Title: Forever JoyNotes: Daripada jadi spoiler, ada baiknya baca ceritanya dulu sebelum baca comment dari pembaca lain. Hehe
Dan Thanks buat yg uda ngevote cerita ini dan yang uda kasi comment ^^
Author: RiX777
1. A Shoot Of Somber
Hai teman-teman, namaku... err... orang-orang di sekitarku memanggilku Weileeng (weiling). Karena saat aku terlahir ke dunia yang kelam ini, terdapat tulisan itu di bawah mata kananku, seperti sebuah tatoo, cukup kecil tapi tetap terbaca dengan jelas. Dokter menyatakan aku terlahir sehat dan tidak ada ke-abnormalan apapun di luar masalah tulisan "Weileeng" itu.
Saat itu, di hari pertama ayah ibuku menggendongku... mereka memberiku nama yang sangat tidak lazim bagi orang-orang yang tinggal dan dibesarkan di Indonesia... Mereka menamaiku "Laif een Eterna"... "Laif" bukan dibaca La' if, tapi dibaca: Laif, sesuai tulisannya, sedangkan "een" dibaca: in. "Eterna" dibaca: Eterna. Ayah ibuku sangat bahagia membawaku pulang dari rumah sakit untuk pertama kalinya ...dan untuk terakhir kalinya.
Ya, tepat setelah nama lengkapku disebutkan oleh ayah dan ibu secara bersamaan... ayah dan ibuku secara hampir bersamaan pula menemui ajalnya.
Ayahku yang pertama, saat ia sedang bercanda-canda denganku yang ada di pelukan ibuku, Ayahku tergelincir oleh sesuatu saat ia melangkah mundur, bagian belakang kepalanya terbentur anak tangga yang langsung mengakhiri hidupnya. Ibuku yang keadaannya masih lemah, mengalami serangan jantung mendadak dan riwayatnya pun selesai pada detik itu juga... meninggalkan diriku sendiri tanpa pembimbing.
2. An avian 'who' learns to fly
Aku Laif een Eterna... umurku 11 tahun, aku sekarang bersekolah di sebuah sekolah swasta, duduk di kelas 5 SD. Teman-temanku... aku tidak punya teman bermain, semua yang di sekitarku hanyalah 'teman' kelasku. Mereka tidak pernah tahu tentang nama yang tercatat di akte kelahiranku. Mereka, anak-anak ingusan yang tidak mengerti arti sebenarnya dari dunia ini tidak pernah mempedulikanku.
Apabila mereka ingin memanggilku, mereka memanggilku Weileeng, tatoo kecil di bawah mata kananku. Itupun hanya untuk: "Hei Weileeng! minggir! kami ingin menggunakan meja ini!!" Aku tidak pernah mempedulikan mereka apabila mereka memanggilku dengan sebutan 'bodoh', 'kau', 'anak terkutuk', atau yang lainnya. Tapi karena aku sadar mereka tidak tahu nama asliku, aku biarkan mereka memanggilku Weileeng saja.
Mengapa mereka tidak berani menyakitiku? Itu karena aku pernah secara tidak sengaja menghabisi nyawa seorang preman besar di jalan sempit menuju rumahku, orang itu berumur sekitar 30an tahun yang terus menerus mengancam akan menyakitiku apabila aku tidak menyerahkan seluruh uang sakuku. Yang kulakukan waktu itu hanyalah mendorong bahu kanan orang itu, betul... dia dalam posisi berlutut karena tinggiku waktu itu masih di sekitar 150 cm. Tapi orang itu malah seperti kehilangan keseimbangan akibat dorongan pelanku itu dan tubuhnya terduduk ke jalan, kebetulan ada motor datang dengan kecepatan tinggi melewati jalan kecil itu. Saat preman itu terduduk, sepertinya ada batu yang terduduk dan membuatnya secara reflek terlompat sedikit ke belakang dan mengakibatkan kepalanya tersambar motor yang lewat itu. Preman itupun 'tamat' di depan mataku yang hanya diam menatap tubuh tak bernyawa itu. Semua orang yang ada di sekitar sana mungkin menjadi takut padaku karena ini bukan kejadian sadis yang pertama kali mereka lihat. Lagipula, apa yang telah kuperbuat hingga mereka takut padaku?
