
Originally Posted by
sh4_no
Part – 5 Sahabat perang yang baru, serta camp yang baru
Tiba-tiba langit menjadi gelap, dan ada suara, yang berbahasa elf, dimana aku tidak mengerti apa yang dibicarakan. Namun, tiba-tiba muncul bulan sabit, dan cahayanya langsung menerangi mayat Shendelzare, dan para ghoul yang sedang menyantap sisa-sisa tubuh Shendelzare tiba-tiba mati begitu saja terkena sinar itu. Saat itu pula, kulihat ketakutan terpancar dari wajah Mortred, saat itu juga aku bertanya pada dirinya….
“ Mor….tred…., kraaah, suara….sia…..pa…..itu….? “
Dengan nafas yang terputus-putus, dan wajah yang penuh ketakutan Motred menjawab pertanyaanku….
“ Itu suara Dewi Elune, beliau pasti mengawasi kita daritadi. Dia pasti memiliki suatu rencana…., dia… “
Sebelum Motred menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba dari sisa tubuh Shendelzare bangkit sesosok arwah, yang lama-kelamaan berwujud seperti Shendelzare sendiri. Arwah itu memandang kami dengan sinis, serta mengeluarkan geraman yang terdengar sangat ganas. Lalu, arwah itu menghilang begitu saja, entah emana, diikuti menghilangnya bulan sabit mistis di langit. Aku yang tidak tahu menahu soal Dewa maupun Dewi bangsa Elf hanya terbengong-bengong, tidak seperti Mortred yang ketakutan. Mortredpun dengan segera memberiku isyarat untuk pulang ke camp Scourge.
Beberapa saat kemudian, kami telah tiba di camp scourge. Setiba di camp scourge, Lich King mengatakan sesuatu padaku….
“ Leoric, tugas pertamamu sudah berjalan dengan lancar, aku sudah mempercayai kekuatanmu. Sekarang, kau dan Mortred adalah jendral di pasukanku, untuk selamanya, huahahahahaha..... “
Tawa Lich King yang terakhir terdengar begitu licik di telingaku, namun aku tak mengerti apa yang dirasakan Mortred. Bahkan, ia terlihat sulit beradaptasi di camp barunya, dia segera mencari hutan, untuk tempat tinggalnya. Aku hanya berpikir, dia pasti sulit untuk meninggalkan area pepohonan, yang selama ini sudah menjadi rumah kesayangannya.
Sejenak kemudian, aku melamun. Aku samar-samar mendengar suara Davion. Aku juga membayangkan, sosoknya waktu dia masih anak-anak, saat pertama kali ia kudidik mengayunkan pedang. Namun, lamunanku pecah dengan cepat, karena aku mendengar namaku di sebut oleh beberapa jendral veteran Scourge, yang berada di belakangku.
“ Hai, kudengar kau bernama Leoric ya?, huahahaha, jadi kau bangga dengan kemenangan pertamamu?, huh.... “
Kulihat makhluk berbentuk laba-laba itu menertawakanku. Aku juga merasa bahwa dia sedang mengintimidasi diriku. Tanpa pikir panjang, aku menjawab perkataannya....
“ Kraaah, ja....di...., kau pikir...., laba-laba sepertimu...., sudah cu....kup kuat un....tuk.... menantangku....? Kraaah, aku....tidak....takut.... “
Mendengar ucapanku, makhluk itu dengan segera mengeluarkan duri-duri panjang, yang kira-kira berukuran satu meter dari kulitnya yang sudah terlihat tebal itu. Tanpa pikir panjang, aku juga mengambil pedang yang ada di punggungku. Aku siap menyerang da diserang oleh makhluk jelek itu. Pertama, dia memukul tanah, dan mengeluarkan duri-duri berarah vertikal setinggi dua meter kearahu dengan cepat. Aku dengan segera membelah duri yang ada di depanku sambil mengelak ke belakang. Makhluk itu terlihat makin marah. Dia menggeleng-gelengkan epalanya seperti banteng ganas.
Setelah menggeleng-gelengkan kepalanya, dia menyemburkan kilat berwarna hijau ke arahku. Kilat itu kutepis dengan tamengku, dan menghilang. Makhluk itu semakin marah, dia tiba-tiba menghilang entah kemana. Saat kulihat sekitar, para ghoul, dan jendral lain memandang duel kami, sambil bersorak-sorak. Terlihat pula, ada beberapa jendral yang bertaruh atas pertarungan kami, dengan taruhan barang-barang sejenis Crystalis, Helm of Dominator, dan barang lain yang tak pernah kulihat.
Tiba-tiba kurasakan hawa pembunuh di belakangku. Dengan segera kuayunkan pedangku ke arah belakang, dan benar saja, makhluk itu ada di belakangku, siap menerkamku dengan kedua tangannya yang tajam seperti pisau, namun tertepis oleh ayunan pedangku. Dia terlihat lebih marah, namun, aku dengan segera menyerangnya dengan pedangku. Kupatahkan duri-duri dari kulitnya, namun usahaku sia-sia. Dalam hitungan detik, duri-duri itu tumbuh kembali seperti semula. Dan apa yang terjadi?. Tanganku tertancap oleh duri yang baru saja kupotong. Tanpa banyak pikir, kucabut duri itu, dan benar saja, lubang di tanganku ternyata cukup dalam.
Lubang itu dengan cepat tertutup, dan aku merasa semakin tertantang. Kulempar paluku ke arah laba-laba itu. Dia segera terpental, dan tubuhnya terbalik. Kulihat, ternyata di bagian perut makhluk itu, kulitnya sungguh tipis, dan saat aku akan menusukkan pedangku ke perutnya, tiba-tiba ada sebilah pedang yang menghalangi pedangku untuk menembus tubuh laba-laba besar ini. Ketika kulihat, ternyata pemilik pedang itu adalah..........
TO BE CONTINUED
All, sorry kalo bagian ini membosankan ato jelek ya ::ampun::
Share This Thread