Seperti yang kita ketahui dulu jajanan “Es Selendang Mayang” ini banyak sekali di jajakan di pinggiran kota hingga pemukiman elite, salah satu jajanan es tersulit apabila dicari di Jakarta, Selendang Mayang namanya dari segi nama es ini bukan tergolong es yang popular di masa ini. Benar sekali es Selendang Mayang ini merupakan es legendaris di Jakarta dan masuk dalam kategori es yang sudah langka keberadaannya.
Sayang sekali banyak juga yang mengira ini minuman atau jenis busana bila dilihat dari namanya. Es Selendang Mayang Merupakan jajanan atau minuman tradisional khas Betawi. Rasanya manis, gurih, dan semakin segar ketika diberi batu es. Saat dicicipi, campuran kue dari sagu aren yang gurih, berpadu dengan rasa manis dari gula Jawa, asin gurih dari santan langsung menyergap lidah.
Siang hari yang terik paling enak minum es. Dan tentu saja Jakarta adalah gudangnya beraneka-ragam es. Dari es puter keliling, es campur, es cendol, es doger, bahkan es krim yang ditawarkan di pusat perbelanjaan elit. Dulu warna es Selendang Mayang hanya merah dan putih tetapi kini ditambahkan warna hijau juga dengan alasan biar tambah bervariasi warnanya.
Ini tutur seorang penjual es Selendang Mayang yang saya temui di daerah Monas, yang bernama Narto. “Penghasilan penjual es Selendang Mayang dengan penjual kue tidak jauh beda sama” yang berpenghasilan hanya 150 perbulan mungkin hanya untuk makan sehari dan untuk kebutuhan lainnya sulit, apalagi dengan kenaikan harga bahan pokok yang tidak disesuaikan dengan penghasilan pedagang-pedagang.
Bang Narto tidak mematok waktu kapan pulang dan berangkat selama seharinya. Jika pembeli ramai dan hanya membawa satu nampan Selendang Mayang, Bang Narto bisa pulang lebih cepat. Cuaca juga mempengaruhi untuk bisa pulang lebih cepat atau tidak. “Kan kalau hujan dagangan suka tidak laku, jadi saya lebih lama berkelilingnya” ucap Narto.
Awalnya penjual es Selendang Mayang menjual dagangannya menggunakan pikulan dari berkeliling masuk dari kampung satu ke kampung lainnya. Namun sekarang ini jangan harap anda liat pemandangan seperti itu lagi. Pada saat ini banyak pedagang menggunakan gerobak untuk menjajakannya. Kita hanya dapat menemukannya di event-event tertentu seperti Pekan Raya Jakarta atau di daerah Monas.
Tidak peduli di mana pun makanan tradisional ini dijual. Yang jelas, kita sebagai warga Indonesia harus mau melestarikannya. Jangan sampai warisan leluhur ini hilang peradabannya ditelan bumi. Untuk masyarakat lain juga harus sering-sering membeli makanan tradisional. Selain tidak kalah nikmat dengan makanan modern yang harganya jauh lebih mahal, makanan tradisional juga baik untuk tubuh karena sedikitnya penggunaan bahan pewarna.
Setelah mewancarai penjualnya, saya langsung mencari beberapa konsumen yang lagi berjalan bersama anaknya, bernama Ibu Puput saya tanya tentang es Selendang Mayang, Ibu Puput datang ke Monas buat Santai-santai dan menikmati Tugu Monas, sambil nyicip-nyicip makanan atau minuman khas Betawi, “saya sangat senang ke Monas karena di tempat-tempat lain atau pun didaerah rumah saya tidak ada yang berjualan es Selendang Mayang’ ujar Ibu Puput. Sangat menyesalkan karna makin lama jajanan es Selandang Mayang ini semakin hilang di telan zaman.
Saya langsung mencari panitia ataupun pengurus di tugu Monas, Pak Amin namanya, Ia menjadi yang mempromosikan tugu Monas dan sebagai petugas keamanan. Orang-orang yang datang ke tugu Monas biasa untuk menikmati pemandangan tugu Monas dan nyicip-nyicip makanan atau minuman khususnya es Selendang Mayang, “Saya menyayangkan jajanan es Selendang Mayang sudah langka sekali”, ucap Pak Amin. Pengunjung saat senang tidak hanya menikmati Monas tapi dengan jajanan yang beraneka ragam seperti es Selendang Mayang, yang dapat menjadi wisata yang bagus di daerah Jakarta.
Share This Thread