3. A hatchling of nightmare
Aku Laif een Eterna... umurku 4 hari, aku dibesarkan oleh bibiku yang baik hati. Ia selalu dirundung kesedihan sebelum aku muncul di dalam kehidupannya. Kehidupannya sejak kedatanganku berubah menjadi semakin tragis. Bibi meminta ijin pamanku untuk merawatku karena aku tidak punya orang tua lagi, tentu saja paman tidak setuju, penghidupan keluarganya sendiri saja sudah tidak mampu ia biayai. Lagipula, paman juga membenci almarhum ayahku yang berada dan terkadang congkak. Bibi secara diam-diam mengambilku dari rumah sakit saat aku masih berusia 4 hari, ...mengambil dengan legal tentunya, bukan menculik. Paman tidak mengetahui hal ini, karena ia sedang mengadu nasib di pulau seberang. Di keesokan harinya, terdengar kabar bahwa kapal yang ditumpangi paman tenggelam. Jasad paman beserta penumpang lainnya hilang tak ditemukan. Ini seharusnya tidak ada hubungannya denganku, aku tidak melakukan apa-apa, tentu saja bibi juga tidak pernah menyebut diriku sebagai pembawa mimpi buruk. Tetapi hal ini digosipkan oleh tetangga di sekitar rumahku.
4. A seven-years-old boy
Aku Laif een Eterna... umurku 7 tahun, aku seorang anak laki-laki. Bibiku mencari uang dengan susah payah untuk menyekolahkanku di SD yang cukup baik. Bibiku bekerja tiap harinya dari pagi hingga sore sebagai karyawan sebuah perusahaan benda-benda elektronik. Malamnya beliau masih sempat berjualan ayam kalasan... hmmm, aku suka masakan bibi. Sebenarnya bibi sangat pintar dalam mengumpulkan uang, bibi dapat memanfaatkan kesempatan apa saja untuk menguntungkan dirinya, tapi setiap kali uang sudah mulai terkumpul... selalu saja ada bencana yang datang menimpa. Entah itu perampokan yang pernah terjadi pada rumah kami sampai kejadian aneh seperti datangnya gerombolan anak-anak pengamen ke jalan kecil di depan rumahku yang meminta-minta, bibi yang terlalu baik hati pun tidak sanggup menolak wajah-wajah tak berdosa dari anak-anak pengamen itu. Kehidupan sulit ini terus berlanjut, sampai pada suatu saat bibi mulai kehilangan semangat hidup. Dia merasa apapun yang dilakukannya selalu berbuah dengan kegagalan, banyak tetangga dan teman dekatnya yang menyuruhnya untuk membuangku karena aku disebut sebagai pembawa sial. Manusia 'normal' ada batas kesabaran.
Bibi yang selama ini kupercaya dan kusayangi ternyata bisa berubah juga. Beliau berniat untuk mencampurkan sejenis serbuk racun kimia mematikan ke segelas air yang akan diberikannya padaku. Serbuk itu didapatnya dari teman dokternya yang juga ingin melenyapkanku dari bumi. Tapi saat ia ingin menaburkan serbuk itu dari tempatnya, bibi bersin. Apa yang dilakukan orang sebelum bersin? Menghirup banyak sekali udara, ya... bibi menghirup cukup banyak serbuk itu dan mati mengenaskan dalam waktu yang cukup singkat. Aku memanggil tetangga sebelah untuk membantuku mengurus jasad bibiku yang baik hati itu. Aku tidak akan pernah melihatnya lagi di bumi.
5. Hardship
Aku Laif een Eterna... umurku 15 tahun, aku tetap hidup dan tinggal di rumah bibi karena dibiayai oleh teman dokter bibi yang takut kasus percobaan pembunuhan ini tersebar. Aku sempat bertemu dengannya saat polisi dan ambulans datang ke rumahku di saat kejadian tragis itu. Aku tahu orang yang memeriksa bibi adalah dokter yang memberikan bibi serbuk racun itu karena aku sering lihat bibi berbicara dengannya di rumah, ia sering berkunjung. Aku menghampiri sang dokter dan mengatakan: "Kenapa kau berikan serbuk ini pada bibi?" Polisi yang ada di sana pun mendengar hal itu dan bertanya-tanya pada sang dokter. Diapun berkelit dengan pintar, lagipula siapa yang percaya kata-kata tidak pasti dari anak kecil?
Tetapi ternyata sang dokter cukup gentar dan takut akan dirundung kesialan karena telah berhubungan denganku. Ia pun memintaku untuk tutup mulut dan akan membiayai hidupku, tapi aku harus tetap tinggal di rumah ini tanpa sepengetahuan polisi.
Ya, hal itu sangat memungkinkan, tempat tinggalku terletak di pemukiman yang cukup sepi, aku hanya cukup tinggal di tanah kosong dan tidur di dalam sleeping bag dalam beberapa hari sampai police-line sudah disingkirkan dari "rumahku." Pintu depan dikunci, tentu saja aku sudah punya kunci cadangannya. Aku tetap tinggal di situ, dibiayai oleh dokter berkasus. Tetangga-tetanggaku tahu semua akan hal ini, tapi mereka tutup mulut.
