Results 1 to 3 of 3
http://idgs.in/725688
  1. #1

    Join Date
    Jan 2010
    Location
    -
    Posts
    16,131
    Points
    1,150.41
    Thanks: 500 / 612 / 314

    Default [Legenda] Pertandingan Basket Terhebat Tanpa Penonton

    MONTE CARLO SCRIMMAGE : Sepuluh Pemain NBA "Hall of Fame" 'bertarung' di satu lapangan yang terkunci, untuk membuktikan siapakah di antara mereka adalah yang terbaik!

    "It was the most fun I ever had on a basketball court." -- Michael Jordan
    (itu adalah pertandingan paling menyenangkan yang saya pernah alami di lapangan basket)



    Rekaman pertandingan ini --yang tidak disebarluaskan ke umum hingga hari ini-- adalah harta karun olahraga basket.

    Para pemain : para atlit basket kontingen USA Olimpiade 1992 berjuluk "The Dream Team", yang hingga hari ini disebut sebagai "the most dominant squad ever assembled in any sport", atau "the greatest sport team ever assembled".



    Sekilas Tentang Team
    Setelah pencapaian memalukan dengan hanya meraih medali perunggu dengan pemain amatir di olimpiade 1988, USA diperkenankan mengirim kontingen berisi atlit profesional yang berlaga di liga NBA. Ego para bintang NBA turut membumbui kisah legendaris yang terus diingat dan diperbincangkan hingga hari ini.
    Suatu ketika wartawan bertanya, "jika keadaan terdesak lalu dan hanya ada kesempatan shoot satu kali untuk menang, siapa yg akan melakukannya?"
    "Saya", jawab Michael Jordan yakin.
    "Saya", jawab Patrick Ewing nyaris berbarengan, tidak mau kalah.
    Di kesempatan lain, Earvin "Magic" Johnson mengatakan, "saya mau mengoper bola ... lihat ke kanan ada Michael Jordan, lihat ke kiri ada Larry Bird dan Charles Barkley, saya nggak tahu harus mengoper ke siapa!"

    Persiapan Pertandingan
    Setelah memenangkan serangkaian pertandingan pra-kualifikasi dengan selisih skor mencolok, team USA bermain tanpa greget dalam sebuah pertandingan persahabatan melawan team Perancis di kota Monte Carlo. "Kami banyak melakukan operan buruk", kata Larry Bird.
    Esok harinya, tanggal 22 Juli 1992, pelatih USA Chuck Daly memutuskan bahwa para bintang egois ini membutuhkan extra motivasi. Ia mengumpulkan mereka semua di sebuah lapangan basket indoor, menutup semua pintunya, melarang media meliput permainan ini; kecuali seorang kameraman resmi team USA bernama Pete Skorich.

    Sang pelatih membagi team menjadi dua:
    Team Biru : dipimpin oleh Earvin "Magic" Johnson, beranggotakan Charles Barkley, David Robinson, Chris Mullin, Clyde Drexler, and Christian Laettner.
    Team Putih : dipimpin oleh Michael Jordan, beranggotakan Karl Malone, Patrick Ewing, Scottie Pippen, John Stockton, dan Larry Bird.

    Pembagian yang bagus sebenarnya, karena hampir setiap anggota team memiliki rival cerminan di team lawannya pada posisi yang sama.

    Posisi Center : David Robinson vs Patrick Ewing
    David terkenal konsisten, kalem, seorang jendral lapangan yang disegani di San Antonio Spurs. Ewing eksplosif, dunker dan sekaligus penembak jitu -skill yang langka dimiliki seorang center.

    Posisi Power Forward : Charles Barkley vs Karl Malone
    Barkley adalah monster! Pada tahun itu orang banyak menjajarkannya dengan Jordan sebagai pencetak angka ulung, ditambah lagi ia adalah rebounder ngotot. Karl Malone tidak mau kalah oleh Barkley. Ia ingin mematahkan anggapan sumbang bahwa Karl 'terlihat' hebat karena ada John Stockton yang selalu memberi operan matang kepadanya di klub Utah Jazz.

