dingin dan hampa hidupku karenanya. Mereka tak tahu bahwa aku tak lebih dari jiwa kering yang haus akan setetes cinta. Mereka tak tahu betapa rindunya aku pada dia yang suatu saat nanti mampu membebaskanku dari penjara besi hati ini.
Karena itulah tak bisa kuumpat luap senang gembira ketika dia yang selama ini kucari disatukan denganku.
Kulit putih lembut nan menawan yang menyilaukan hati. Tubuh besar kokoh yang memberi impresi nyaman tuk melindungi. Nilai pertamaku terhadapnya begitu tinggi. Dan hari-hariku bersamanya menjadikan ia tampak begitu sempurna.
Kami saling membutuhkan, saling melengkapi. Cintaku yang membara tak melelehkan cintanya. Rasa sayangku yang besar tak menciutkan nyalinya. Hasratku untuk meninggalkan jejak di tubuh bukan masalah baginya
Ya, jejak.
Luka..
Gores..
Sayat..
Perlambang rasa cintaku padanya. Tanda bahwa ia adalah milikku seutuhnya. Bukti bahwa kami terikat selamanya.
Dan ia tak keberatan. Dia tak pernah keberatan.
Ia memberi tahu bahwa tubuhnya adalah ruang cinta kita. Bahwa setiap luka yang ditoreh adalah kehormatan untuknya.
Aku tak bisa bohong, air mataku meluap tanpa henti. Betapa aku bahagia mendengar kalimat itu darinya.
Ia menerimaku apa adanya. Bukankah ini impian setiap jiwa yang ingin dicinta? Detik itu jugalah aku yakin, bahwa untukku lah ia tercipta.
Ia milikku.
Tak ada yang boleh merebutnya dariku.
.
.
.
Betapa takdir mempermainkanku.
Dia yang selama ini kudewakan, peleleh baja yang selama ini mencangkang mimpiku, pengisi relung kosong hatiku.
Ternyata dimiliki yang lain.
Dan tak hanya satu.
Namun dua.
Tidak-tidak.. kurasa Tiga.
Tiga. Dan seluruhnya meninggalkan jejak serupa.
Ia pikir aku tak tahu? Lupa? Ia pikir aku tak akan memperhatikan? Tempat dimana aku menyayatnya, letak dimana aku menusuknya, seberapa lebar, seberapa panjang, seberapa dalam, DIA PIKIR AKU TAK TAHU?
Jejak cinta yang kutinggalkan pada dia yang menarikku keluar dari penjara sepi sedingin es, pada sosok yang membanjiri ketandusan hati ini dengan kasihnya, pada sang satu.. yang membuatku percaya akan cinta.
Pikirnya.. aku.. tak akan tahu?
.
.
.
Takut.
Aku takut.
Aku takut akan dicampakkan. Aku takut dibuang. Aku takut ia melupakanku. Aku tak ingin ia meninggalkanku. Aku tak ingin kembali lagi ke masa-masa itu.
Aku takut.
Takut.
.
.
Kalau memang harus begitu jadinya, biarlah aku yang mengakhiri. Biarlah aku yang menghabisi. Biarlah aku yang menutup takdir kami dengan ‘jejak’ terkahir.
Tapi ketahuilah. Tak peduli berapa belas, berapa puluh, berapa ratus jejak lain ditorehkan pada tubuhmu, aku akan tetap, selalu, dan untuk selamanya.. terus.. mencitaimu.
Terimalah.. jejak cintaku yang terbesar, yang akan mengakhiri hidupmu, juga hidupku.
.
.
Aku bukanlah besi.
Aku lemah. Cepat kalap. Mudah menangis. Tak mampu menahan besarnya cinta dalam diri. Merasa menjadi etentitas paling berbahagia ketika bersatu dengannya.
Pada akhirnya.. aku hanya pribadi kecil yang penakut. Takut akan ditinggal oleh satu yang sangat berharga bagiku.
Pada akhirnya.. aku memilih untuk pergi bersamanya.
Spoiler untuk Oh, ia.. lupa kasih judul :
Share This Thread