6. Love of Lament
Aku Laif een Eterna... umurku 17 tahun. Di daftar contact list HP ku hanya tercatat 2 orang. Siapa mereka? Yang pertama adalah sang dokter berkasus. Yang satunya lagi adalah seorang teman kelasku yang juga bernama sangat aneh... "Four Eva"... sering terdengar seperti "forever", ia lebih sering dipanggil Four oleh teman-temannya, dan dipanggil Eva oleh guru-guru. Dia seorang murid perempuan yang cukup cerdas, ...cantik? tidak ada yang cantik bagiku di dunia ini, semuanya akan berakhir dalam wujud yang sama.
Dia sudah mengenalku sejak kelas 1 SMA yang artinya satu tahun yang lalu. Dialah orang pertama yang berani mengajakku bicara setelah menyadari nama anehku di absen kelas dan adanya tatoo "Weileeng" di bawah mata kananku. Dia tidak berpikir lama untuk segera mendekatiku dan bertanya-tanya tentang banyak hal akan kehidupanku, dia sangat periang. Aku tidak meladeninya... sampai dia menggeser poni rambutnya yang senantiasa menutupi sebagian mata kirinya... Aku melihat sebuah tatoo aneh di atas alis kirinya...
Dia bilang tatoo itu sudah ada sejak lahir, sama dengan tatoo milikku, entah mengapa aku merasa bisa mempercayai pengkuannya yang tiba-tiba itu.
Setiap hari kami sering bersama-sama, tentunya di saat dia tidak bersama dengan teman-temannya. Di SMA ku pun aku sudah cukup terkenal dengan reputasi "Weileeng the Bad Omen". Yang lebih menarik lagi adalah, teman-teman Four seakan-akan tidak mempedulikan kedekatan kita berdua. Lagipula, tidak ada laki-laki yang tampaknya berani mendekatinya sejak aku berada di dekatnya. Hal lain yang cukup aneh dari Four adalah riwayat hidupnya, cerita yang ia ceritakan semuanya tentang kebahagiaan.
Dia hidup dengan senyum manis di wajahnya setiap hari, dia tidak memiliki keluarga yang kaya raya, tapi hidup dalam kebahagiaan. Ia sering mengatakan kalimat yang sama berulang-ulang: "Kebahagiaan bukan tujuan hidup, kebahagiaan adalah cara hidup". Four bilang dia mendapatkannya dari seorang tokoh, dia sudah lupa. Tapi yang jelas, dia juga banyak mengalami keajaiban, tapi semuanya adalah keajaiban yang bertolak belakang denganku.
7. The Unlying Truth
Aku Laif een Eterna... umurku 18 tahun. Pada suatu malam, aku bermimpi sangat hebat. Aku bermimpi melihat semua orang yang kusentuh akan mengalami akhir hidupnya dengan mengerikan, aku tidak merasakan sedih atau takut sedikitpun. Tiba-tiba aku melihat sosok Four dalam mimpiku, dia datang dan membukan kedua tangannya seakan menungguku menyambut dan memeluknya. Aku hanya diam, dia mendekatiku... aku melangkah mundur... tapi dia terus mendekatiku... kenapa aku harus takut? Apa aku takut Four akan mati juga? Lalu apa? Mengapa aku bisa membiarkan orang lain mati dengan mudah tapi tidak dengan Four? Aku merasa aneh, aku tidak bisa bangun dari mimpiku... Four akhirnya berhenti melangkah dan berkata: "Laif... mengapa kau menghindariku?" Aku hanya diam dan tak berkata sepatah katapun. Dia pun berkata lagi: "Kau tidak pernah menangis, kau tidak pernah ketakutan, kau tidak punya rasa sayang... tapi kau tidak bisa membiarkanku mati di pelukanmu?"
Aku tersentak untuk pertama kalinya dalam hidupku. Dia mengetahui pikiranku yang sebenarnya, aku tidak bisa membiarkannya mati. Akhirnya aku berkata: "Mengapa kau masih ingin menghampiriku walaupun kau sudah tau kau akan mati?"
Dia hanya tersenyum, kemudian menjawab: "Aku menyukaimu, tapi belum pernah memelukmu..."
Aku tidak mengerti jawabannya... tapi aku tidak bisa bergerak melawan logika berpikirku lagi.
Aku hanya ingin membiarkan diriku dipeluknya
Four kembali melangkah maju dan memelukku... aku merasakan kehangatan yang tidak pernah kurasakan selama aku hidup di bumi. Aku ingin selamanya seperti ini... bersamanya... Four Eva
Tiba-tiba tubuh Four memancarkan sinar putih terang..... di sekitar kami berdua terbentuk pusaran angin yang kuat. Tatoo di atas alis kiri Four juga memancarkan sinar putih... dan aku mulai merasakan hal yang aneh dengan tubuhku... tubuhku memancarkan aura hitam pekat... tatoo di bawah mata kananku terasa panas dan juga memancarkan aura hitam...