    Posisi Small Forward : Chris Mullin & Christian Laettner vs Scottie Pippen & Larry Bird
    Larry Bird sang legenda, sedang kumat cedera punggung. Ia adalah the best shooter in the NBA. Meskipun lamban, tapi sebagai gantinya ia ahli menipu lawan dengan bahasa tubuhnya.
    Mullin meskipun tidak lincah ataupun kekar, tapi seorang jago shooter. Kelebihannya adalah kemampuannya membaca permainan dan arah passing lawan belum ada tandingannya hingga saat ini. Pippen tidak mau dianggap sebagai bayangan Jordan di Chicago Bulls, kemampuan defense nya cemerlang.
    Laettner, agak menyedihkan, tidak diinginkan kedua team. Tapi yah, dia anggota Dream Team 1992.

    Posisi Point Guard : Magic Johnson vs John Stockton
    Keduanya adalah pengumpan terbaik di NBA!
    Magic Johnson terkenal dengan fastbreak dan seni menyerang yang indah serta operan nan ajaib yang disebutnya "Showtime". Mantra permainannya adalah "i'll bring everybody together". Stockton adalah pengumpan efektif dan master mencuri bola dari tangan lawan. Meskipun bertubuh kecil namun ia tangguh, terkenal ngotot saat bertahan.

    Posisi Shooting Guard : Clyde Drexler vs Michael Jordan
    Jordan memang tiada duanya. Manusia bionic dan pencetak angka paling ajib. Siapa tidak kenal Michael Jordan? Tapi Drexler juga bukan lawan sembarangan! Bagi kenal era NBA 90-an, pasti tahu Drexler adalah pilihan MVP kedua setelah Jordan, unggul tipis. Bagai cerminan Jordan yang eksplosif, Drexler kalem di lapangan namun kemampuan finisher-nya hebat sekali. Bila Jordan hebat defensive reboundnya, Drexler unggul pada offensive rebound.
    Sayangnya tidak lama Drexler dan Stockton ditarik karena keduanya sedang masa pemulihan cedera.

    Chuck Daly mengatakan "inilah saatnya! (kesempatan kalian membuktikan diri)".
    Semua anggota team tahu bahwa dengan team berisikan penuh pemain bintang, setiap orang ingin memperlihatkan bahwa 'SAYA-lah yang terbaik. kamu tidak lebih baik dari saya'. Ini bukan acara NBA AllStar yang santai. Juga bukan soal uang. Bukan soal klub, atau piala, atau medali emas olimpiade. Ini tentang harga diri!
    Mereka berkumpul antusias, semangat 'inilah saya, dan ini yang saya punya. Kamu punya apa?' terasa di atmosfir permainan.
    Seorang wasit dari Italia -yang semua orang lupa namanya- ditunjuk sebagai pengadil lapangan.

    Tip-Off
    5 vs 5 bersiap untuk tip-off. David vs Ewing di dalam lingkaran, mengambil ancang-ancang.
    Wasit melempar bola ke udara, kedua center wahid itu melompat, berusaha menggapai bola.
    David berhasil menyentuh bola. (rekaman memperlihatkan tip off ini illegal karena bola masih melambung ke atas, namun tidak terlihat oleh wasit).
    Laettner bergerak menggapai bola, Pippen melakukan hal yang sama. Laettner mendapat bola (sejarah akan mencatat ini terakhir kalinya ia bisa mengalahkan Pippen). Ia mengoper bola ke Barkley, yang setelah menerima bola, dribel beberapa langkah, lalu memotong tajam pada celah di antara Jordan dan Bird. Jordan menepis pergelangan tangan Barkley yang sedang layup. Peluit berbunyi. Good! (bola masuk ke dalam keranjang), sekaligus Foul.
    Para pemain menoleh ke arah pelatih, memohon petunjuk. Chuck Daly mengatakan agar diadakan tembakan hukuman (free throw) untuk setiap foul. Persis seperti sebuah pertandingan final.
    Jordan meminta handuk. Dalam kondisi udara yang amat lembab, setiap pemain banjir keringat. Barkley berhasil mencetak free throw.
    Team Biru Magic Johnson 3, Team Putih Michael Jordan 0.

    Permainan
    Jordan dribel bola ke wilayah Team Biru. Magic Johnson berseru menyemangati teamnya untuk bertahan. Sekilas, sosok Magic Johnson terlihat seperti kembali menjadi jendral lapangan klubnya Los Angeles Lakers di era 80-an, seorang konduktor, seorang pemain kunci dimana semua energi permainan team-nya berasal.
    Bird mendapat bola dari sisi kanan, dijaga oleh Laettner. Gerakan pinggang Bird berputar, terlihat ia akan mengoper bola ke Jordan. Laettner tertipu, segera ia tertinggal oleh Bird yang mendribel bola ke arah ring, passing ke Malone. Jumpshot Malone gagal, Ewing tidak berhasil meraih bola muntah. Laettner melakukan rebound, passing ke Magic Johnson.
    Magic mendribel bola, melambai ke Laettner dan Mullin untuk melakukan isolation (pemain penyerang bermain melebar ke sisi kiri dan kanan lapangan untuk menarik pemain bertahan dari post, sehingga memberi ruang bagi pemain penyerang yang berdiri di dekat ring). Akibatnya Barkley menjadi lebih leluasa. Bird menjaganya. Barkley menembak, gagal, Laettner melakukan rebound dan good.
    Team Biru Magic Johnson 5, Team Putih Michael Jordan 0.

    Bola kembali dipegang Team Putih. Malone vs Barkley di sisi kanan. Malone gagal menjaringkan bola. Laettner -pemain terbaik sejauh ini- berhasil rebound. Mereka berbalik menyerang. Laettner dribel bola ke arah ring, Ewing menahannya dengan bahu hingga Laettner terpental ke luar lapangan. Magic berseru ke Laettner, "Jangan dipaksa!".
    Kali ini Magic Johnson mendribel bola. Ia menerobos di antara Jordan dan Pippen, lalu terdengar peluit wasit. "Itu pelanggaran?", tanya Jordan, heran.
    Semenit kemudian Barkley berhasil memotong aliran bola Pippen ke Ewing, berlari buas ke arah ring dan layup. Bird tidak berhasil menahannya.
    Team Biru Magic Johnson 7, Team Putih Michael Jordan 0.

    Mimik wajah Jordan berubah serius, ia tidak senang kalah. Ia berseru "satu, satu!". Pippen mendapat bola di sayap kanan, mengecoh Mullin lalu menembak untuk memecah kebuntuan team-nya.
    Team Biru Magic Johnson 7, Team Putih Michael Jordan 2.

    Beberapa menit kemudian Mullin, yang selalu bergerak mengendap-endap, berhasil mencuri bola yang didribel oleh Jordan. Sekali lagi Barkley melesat ke ring lawan, melakukan layup di antara Ewing dan Malone. Barkley berteriak, "Foul! Pelanggaran!". Tetapi wasit tidak mengabulkannya.
    Team Biru Magic Johnson 9, Team Putih Michael Jordan 2.

    Malone kembali gagal menjaringkan bola. Magic rebound bola lalu berlari. Ia berkata, "aku melihatmu" lalu passing ke Mullin yang berdiri bebas. Tanpa terduga Mullin gagal menjaringkan bola (ia terkenal shootnya hampir pasti berhasil jika sedang tidak dijaga).
    Barkley rebound, mengoper ke Laettner yang lalu menembak. Ewing berhasil memukul bola tembakan. Laettner membuka kedua tangannya kiri-kanan, meminta keadilan wasit.
    "Itu masuk!", seru Magic, yakin bahwa tadi adalah goaltending (peraturan basket, dimana tindakan ilegal dilakukan oleh pemain bertahan menepis bola, padahal bola sudah bergerak dalam kurva turun setelah ditembak).
    "Wasit tidak meniup peluit", balas Jordan.
    "Itu masuk!", kekeuh Magic.
    "Wasit tidak meniup peluit", balas Jordan lagi.
    Magic kembali menang. Bola tadi terhitung goaltending.
    Team Biru Magic Johnson 11, Team Putih Michael Jordan 2.