Akupun mendengarkan suara aneh yang berkata: "Waktu kalian di bumi sudah habis, sebagai wakil pembawa tangis (Weileeng = Wailing) dan pembawa kebahagiaan (Joi - Joy) yang ditugaskan di Indonesia, inilah saatnya bagi kalian untuk menunaikan tugas kalian. Apakah bumi bagian khatulistiwa harus dipenuhi dengan tangis dan hukuman... atau dengan cinta dan kebahagiaan..."
Aku mendorong pelan Four dan melepaskan pelukan
Aku tiba-tiba menjadi seperti orang yang baru sadar dari amnesia, aku langsung mengingat dengan jelas bahwa diriku adalah Eternal Wailing, sang malaikat pembawa bencana dan tangis yang bertugas untuk menghukum dan menguji iman para manusia. Sedangkan lawanku adalah Forever Joy yang selalu memberkati mereka yang hidup dengan cinta dan kebahagiaan, bukan hidup mencari cinta dan kebahagiaan.
Kami ditugaskan untuk mengalami 18 tahun hidup penuh penderitaan dan kebahagiaan untuk mengumpulkan kekuatan potensial yang dimiliki oleh bumi. Apabila kekuatanku lebih besar dari Four, itu artinya bumi memang sudah dipenuhi dengan kebencian dan harus segera dimusnahkan, tetapi apabila Four lebih kuat, artinya bumi masih penuh dengan cinta dan pengampunan serta bisa menjadi tempat manusia hidup selamanya.
Aura hitamku semakin menjadi, teringat kembali semua kejadian di masa kecilku sampai sekarang, semua kesadisan yang pernah kulihat, kekerasan yang hanya kuceritakan sepersepuluhnya, dan masih banyak lagi yang tak mungkin bisa diceritakan semua... Begitu juga dengan sinar putih Four yang menyilaukan, sepertinya bumi tidak layak disebut sebagai dunia kelam dan kejam. Jarak tempat kami berpijak hanya selisih 2 langkah kecil.
Pusaran angin yang kami ciptakan sudah cukup untuk bisa merubuhkan gedung bertingkat. Kekuatanku makin menjadi saat ingatan-ingatan jahat manusia-manusia yang pernah kutemui kembali merasuki kepalaku... di punggungku tiba-tiba tumbuh sepasang sayap hitam yang besar... Aura hitam di sekeliling tubuhku melahap sinar putih Four yang tidak bertambah kuat... Ini artinya Four kalah? Dan dia harus lenyap bersama dengan segala cinta dan kasih sayangnya?
...
Four mulai redup, sinar di tubuhnya makin redup dan tidak bisa menandingi kekuatanku... dan akhirnya dia terjatuh ke arahku... aku menangkap tubuh lemahnya dengan kedua tanganku yang sudah berubah jadi hitam dengan cakar yang tajam. Saat tanganku menangkapnya, sinar di tubuhnya mendadak hilang dan dia kembali seperti manusia biasa... dan berkata dengan lemah: "Aku kecewa, ternyata banyak manusia bumi tidak mengerti arti kebahagiaan yang sebenarnya, ..." Aku diam tak berkata apapun... pusaran angin pun berhenti karena satu kekuatan besar di alam semesta ini baru saja dikalahkan. Four melanjutkan kata-katanya: "...tapi aku senang, ...berakhir di... tanganmu... ...a-aku..."
Four tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, dia sudah lenyap... aku merasakan sesuatu di mataku, mataku sepertinya basah dan berair... inikah rasanya menangis? Air mata mengalir dari ujung mataku, melalui pipiku... dan menetes di wajah Four...
Four menghilang perlahan dari hadapanku...
Terdengar kembali suara yang bergema itu: "Tugasmu sudah selesai, beristirahatlah dulu... kau akan kembali bertugas nanti"
...aku terbangun dari mimpi.
Aku melihat ke cermin di lemari bajuku, ...tatoo "Weileeng" itu sudah hilang dari mata kananku...
Aku kemudian bersiap dan berangkat ke sekolah, aku berpapasan dengan beberapa tetanggaku yang langsung menyapaku dengan: "Selamat Pagi, Joy!" Ya, sekarang namaku adalah Eternal Joy, kebahagiaan abadi. Cinta dan kasih sayang telah mengalahkan kebencian dan kesedihan untuk membentuk sebuah kehidupan baru yang penuh dengan tawa dan canda.
Four hilang dari alam ini selamanya... tapi dia tetap hidup di atas alis kiriku...
by: RiX777
Thank you for reading... Forever Joy
Share This Thread