    *** bersambung di bawah ini ***

  2. Hot Ad
  3. #2

    Join Date
    Jan 2010
    Location
    -
    Posts
    16,131
    Points
    1,150.41
    Thanks: 500 / 612 / 314

    Default

    Bird bergerak dari kawalan Laettner, lalu menembak dengan tangan kiri, gagal. Sakit punggungnya kumat. Laettner hendak melakukan layup hasil operan matang dari Magic Johnson; namun Ewing berhasil membloknya. Sekilas kelihatan ramalan nasib suram karir NBA Christian Laettner di masa depan: ia tidak cukup sigap untuk dunk, atau cukup berotot untuk memaksakan pelanggaran. "Dunk that sh*t, Chris", ledek Jordan, "dunk that sh*t".

    Bird gagal menjaringkan bola. Magic Johnson mencoba lompat dari belakang Pippen agar bola keluar lapangan, namun tidak sesuai harapannya malah bola dipegang Ewing yang segera layup.
    Team Biru Magic Johnson 11, Team Putih Michael Jordan 4.

    Magic Johnson kembali mendribel bola, kali ini wasit menanggap pelanggaran dilakukan oleh Ewing. Malone, benci melihat permainan ini didominasi penampilan Magic, mulai protes. "Sh*t!", serunya ke wasit, "tidak semua hal adalah pelanggaran!".

    Kondisi kelam hatinya tidak juga membaik beberapa saat kemudian ia terhalang oleh screen (semacam perlindungan tubuh) Barkley. Magic Johnson mengoper bola ke arah Mullin yang bergerak secara 'backdoor' dari kawalan Pippen. Good.
    Team Biru Magic Johnson 13, Team Putih Michael Jordan 4.

    Jordan sekarang ingin menjadi pencetak angka. Ia memaksakan screen bersama Ewing sehingga memposisikan Robinson di luar post. Jordan melompat dan menembak dari luar perimeter. Bola memantul dari ring ke board, namun bergulir kembali ke ring. Masuk! 3 point yang beruntung untuk Team Putih.
    Magic Johnson langsung mengambil bola, berseru 'tit for tat'. Jordan berlari untuk bertahan, khawatir serangan balik musuh. Namun Magic Johnson mendadak berhenti, melakukan jump shot dari luar perimeter sambil berkata, "kubalas kau segera", sebelum bola masuk. 3 angka untuk team Biru.
    Team Biru Magic Johnson 16, Team Putih Michael Jordan 7.

    Strategi yang fatal: Magic Johnson terpancing bermain 1-vs-1 melawan Jordan. Meskipun bertubuh lebih tinggi besar, tetapi ia kalah dari segi kekuatan fisik, kecepatan, daya lompat, dan insting membunuh (memasukan bola ke ring), selain itu berlawanan dengan sifat dasar dari seorang Magic Johnson itu sendiri sebagai konsiliator team.

    Jordan, secara pasti mulai 'melangkahkan kakinya' dalam permainan. Ia mendribel bola masuk, mengoper, lalu berlari ke arah kiri luar, menerima operan dari Ewing dan menembak ke ring. Magic terlambat menghentikannya.
    Magic dribel bola, ia menunggu hingga posisi Barkley pas, lalu mengoper padanya. Barkley berputar dan menembak, masuk. "Kalahkan dia (merujuk ke Malone), Charles", kata Magic Johnson.
    Sebagai balasannya Jordan mendribel pelan, lalu mengoper ke Malone yang lalu berputar meniru gerakan Barkley sebelumnya dan menembak, masuk. Tit for tat.
    Malone berseru sambil memukul ke udara, "Kamu bukan apa-apa. You're nothing! You're nothing, Barkley!".
    Team Biru Magic Johnson 18, Team Putih Michael Jordan 11.

    Bird menembak terlalu lemah, bola mengambang di udara. Ia kelihatan lelah seperti orang berusia 100 tahun. Namun Team Putih tetap meraih bola. Jordan memberi tanda agar Malone dibebaskan bertarung di sisi kiri melawan Barkley. Operan bola, Malone bebas dari kawalan Barkley setelah menepis tangannya. Ia menembak. Good!
    Jordan berkata, "ini balasanku".
    Team Biru Magic Johnson 18, Team Putih Michael Jordan 13.

    Setelah beberapa kali bola berpindah tangan, Magic Johnson bergerak, mengoper bola ke David Robinson sambil berkata, "Terus maju, David!". Robinson pun merangsek maju dan mengakibatkan pelanggaran dilakukan oleh Ewing. "Sepanjang hari", kata Magic, "sepanjang hari". Lalu ia mulai menyerang pribadi lawannya dengan berseru, "pasukan Jordan sedang jatuh".

    Jordan cuek saja. Setengah waktu permainan, Magic Johnson malah menuju ke kemalangannya sendiri.
    "Stop hitungan jamnya!", seru Jordan, kelihatan kehilangan kesabaran, ingin memastikan team-nya masih punya cukup waktu untuk mengejar ketertinggalan skor. Robinson berhasil menjaringkan 1 dari 2 tembakan free throw.
    Team Biru Magic Johnson 19, Team Putih Michael Jordan 13.

    Semenit kemudian Barkley berputar di sisi kanan pengawalan Malone, dan prittt! Pelanggaran. "Semalam (melawan Perancis) permainan busuk", kata Malone frustrasi, "kali ini juga bullsh*t!". Seakan menambah rasa frustrasi Malone, pelatih Chuck Daly berkata bahwa jumlah pelanggaran Team Putih sudah melewati batas yang diperkenankan. "Tembakan bebas", katanya.

    "Yeah! Aku suka ini! Aku suka ini! Kita sedang tidak di stadion Chicago!", ejek Magic, sambil bertepuk tangan keras, seakan-akan memperkuat makna ejekannya. (dalam karirnya, Jordan selalu disebut 'terlalu di-anak-emas-kan' oleh wasit terutama saat di kandang klub-nya, Chicago Stadium). Dari dua tembakan bebas oleh Barkley, hanya satu yang masuk.

    Bagai mesin yang sudah panas, Jordan menerobos empat penjaga, dan berhasil melakukan layup.
    Pippen memotong operan Mullin, Jordan gagal menembak, namun bola rebound oleh Pippen, kemudian ia dilanggar oleh Mullin. Jordan dan Pippen secara antusias melakukan palmslap (semacam 'tossss'). Barkley mengelap badannya dengan handuk dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pippen berhasil menjaringkan dua tembakan bebas. Jangan-jangan mereka memang sedang di Chicago Stadium
    Team Biru Magic Johnson 20, Team Putih Michael Jordan 17.

    Bird berhasil rebound dari tembakan Robinson yang gagal. Jordan memasukan bola dengan jumpshot.
    Magic Johnson, masih merasa bahwa ini adalah kontes satu-lawan-satu, berupaya menjaringkan bola namun gagal total. Barkley mulai sebal dengan permainan 1vs1 ala Magic (setelah permainan selesai nanti ia akan curhat ke Jordan dan Pippen tentang hal ini).
    Jordan menerobos dari tengah, di kiri ada Pippen dan kanan ada Ewing. Kita semua tahu kemana ia akan mengoper... Pippen dunk penuh semangat dengan tangan kiri.
    Berbalik unggul: Team Putih Michael Jordan 21, Team Biru Magic Johnson 20.

    Mullin bergerak dribel bola, Pippen berusaha merebut bola dari tangannya namun pelanggaran. "Bukankah ia hanya menyentuh bola?", tanya Jordan heran. Mullin berhasil memasukkan satu tembakan bebas namun gagal pada tembakan kedua.

    Kini Jordan dribel bola, Magic Johnson mulai kelihatan kelelahan menjaganya, terlewati. Robinson berusaha membantu menjaga namun menghasilkan peluit tanda pelanggaran berbunyi. Jordan gagal memasukkan tembakan bebas pertamanya. Magic yang kesal memukul bola itu ke udara, suatu pelanggaran teknis di pertandingan resmi NBA, tapi di pertandingan ini siapa perduli?
    "Tetap konsentrasi", kata Chuck Daly, menginginkan agar pikiran pemainnya tetap fokus.
    Jordan berhasil di tembakan bebas keduanya.
    Team Putih Michael Jordan 22, Team Biru Magic Johnson 21.

    Karl Malone jatuh tepat di pergelangan kakinya setelah berhasil layup dari assist Jordan. Suasanya hatinya yang buruk semakin parah. Ia melangkah keluar lapangan untuk sebongkah es (peredam nyeri). Pippen dan Bird mendekatinya untuk palmslap, dan Jordan berseru mendukungnya, "menepi dulu, Karl".
    Team Putih Michael Jordan 24, Team Biru Magic Johnson 21.

    Jordan berkata ke arah Barkley, "ia sudah lelah". Seakan tidak setuju, Barkley bergerak maju, mengakibatkan pelanggaran dilakukan oleh Malone. Bola dipukul ke udara oleh Malone yang kesal, meniru Magic Johnson barusan.
    Melihat Barkley luar biasa berkeringat, Jordan memancing berkata, "kalo orang kecapekan, biasanya freethrow-nya gagal", lanjutnya "one-on-one sekarang" sambil menunjuk dua jari ke arah Barkley.
    Barkley berhasil menjaringkan bola pertama, namun bola tembakan bebas kedua yang bergulir di ring, segera ditepis keluar oleh Ewing.
    Bird jumpshot, gagal padahal sedang tidak terkawal.

    Larry Bird akan melakukan sesuatu yang menjadi mimpi buruk lawannya.
    Saat Magic Johnson mendribel 'yo-yo' di sisi kanan, Bird mendadak melepaskan diri dari tugasnya menjaga Laettner; ia menyinggung Magic dengan tubuhnya dan mencuri bola dari tangannya. Magic Johnson pun terhuyung-huyung dan jatuh ke lantai. Bukan pelanggaran.
    Bird berlari, ia dribel bola ke ring lawan. Barkley melesat, mengejarnya dengan sekuat tenaga.
    Sekejap Bird melirik, dari gerakannya terlihat ia akan memberikan operan ke Jordan yang berlari di belakangnya. Barkley meloncat, menerkam sepenuh jiwa, ia akan berhasil memotong operan itu!
    Barkley... ia tertipu mentah-mentah.
    Kini posisi Bird ada di wilayah ring lawannya, masih memegang bola, lalu berhasil melakukan layup. Jordan berseru girang, "Teruskan Larry!", lanjutnya, "Aku tahu kamu masih punya energi kehidupan di tubuhmu!".

    (Bertahun-tahun setelah kejadian ini wartawan Sports Illustrated menyempatkan menonton rekaman pertandingan latihan ini bersama Chris Mullin di rumah mereka; saat moment ini ada di layar, Mullin memanggil istrinya Liz, sambil berkata, "Sayang, kemarilah dan lihat ini. Lihat apa yang dilakukan Larry". Mereka mengulang-ulang moment ini beberapa kali, wajah mereka tersenyum, melihat aksi Larry Bird yang mereka cintai.
    Beberapa bulan kemudian wartawan yang sama, saat sedang berbincang dengan Michael Jordan, ia mengingatkan Jordan akan moment ini. Wajah Jordan berubah ceria. "itulah Larry, itulah Larry", katanya, "melakukan permainan hebat seperti itu, that's Larry Bird".)
    Kembali ke permainan: Team Putih Michael Jordan 26, Team Biru Magic Johnson 22.

    Dua tembakan bebas yang bagus oleh Laettner. Di sisi lawan, Malone berhasil menembak setelah mendapat operan dari Jordan.
    Barkley gagal menjaringkan bola, namun Robinson, sang raksasa akrobat udara, melompat tinggi melewati Ewing dan berhasil rebound sekaligus memasukkan bola.
    Team Putih Michael Jordan 28, Team Biru Magic Johnson 26.

    *** bersambung di bawah ini ***

  4. #3

    Join Date
    Jan 2010
    Location
    -
    Posts
    16,131
    Points
    1,150.41
    Thanks: 500 / 612 / 314

    Default

    Jordan menembak dari garis luar perimeter. Mullin melompat maju untuk menjaganya. "Kamu terlambat!", seru Jordan, sambil menyaksikan bola masuk ke ring.
    Team Putih Michael Jordan 31, Team Biru Magic Johnson 26.

    Jordan berkata agar anggota team-nya buru-buru mencetak angka.
    Magic Johnson dribel bola, penjagaan kali ini digantikan oleh Malone. Priiit! Peluit wasit berbunyi tanda pelanggaran.
    Malone datang penuh emosi lalu memukul topi yang dikenakan wasit hingga mental ke udara. "Oh, ayolah", serunya, "berhentilah menganggap ini-itu pelanggaran! Bulsh**t!". Jordan bergegas menghampiri, menempatkan dirinya di tengah-tengah antara Karl Malone dan sang wasit malang, mencegah hal yang lebih buruk terjadi; katanya, "lupakan Karl, lupakan. Jangan takuti dia, kita mungkin butuh dia".
    Magic Johnson memasukkan tembakan bebas pertama. Jordan melirik, tangan meremas celana, ia berseru ke Ewing, "Pukul (buang keluar dari ring, maksudnya) bola kedua!". Terlambat. Magic berhasil memasukkan bola kedua.
    Team Putih Michael Jordan 31, Team Biru Magic Johnson 28.

    Pippen muncul dari belakang screen Ewing, lalu jumpshot sukses memasukkan bola. Di sisi lawannya, Mullin gagal meraih bola operan Magic Johnson, dan Bird merebutnya. Jordan memulai break, Patrick Ewing ikut bersamanya di sisi kiri lapangan, wajah Jordan terlihat senang saat ia melihat Ewing berhasil memasukkan bola.
    Team Putih Michael Jordan 35, Team Biru Magic Johnson 28.

    Peluit berbunyi saat Ewing melanggar Robinson, yang kemudian berhasil memasukkan kedua tembakan bebasnya. Jordan mengoper ke Malone. Pelanggaran oleh Barkley.
    "One-on-one?", tanya team Biru. "Dua tembakan masuk!", balas Jordan. Malone gagal memasukkan kedua-duanya. Robinson mendapat bola muntah, mengoper ke Barkley yang berlari penuh keringat ke wilayah musuh, mengoper ke Laettner; yang kelihatan 'nggak nyambung'; ia beruntung Jordan melanggarnya. "Dunk bolanya Chris!", seru Magic Johnson frustrasi ke Laettner, "Setiap kali! Setiap kali!".
    Laettner yang selalu diam tanpa kata sepanjang permainan, berhasil memasukkan kedua tembakan bebasnya.
    Team Putih Michael Jordan 35, Team Biru Magic Johnson 32.

    Magic Johnson dianggap melakukan pelanggaran saat berusaha menggapai bola dari tangan musuh. Magic mengejar sang wasit, mengikutinya, namun kemudian berjalan ke sebelah Ewing, menepis tangan lawannya yang berusaha menjaganya.
    Kedua tembakan bebas oleh Jordan berhasil. Magic Johnson kini marah.

    Tak lama peluit wasit kembali berbunyi saat Robinson dianggap tidak sah saat melakukan screen. Jordan bertepuktangan senang ke wasit, sambil berkata"kawanku (my man). My man, my man, my man". Jordan benar, mungkin kita butuh dia. "Chicago Stadium", balas Magic.
    Malone dijaga oleh Barkley, lagi-lagi pelanggaran. Kali ini Barkley yang menyerang wasit. "Ayolah! Itu bersih!", serunya marah. Seketika terlihat Barkley akan memukul sang wasit. Untung ia tidak melakukannya. Malone berhasil menjaringkan satu dari dua bola tembakan bebas.
    Team Putih Michael Jordan 38, Team Biru Magic Johnson 32.

    Laettner memutar tubuhnya sambil melakukan layup yang aneh. Berhasil.

    Di sisi lapangan, pelatih mereka Chuck Daly resah. Ia menyadari bahwa aspek kompetisi yang muncul di permainan yang ia ciptakan ini terlalu tinggi. Kini ia hanya bisa berharap waktu permainan segera habis sebelum muncul pergumulan baku-hantam antar pemain yang lepas kendali, atau salah seorang anggota team-nya emosi memukul wasit.

    Sambil David Robinson bersiap memasukan bola tembakan bebas, Jordan dan Magic Johnson perang kata-kata. "Yang mereka lakukan adalah memindahkan stadion Chicago Bulls ke sini", kata Magic, "Itu yang mereka lakukan. Itu yang mereka lakukan". "Hey, ini sudah tahun 90-an", balas Jordan sembari mengelap tubuhnya dengan handuk. Robinson berhasil di kedua tembakan bebasnya.
    Team Putih Michael Jordan 38, Team Biru Magic Johnson 36.

    Jordan mendribel bola ke depan, berupaya menghabiskan detik waktu tersisa; membuat Magic Johnson kesal. Kemudian ia mendribel cepat ke arah kiri, melakukan jumpshot yang dilanggar oleh Laettner.
    Jordan berdiri di tengah lingkaran garis free throw, sebelum ia mulai menembak, Magic Johnson menghampiri. Mereka saling berbalas kalimat yang tidak menyenangkan.
    Jordan berhasil memasukkan bola pertama. Magic terus mengoceh.
    Jordan meraih bola kedua dari wasit, menepuk punggungnya sambil berkata, "orang yang baik (good man)". Ia berhasil memasukkan bola kedua.

    Prittt! Chuck Daly menarik napas lega saat waktu menunjukkan bahwa 'Pertandingan Basket Terhebat Tanpa Penonton' telah usai.
    Skor Akhir: Team Putih Michael Jordan 40, Team Biru Magic Johnson 36.

    Usai Pertandingan
    "Permainan yang bagus, Putih", kata Jordan. Melangkah melewati beberapa pemain layaknya seorang kaisar.
    "Semua tentang Jordan, semua tentang Jordan", keluh Magic Johnson. Ia tidak sedang bercanda, ia marah betul.
    Jordan terus melangkah di sisi lapangan. Ia mengambil segelas minuman Gatorade lalu bernyanyi, "Sometimes i dream... that he is like me...", meniru jingle iklan Gatorade di televisi yang menampilkan dirinya sebagai bintang iklan, "...I could be like Mike...".

    Magic Johnson hanya bisa memandang, keringat bercucuran, handuk menggantung di lehernya, menyaksikan kapten team pemenang yaitu Michael Jordan, menyanyikan lagu yang ditulis hanya untuk dia, menenggak merk minuman yang membayarnya jutaan dollar, mengelus permukaan gelasnya, hanya Jordan yang bisa berlagak seperti itu.
    Sepanjang perjalanan mereka pulang di bus ke hotel, Jordan terus-terusan bernyanyi jingle Gatorade, "... aku bisa seperti Michael Jordan (i could be like Mike), ... be like Mike, ... be like Mike, ..."

    Akhir Cerita
    Kisah pertandingan ini sudah menjadi legenda bagi penggemar basket. Christian Laettner berkata, "Aku tidak percaya bisa ikut terlibat di dalamnya!"
    Sayangnya tidak semua menyukainya. Karl Malone menolak ajakan menonton rekaman permainan ini. "Tidak, aku tidak tertarik", katanya, "kamu harus tahu, ini pertunjukkan mereka (Magic Johnson dan Michael Jordan)".
    Chris Mullin berkomentar, "Pertarungan antara Magic Johnson dan Michael Jordan di tengah lapangan; dan Larry Bird menyaksikan mereka dari pinggir".
    Bertahun-tahun kemudian justru Jordan mengajak bicara wartawan Sport Illustrated tentang pertandingan Monte Carlo ini. "Dari berbagai sisi", katanya, "inilah permainan terbaik yang pernah kualami. Karena ruangan dikunci, yang ada hanyalah tentang basketball. Kamu bisa melihat DNA para pemain, mereka semua sangat berhasrat untuk menang. Magic marah sepanjang dua hari setelah latihan itu usai".
    Magic Johnson, di sisi lain, mengatakan bahwa kemarahannya reda hanya dalam beberapa jam saja. Namun ia melanjutkan, "Kuberi tahu sesuatu-- keadaan akan menjadi lebih buruk bagi semua pemain apabila seandainya team Jordan yang kalah", kata Magic, "Karena aku mampu melepaskan sesuatu setelah kejadian itu lewat. Tapi Michael Jordan? Dia tidak pernah melepaskannya. Dia tidak pernah melepaskan apapun".

    sumber : Sports Illustrated, CNN, 20th Dream Team NBA Documentary

    *** END ***

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •