PART 90
mewakili Ibunya dihukum ke Pulau Neraka. Dia tidak memusuhi Pulau
Neraka...." "Ha‐ha‐ha, apa pun yang kaukatakan, dia tetap adalah puteri Han
Ti Ong, musuh besar kami. Mana kami dapat percaya kepada kalian, puteri
dan murid Han Ti Ong? Tangkap mereka!" "Nanti dulu, Tocu! Mengapa
engkau melanggar janji? Aku sudah mengatakan bahwa kedatanganku ke
pulau ini hanya untuk mencari Sumoi dan ternyata sekarang Sumoi telah tiba
di sini, maka harap Tocu bersikap bijaksana dan membiarkan kami pergi dari
tempat ini." "Hai, Kakek berkepala besar yang *****! Kau mudah saja
dibohongi Suheng! Kami memang datang untuk membasmi iblis‐iblis di Pulau
Neraka. Nah, kau mau apa?" "Sumoi!" Sin Liong membentak kaget dan cepat
berkata kepada ketua Pulau Neraka, "Tocu, jangan dengarkan dia. Agaknya
dia telah mengalami tekanan batin yang hebat sehingga mengeluarkan katakata
kacau balau tidak karuan." Swat Hong mengangkat dada, menegakan
kepalanya dan menghadapi Sin Liong dengan mata mendelik dan berkata
lantang, "Apa? Kau mau bilang bahwa aku telah menjadi gila?" "Sumoi, kalau
kau bicara seperti tadi, membohong tidak karuan, memang agaknya kau telah
gila?" "Kau yang gila! Kau yang tidak waras dan berotak miring! Kalau aku
membohongi iblis‐iblis ini, apa hubungannya dengan kau?" Sin Liong benarbenar
menjadi bingung. Biasanya Swat Hong bersikap manis kepadanya dan
biarpun dia tahu bahwa dara ini berhati keras, akan tetapi belum pernah
bersikap sekeras itu kepadanya. Tiba‐tiba muncul Soan Cu yang berkata
kepada kakeknya, suaranya nyaring sehingga terdengar oleh semua orang.
"Kong‐kong, apa yang dikatakan Sin Liong memang benar! Dia beriktikad
baik terhadap kita, Kong‐kong. Malam tadi aku datang kepadanya untuk
mengejeknya, akan tetapi dia sebaliknya malah menunjukkan bahaya maut
yang mengancam diriku." Kakek itu terkejut. "Bahaya maut? Apa
maksudmu?" "Sin Liong ternyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali.
begitu melihat aku, dia mengatakan bahwa aku terserang hawa beracun dari
sebelah dalam dan jika tidak diobati dengan tepat, dalam waktu kurang dari
setahun aku tentu akan mati." "Hahh...??" Kakek itu dan semua pembantunya
terbelalak kaget memandang dara itu yang bersikap sungguh‐sungguh. "Dan
dia memang benar. Dia mengantakan bahwa setiap tengah malam aku tentu
merasa pening dan dibagian punggung seperti ditusuk‐tusuk jarum, kalau
pagi kedua kaki pegal‐pegal dan sehabis makan tentu merasa mual hendak
muntah. Semua yang dikatakanya itu ternyata tepat sekali, Kong‐kong."
Berubah wajah kakek itu. Soan Cu adalah seorang yang amat disayangnya,
bahkan disayang oleh pembantunya karena dara inilah yang akan mewarisi
seluruh ilmu kepandaiannya dan yang akan menggantikannya menjadi Ketua
Pulau Neraka. Tentu saja mendengar bahwa usia Soan Cu hanya tinggal
setahun, dia terkejut bukan main dan cepat memandang kepada Sin Liong.
Sin Liong sendiri bengong dan terheran‐heran. Akan tetapi ketika dia
memandang Soan Cu ketika kakek itu membalik dan menghadapinya, dia
melihat dara itu secara lucu telah mengejapkan mata kirinya, maka
mengertilah dia bahwa dara itu kembali membohong! Membohong dengan
cerdik bukan main dalam usahanya untuk menolongnya! "Kwa Sin Liong,
PART 91
benarkah cucuku diancam hawa beracun? Benarkah??" Melihat sikap Sin
Liong meragu, agaknya sukar bagi pemuda itu untuk membohong maka Soan
Cu cepat berkata lagi, "Kong‐kong, dia mengatakan bahwa dia dapat
memberikan obatnya, akan tetapi dia hanya mau memberi obat kalau dia dan
sumoinya dibebaskan dari sini. Terserah kepada Kong‐kong berat aku atau
berat mereka itu." Swat Hong sudah hampir membuka mulutnya memaki
dara itu yang dia tahu telah membohong. Dia sendiri mendengar percakapan
mereka dan dara itu sama sekali tidak sakit, bahkan telah memberi obat
penolak binatang beracun kepada Sin Liong, dan menyatakan betapa dara tak
tahu malu itu amat suka dan kagum kepada Sin Liong, maka datang
menolongnya. Sekarang dara itu mengatakan hal yang bukan‐bukan! Akan
tetapi, ketika mendengar ucapan terakhir dari Soan Cu, tahulah dia bahwa
dara itu kini membohong untuk menolong Sin Liong dan dia terbebas dari
Pulau Neraka! Kenyataan ini membuat dia bungkam kembali. Betapa baiknya
dara itu dan betapa akan buruknya dia kalau dia membongkar rahasia gadis
itu. Tentu Sin Liong akan makin kagum kepada Soan Cu dan makin benci
kepadanya. Pikiran inilah yang membuat dia membungkam dan tidak
melanjutkan niatnya untuk membantah Soan Cu. Hati kakek itu makin
bingung. Lenyaplah semua nafsunya untuk menawan Sin Liong dan Swat
Hong. Dia memandang Sin Liong dan bertanya, "Orang muda, benarkah
engkau dapat menyelamatkan cucuku?" Kini Sin Liong yang menjadi bingung.
Pemuda ini sama sekali tidak pernah membohong dan hatinya tidak akan
dapat membohong, namun dia tahu bahwa kalau dia menyangkal kata‐kata
Soan Cu, sama saja mencelakakan gadis yang berniat baik kepadanya itu.
Maka dia lalu menjawab dengan suara ragu‐ragu dan perlahan, "Aku dapat
memberi obat pembersih darah dan penguat tulang kepadanya, Tocu." "Dan
kau menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh dan terhindar dari ancaman
maut hawa beracun di tubuhnya itu?" Kakek itu mendesak. "Kong‐kong
mengapa tidak percaya kepadanya? lekas minta obatnya dan engkau yang
harus menjamin bahwa dia dan sumoinya tidak akan diganggu," kata Soan
Cu. Kakek berkepala besar itu meraba‐raba jenggotnya. "Hemmm,harus ada
buktinya dulu. Kwat Sin Liong, mulai saat ini engkau dan Sumoimu puteri
Han Ti Ong harus tinggal di pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil
pengobatanmu kepada cucuku. Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm, aku
tidak akan mengampuni kalian berdua. Kalau cucuku sembuh, barulah kita
bicara lagi." Sin Liong mengerutkan alisnya hendak membantah peraturan
yang berat sebelah ini, akan tetapi dia melihat Soan Cu mengedipkan mata
kirinya maka dia menarik napas panjang dan mengangguk lalu berkata,
"Harap sediakan alat tulis, biar kulukiskan bentuk daun yang harus dicari."
Sin Liong lalu melukiskan beberapa macam daun yang mudah dicari dan yang
mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekedar penambah kekuatan tubuh. Ouw
Kong Ek lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mencari daun‐daun
yang dilukis itu di pulau sebelah Pulau Neraka di mana terdapat banyak
tetumbuhan. Adapun Sin Liong dan Swat Hong lalu diperlakukan sebagai
tamu terhormat, bahkan disediakan dua kamar yang bersih untuk mereka,
PART 92
dilayani baik‐baik dan tentu saja di samping pelayanan ini, para pelayan yang
terdiri dari pembantu‐pembantu ketua, bertugas pula sebagai penjaga!
"Kuperingatkan kepada kalian agar menanti sampai cucuku sembuh. Lari pun
tidak akan ada gunanya bagi kalian karena perahu‐perahu kalian telah kami
simpan dan di sekeliling Pulau Neraka tidak akan ada perahu sebuah pun.
Tanpa perahu, bagaimana kalian akan dapat meninggalkan pulau ini?"
Demikinan pesan Ouw Kong Ek sebelum dia meninggalkan dua orang itu
sehingga Swat Hong menjadi mendongkol sekali dan hampir saja dia
memaki‐maki ketua itu kalau tidak ditahan oleh Sin Liong yang memegang
lengannya. Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di dalam pondok
di mana mereka untuk sementara tinggal, Sin Liong menegur sumoinya ,
"Sumoi, mengapa kau bersikap seperti itu?" "Suheng, aku tidak nyangka sama
sekali akan menyaksikan engkau yang terkenal alim kini bermain gila dengan
gadis puteri ketua Pulau Neraka. Huhh!" Sin Liong mengerutkan alisnya dan
memandang tajam kepada sumoinya,hatinya bertanya mengapa sumoinya
memperhatikan soal begitu, padahal sama sekali tidak ada sangkut paut
dengan sumoinya. "Sumoi, engkau tahu betul bahwa Nona Ouw Soan Cu
melakukan hal itu demi menolong kita. Siapakah yang main‐main dengan
dia?" "Hemm, apa kaukira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan
sengaja mendatangi kamar tahananmu untuk merayumu?" "Sumoi! jadi
sudah selama ini kau berada di sini? Dan aku diam saja? Sumoi, mengapa kau
menyangka yang bukan‐bukan? Kalau kau sudah tahu akan kunjungannya
itu, tentu kau tahu juga bahwa dia datang untuk memberi obat penolak
binatang‐binatang berbisa. Sumoi, kita semestinya berterima kasih
kepadanya, dia bermagsud baik bahkan tidak segan‐segan membohong
kepada Kong‐kongnya demi keselamatan kita." "Ya, ya, memang dia baik
sekali dan cantik sekali. Siapa yang tidak tahu?" "Sumoi..., harap jangan
marah. Dia adalah seorang gadis yang bernasib buruk sekali, ibunya
meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya pergi entah kemana dan sampai
kini belum kembali..." "Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang patut
dikasihani, tidak seperti aku..." dan Swat Hong lalu menelungkupkan muka di
atas meja dan menangis! Sin Liong terkejut, beberapa kali hendak memegang
lengan sumoinya akan tetapi ditahannya tangannya. "Aihh... Sumoi, engkau
pun bernasib buruk, dan aku merasa kasihan sekali kepadamu. Karena aku
merasa kasihan aku menyusulmu. Sumoi, diamlah jangan menangis. Apakah
Sumoi telah bertemu dengan Ibumu?" Swat Hong seketika berhenti
menangis, mengangkat mukanya yang basah air mata dan memandang
kepada Sin Liong. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu mengeluarkan
saputangannya dan mengapus air mata yang membasahi muka gadis itu.
"Suheng...apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan dia? Bukankah ibu berada
di Pulau Es dan aku sudah mewakilinya?"Mendengar tentang ibunya,
seketika lupalah Swat Hong akan kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri.
"Ibumu juga telah pergi meninggalkan Pulau Es..." dengan singkat Sin Liong
lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari pergi dari Pulau Es,
betapa ibunya juga pergi, tidak mau disuruh tinggal di Pulau Es setelah
PART 93
puterinya membuang diri ke Pulau Neraka. "Aku tadinya mengharapkan
engkau dapat bertemu dengan ibu maka aku tidak melihatmu di sini,Sumoi.
Jadi engkau belum bertemu dengan ibumu?" Gadis itu mengerutkan alisnya
dan menggeleng kepala, kelihatan muram wajahnya mendengar akan
kepergian ibunya. "Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Sin Liong
termenung dan diam‐diam dia pun merasa prihatin sekali akan nasib wanita
itu. Tiba‐tiba Swat Hong berdiri dan mengepal tinju, mukanya agak pucat
ketika dia berkata, "Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus
mencari ibu sampai ketemu, dan aku tidak akan kembali ke Pulau Es! Aku
tidak akan sudi menggantikan ibu di Pulau Neraka ini pula. Bukankah ibu
sudah meninggalkan Pulau Es sehingga percuma saja aku mewakilinya?"
"Nanti dulu, Sumoi, kau tidak bisa pergi begitu saja. Tentu mereka akan
menghalangimu!" "Aku tidak takut! Yang menghalangi aku akan kubunuh!"
"Sabarlah, Sumoi. Perlu apa kita mencari permusuhan dengan mereka yang
berjumlah banyak? Bukan soal takut atau tidak takut, akan tetapi mereka
adalah manusia‐manusia yang bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di
tempat seperti neraka ini. Bahkan mereka boleh dibilang senasib dengan
ibumu dan denganmu sendiri. Selain itu ke manakah kita harus mencari
ibumu? Kalau kita berbaik dengan mereka, bukankah kemudian mereka
dapat membantu kita mencari? Dengan tenaga banyak orang kukira akan
lebih mudah mencari Ibumu yang tidak jelas ke mana perginya itu." Swat
Hong dapat dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil
mengerutkan alisnya dengan wajah muram. Betapapun juga, setelah dia
sadar bahwa cemburunya terhadap suhengnya dan Soan Cu tidak berdasar,
kini terasalah olehnya betapa hatinya sesungguhnya merasa lega dan senang
karena dapat bertemu dan berkumpul dengan suhengnya, apalagi di tempat
yang berbahaya ini. Beberapa hari telah lewat dan Soan Cu setiap hari minum
"Obat" yang terbuat dair daun‐daun seperti yang dilukiskan oleh Sin Liong.
Setiap hari kakenya bertanya dan dia menjawab bahwa penyakitnya yang
dideritanya, rasa nyeri seperti yang dinyatakan Sin Liong itu berangsurangsur
sembuh! Girang bukan main hati kakek itu, akan tetapi hati Swat
Hong yang mendongkol melihat betapa Soan Cu seolah‐olah mengulur waktu
"penyembuhannya"! Pada hari ke tujuh, Ouw Kong Ek dan Soan Cu
mendatangi pondok tempat tinggal Sin Liong dan Swat Hong. Dua orang
muda dari Pulau Es ini memang sudah menunggu di depan pondok dengan
hati tidak sabar, menanti berita kesembuhan total Soan Cu. Maka mereka
menyambut ketua Pulau Neraka dan cucunya itu dengan penuh harapan itu,
melihat betapa wajah kedua orang pendatang itu berseri. Setelah tiba di
depan mereka, Soan Cu segera berkata, "Sin Liong, Kakek merasa berterima
kasih sekali kepadamu dan menyetujui kau melanjutkan pengobatan dengan
menggunakan sinkang!" "Apa...?" Akan tetapi kata‐kata Sin Liong yang
bingung dan tidak mengerti itu segera diputus oleh Soan Cu, "Bukankah dulu
kaukatakan setelah beberapa hari minum obat penawar racun, kau akan
melenyapkan sama sekali hawa beracun itu dengan menggunakan sinkang
menyedot keluar hawa itu dari punggungku?" Ouw Kong Ek tertawa. "Orang
PART 94
muda she Kwa. Kalau bukan engkau yang sudah kupercaya penuh, tentu aku
tidak mengijinkan pengobatan ini. Akan tetapi aku sudah percaya kepadamu,
maka silahkan. Mudahmudahan saja dalam waktu singkat cucuku akan
sembuh sama sekali." Setelah berkata demikian, kakek itu membungkuk ke
arah Sin liong dan Swat Hong, lalu meninggalkan cucunya. "Soan Cu, apa
maksudmu?" Sin Liong segera berbisik menegur. "Huh, tentu ingin berduaan
denganmu di dalam kamar, apa lagi?" Swat Hong mengejek. "Husshhh, harap
kalian jangan ribut‐ribut, "bisik Soan Cu. "Mari kita masuk ke kamar dan
bicara. "Dia menggandeng tangan Sin Liong dan diajaknya masuk. Melihat
Swat Hong cemberut, Sin Liong berkata, "Sumoi, marilah." "Aku tidak sudi
menggangu kalian!" "Aih Enci Hong, mengapa begitu? Yang hendak
kubicarakan adalah kepentingan kalian berdua. Marilah." Soan Cu berkata
dan agaknya memang dara Pulau Neraka ini tidak pernah mengerti apa yang
diejekan oleh Swat Hong. Agaknya cara hidup di Pulau Neraka membuat dia
kurang mengerti akan tata susila sehingga tak pernah merasa melanggar
sesuatu biarpun dia memasuki kamar berdua dengan seorang pemuda.
Sambil bersungut‐sunggut menyembunyikan rasa malunya bahwa dia telah
menduga yang bukan‐bukan, Swat Hong ikut masuk. "Aku memang berpurapura,
mengulur panjang waktu penyembuhan. Semua ini karena aku
mendengar bahwa Kong‐kong dan para pembantunya tidak membebaskan
kalian setelah aku sembuh." "*******! Kong‐kongmu memang bukan
manusia baik‐baik! pantas menjadi ketua di Pulau Neraka! Aku akan
menemuinya!" "Hushhh, Sumoi, Bersabarlah, dan mari kita dengar kata‐kata
Soan Cu." Dengan muka muram Swat Hong duduk lagi dan memandang
wajah Soan Cu. Wajah yang manis sekali, pikirnya, manis dan polos.
Pantaslah kalau andaikata Sin Liong jatuh cinta kepada gadis ini, pikirnya lagi
dan hatinya merasa berdebar penuh khawatir. "Kong‐kong telah berjaga‐jaga
dan mempersiapkan anak buahnya, menjaga kalau‐kalau kalian melarikan
diri. Berbahaya sekali." "Habis bagaimana baiknya,Soan Cu?" "Ada jalan," kata
dara yang lincah dan cerdik itu. "Menurut pendengaranku ketika Kong‐kong
merundingkan di kamar rahasia bersama para pembantunya yang paling
dipercaya, Kong‐kong tidak berniat buruk kepada kalian. Setelah kau dapat
menyembuhkan aku, maka Kong‐kong membutuhkan engkau sebagai ahli
pengobatan di pulau ini. Dia hendak menahanmu agar kau dapat mengobati
setiap penghuni yang terserang penyakit. Adapun Enci Hong ditahan di sini
sebagai sandera, untuk menahan kekuasaan Pulau Es." "*******....!" "Jangan
marah, Enci Hong. kurasa kita harus menghadapi Kong‐kong yang berwatak
kasar dengan sikap dan akal halus. Kalau aku sudah sembuh, yaitu kalau
kunyatakan bahwa aku sudah sembuh sama sekali, sedikit banyak Kong‐kong
tentu akan berterima kasih. Kemudian Liong‐ko...heh, Sin Liong mengajarkan
Kong‐kong mengenal daun obat‐obatan dengan janji akan membebaskan
kalian. Kurasa Kong‐kong akan mau menerimanya karena sebenarnya yang
dibutuhkan adalah pengetahuan tentang ilmu pengobatan itu. Dengan
demikian, kalau kalian meninggalkan pulau ini, kalian akan dianggap sebagai
sahabat dan penolong. Bagaimana?" "Kurasa baik juga akal ini," kata Sin
PART 95
Liong. "Hemm, terserahlah,. Akan tetapi jangan ada akal bulus di balik semua
ini!" Swat Hong mengancam. Soan Cu menarik napas panjang. "Enci Hong,
harap jangan mencurigai aku. Aku sudah menyesal sekali menjadi seorang
yang terlahir di tempat ini, dan aku ingin melanjutkan cita‐cita Ayah bundaku
yang kabarnya dahulu juga selalu berusaha agar penghuni Pulau Neraka
tidak menjadi orang liar yang tidak mengenal prikemanusiaan." Setelah
berkata demikian, Soan Cu pergi meninggalkan pondok itu dengan muka
tunduk. "Seorang anak yang baik...." Sin Liong memuji sambil memandang
tubuh dara itu yang melangkah pergi meninggalkan pondok. "Maksudmu,
seorang dara yang cantik dan berbudi!" Tanpa menoleh Sin Liong
mengangguk. "Memang, dia cantik dan berbudi." Huh! Sudah kusangka
demikian!" Sin Liong menoleh kaget dan memandang wajah sumoinya,
"Sumoi, apa maksudmu?" Swat Hong membuang muka. "Hemm, tidak apa‐ap.
"Begitulah!" lalu dia lari memasuki kamarnya, membanting daun pintu keraskeras.
Sin Liong menggeleng kepalanya, makin tidak mengerti dia akan sikap
wanita pada umumnya dan saat itu, sikap Swat Hong khususnya, juga sikap
Soan Cu yang amat aneh kalau diingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau
Neraka yang berwatak aneh dan kejam. Semua terjadi seperti direncanakan
oleh Soan Cu. Setelah dara itu mengaku sembuh sama sekali dan Sin Liong
bersama Swat Hong menghadap ketua untuk minta pembebasan, Ouw Kong
Ek menggeleng kepalanya dan berkata, "Kwa Sin Liong, kami berterima kasih
sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, dan untuk jasamu itu, kami tidak
akan menggangu kalian, bahkan menganggap kalian sebagai orang‐orang
berjasa. Akan tetapi, terpaksa kami tidak dapat membebaskan kalian karena
kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Maka,
harap kalian suka mengerti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah di sini dan
menjadi orang‐orang terhormat menjadi pembantuku yang paling baik."
"Tocu, aku mengerti akan kebutuhan Tocu dan para penghuni Pulau Neraka.
Akan tetapi sungguh tidak adil kalau menyuruh kami tinggal di sini
selamanya, apa lagi amat tidak adil bagi Sumoi. Betapapun juga, karena aku
mengerti akan kebutuhan kalian semua, biarlah sekarang diatur begini saja.
Aku akan sementara waktu tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan
kepada Tocu, akan tetapi kuminta agar Sumoi sekarang juga dibebaskan,
diberi sebuah perahu agar sumoi dapat pergi lebih dahulu meninggalkan
Pulau Neraka. Adapun aku sendiri, kalau Tocu sudah mengenal semua daun
dan bahan pengobatan, baru aku akan pergi dari sini. Bagaimana?" Ketua
Pulau Neraka itu mengerutkan alisnya, lalu melirik kearah cucunya yang
duduk di sebelahnya dan menundukan kepala saja. "Hemmm, boleh juga
sumoimu pergi. Biarpun dia puteri Han Ti Ong, akan tetapi mengingat akan
jasamu, biarlah dia kami bebaskan. Akan tetapi kau....ah, aku sangat
mengharapkan agar engkau menjadi.... keluarga kami, orang muda." Kembali
dia mengerling ke arah Soan Cu dan gadis itu makin menundukan mukanya
yang menjadi merah sekali. "Benar sekali, dia amat cocok menjadi jodoh
Nona Ouw!" beberapa orang membantu berkata sambil tertawa‐tawa, sikap
mereka bebas terbuka. "Aku tidak mau pergi!" tiba‐tiba Swat Hong berkata
PART 96
lantang. "Kalau Suheng tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan, aku
akan tinggal di sini juga sampai pelajaran itu selesai. Dan kalau....kalau ada
pengantian di sini, kalau suheng diambil mantu, aku pun harus menjadi
saksinya!" Ucapan itu sebetulnya dikeluarkan dengan gejolak kemarahan dan
kepanasan hatinya, akan tetapi para pembantu Ouw Kong Ek menyambutnya
dengan suara ketawa. Tentu saja Sin Liong kaget sekali mendengar ucapan
Sumoinya itu. Ada kesempatan yang amat baik terbuka bagi Swat Hong untuk
membebaskan diri dari pulau berbahaya itu, dan kesempatan itu dibuang
begitu saja oleh Swat Hong! Dia telah mengenal watak Swat Hong. Sekali
bilang tidak mau, dipaksa pun sampai mati tidak akan mau tunduk! Maka dia
menjadi bingung sekali. "Tocu, karena Sumoi tidak mau pergi sendiri lebih
dulu, maka biarlah perjanjian kita diubah. Akan memberi pelajaran ilmu
pengebatan kepada Tocu, setelah Tocu mengenal bahan obat untuk
melindungi penghuni pulau ini, aku dan Sumoi boleh pergi dengan bebas."
Ketua Pulau Neraka itu mengelus‐elus dagunya dan alisnya berkerut, berkalikali
dia melirik ke arah cucunya. Dia adalah seorang yang sudah tua, biarpun
tidak pernah terjun ke dunia ramai, namun dia tahu bahwa cucunya jatuh
hati kepada pemuda yang hebat ini. Dan dia tidak melihat seorang pemuda
lain di Pulau Neraka yang kiranya patut menjadi suami cucunya! Tentu saja
hatinya tidak rela kalau pemuda itu pergi meninggalkan pulau karena dia
tahu bahwa hal itu tentu akan mengecewakan hati cucunya. Maka dia hanya
menggeleng‐geleng kepala, tanpa dapat menjawab. Melihat keraguan
ketuanya, seorang kakek berusia lima puluh tahun lebih melaju maju. Orang
ini kepalanya gundul botak akan tetapi mukanya penuh brewok, tubuhnya
kurus kecil dan di lehernya ada seekor ular merah melingkar. Dia adalah
pembantu utam dari Ouw Kong Ek, seorang yang lihai ilmu kepandaiannya
dan bernama Lo Thong. Berbeda dengan Majikan Pulau Neraka itu yang
merupakan keturunan orang buangan, maka Lo Thong sendiri adalah
seorang buangan dari Pulau Es, tiga puluh tahun yang lalu dia dibuang
dariPulau Es karena sebagai seorang pemuda dia banyak melakukan
kejahatan. Setelah berada di Pulau Neraka dia memperdalam ilmi‐ilmunya
dan menjadi orang ke dua yang terkuat setelah Ouw Kong Ek, yaitu sesudah
putera Ouw Kong Ek yang bernama Ouw Sian Kok, ayah Soan Cu menjadi gila
dan meninggalkan pulau. Maka dia diangkat sebagai pembantu utama oleh
Ouw Kong Ek. "Twako(Kakak)," Lo Thong berkata dan tidak seperti lain
penghuni Pulau Neraka yang menyebut ketua mereka tocu (majikan pulau),
dia menyebutnya kakak, "mengapa Twako bingung menghadapi urusan dua
orang anak‐anak ini? Betapapun juga, mereka berada di pulau ini dan
seharusnya mereka tunduk kepada semua perintah Twako yang menjadi
hukum di sini. Kalau mereka hendak mengambil keputusan sendiri, boleh
saja akan tetapi mereka harus lebih dulu dapat mengalahkan kita!" Ouw Kong
Ek memandang pembantunya dengan muka berseri, seolah‐olah dia terlepas
dari keadaan yang ruwet. "Kalau begitu, bagaimana baiknya, Lo‐tee?"
"Menurut saya, lebih baik diadakan pertandingan antara orang pemuda She
Kwa ini dan Twako. Kalau dalam pertandingan itu dia kalah, maka dia dan
PART 97
Sumoinya harus selamanya tinggal di sini dan menjadi penghuni pulau ini
seperti kita semua." "He, Botak! Enak saja kau bicara! Siapa bilang Suhengku
kalah oleh ketua kalian? Habis, kalau kemudian ketua kalian yang kalah,
bagaimana?" Swat Hong berteriak nyaring. "Twako kalah? Ha‐ha, mana
mungkin?" Lo Thong menjawab. "Akan tetapi kalau Twako kalah, biarlah
pemuda She Kwa ini mengajarkan ilmu pengobatan sampai Twako pandai,
baru kalian berdua boleh pergi meninggalkan pulau ini dengan bebas." "Usul
yang bagus sekali!" Ouw Kong Ek berseru gembira. "Kwa Sin Liong, aku
mendengar bahwa di dunia ramai, di daratan sana, orang‐orang gagah
menggunakan kepandaian untuk memutuskan sebuah perkara yang ruwet.
Aku percaya bahwa engkau tentu seorang gagah pula, maka biarlah kita
membereskan urusan ini dengan mengukur kepandaian masing‐masing
seperti yang diusulkan oleh pembantuku Lo Thong." Sin Liong menggeleng
kepalanya. "Tocu, aku tidak suka menggunakan ilmu yang kupelajari untuk
kekerasan. Mengapa Tocu hendak menggunakan cara kekerasan untuk
menahan kami berdua selamanya di pulau ini? Aku sudah besedia
mengajarkan ilmu pengobatan, maka sudah sepatutnya kalau Tocu
membalasnya dengan membebaskan kami. "Tidak kita harus saling
mengukur kepandaian dulu!" ketua itu berkeras. Tiba‐tiba Swat Hong
melompat ketengah lapangan dan membusungkan dada menegakkan
kepalanya. "Hayolah! Kalau Suheng tidak mau, biarlah aku yang melayanimu!
Siapa sih takut kepada orang Pulau Neraka? Aku yang memasuki
pertandingan itu, dan kalau kalah, boleh kalian berbuat apa saja sesuka
kalain!" "Sumoi...!!" Sin Liong menegur. "Suheng, aku tidak takut!" Swat Hong
membantah. Ouw Kong Ek mengerutkan alisnya. "Soan Cu, kau layani bocah
liar yang sombong ini!" katanya. "Baik Kong‐kong." Soan Cu bangkit berdiri
dan melangkah maju, akan tetapi segera berhenti ketika mendengar suara
Sin Liong, "Soan Cu harap jangan bertanding. Di antara kita tidak ada
permusuhan, bukan?" Soan Cu meragu, memandang kepada Kong‐kongnya,
kemudian kepada Sin Liong, dan akhirnya dia kembali duduk di tempatnya
yang tadi. "Soan Cu...." Kakeknya menegur. "Kong‐kong, aku tidak mau
bertanding. Mereka bukan musuhku." Mata kakek itu terbelalak, akan tetapi
dia tidak marah bahkan lalu tertawa bergelak. "Kau...kau lebih taat
kepadanya? Ha‐ha‐ha‐ha!" Dia tertawa karena sikap cucunya itu jelas
membuktikan betapa cucunya benarbenar telah jatuh cinta kepada Sin Liong!
Sampai‐sampai berani membangkang terhadap perintahnya hanya karena
Sin Liong menghendaki demikian. Makin panaslah hati Swat Hong. Tadinya
dia sudah siap‐siap untuk menjatuhkan cucu ketua Pulau Neraka itu, selain
agar menang pertandingan juga hendak memperlihatkan kepada Suhengnya
bahwa dia lebih pandai dari pada Soan Cu. Akan tetapi, ternyata Suhengnya
melarang Soan Cu dan dan putri Pulau Neraka itu begitu taat! "Ouw Kong Ek,
kalau cucumu tidak berani maju, biarlah kau sendiri yang maju! Hayo
tandingilah aku, puteri Raja Pulau Es!" Dia menantang‐nantang dengan suara
penuh kemarahan. Sin Liong hanya menggeleng kepalanya dan bingung
sekali bagaimana harus mencegah sumoinya. Kembali kakek itu menjadi
PART 98
marah. Tantangan yang keluar dari mulut Swat Hong membuat mukanya
merah dan telinganya panas. Akan tetapi betapa memalukan kalau dia harus
menandingi seorang bocah perempuan yang usianya sebaya dengan cucunya
sendiri! "Twako, perkenankanlah saya menghajar bocah bermulut lancang
ini" Lo Thong berkata dan Ouw Kong Ek mengangguk, akan tetapi masih
ingat dan memesan. "Akan tetapi cukup beri hajaran saja, jangan sampai dia
terbunuh." "Baik saya mengerti, Twako." Lo Thong menjawab lalu sekali
kakinya bergerak, tubuhnya sudah mencelat ke depan Swat Hong.
Menyaksikan ginkang yang hebat ini diam‐diam Sin Liong khawatir sekali,
akan tetapi dia pun tidak dapat mencegahnya karena maklum kalau dia
melarang, Sumoinya tentu akan menjadi makin nekat saja. Maka dia hanya
bangkit berdiri dan memandang dengan jantung berdebar tegang. Swat Hong
memandang kakek botak yang berdiri di depannya, lalu berkata, suaranya
mengejek. "Apakah pertandingan ini akan memutuskan perjanjian tadi,
bahwa kalau aku menang kami berdua boleh pergi dari sini?" "Tidak", jawab
Lo Thong. "Pertandingan ini hanya mengenai dirimu, kalau kau menang kau
boleh pergi, kalau kau kalah, kau harus tinggal di sini selamanya dan menjadi
muridku." "***** alas! Siapa takut padamu?" Swat Hong yang sudah kena
dibakar hantinya itu membentak. "Sumoi, tanpa pertandingan pun kau boleh
pergi sekarang juga!" Sin Liong berteriak. "Tidak, Suheng. Aku merasa kurang
terhormat kalau pergi begitu saja. Aku tidak sudi menerima kebaikan orangorang
Pulau Neraka. Kalau aku pergi berarti aku pergi mengandalkan
kepandaian aku sendiri, bukan karena kebaikan hati mereka. Hayo, kakek
botak, boleh kaukeluarkan segala ilmumu!" "Bocah sombong, sambutlah ini!"
Lo Thong merasa panas juga perutnya melihat sikap dara remaja yang
memandang redah kepadanya itu. Akan tetapi dia pun maklum bahwa dara
ini tentu memiliki kepandaian tinggi sebagai puteri Raja Pulau Es, maka
sekali menyerang, dia telah mengeluarkan kepandaiannya, mengeluarkan
jurus yang ampuh dan mengerahkan tenaga sinkangnya. "Wuuuuuttt...
sirrr...desss!" Mula‐mula Lo Thong menggerakan tubuhnya rendah kebawah,
seolah‐olah lengan kirinya yang bergerak itu hendak menangkap kaki Swat
Hong, akan tetapi tiba‐tiba saja tubuhnya meninggi, tangan kanannya
meluncur dan mencengkram ke arah pinggang dara itu. Namun Swat Hong
yang usianya masih muda sekali itu belum lima belas tahun, telah mewarisi
inti kepandaian dari ilmu‐ilmu kesaktian Pulau Es. Dengan tenang dia
melihat bahwa bukan tangan kiri lawan yang berbahaya melainkan tangan
kanannya, maka dia cepat menarik kaki kiri dan menangkis dengan sabetan
tangan miring dari samping yang mengenai lengan lawan. LoThong mencelat
ke belakang dan inilah kehebatan ginkangnya. Gerakannya bukanlah langkah
kaki, melainkan loncatan yang membuat tubuhnya mencelat ke sana‐sini
dengan amat cepatnya dan sama sekali tidak terduga‐duga lawan. "Sumoi
awasilah gerakannya. Ginkangnya lihai!" Sin Liong berseru dan diam‐diam Lo
Thong mendongkol juga. Ternyata pemuda itu lihai sekali, baru segebrakan
saja sudah mengenal dimana letak keampuhannya. Maka dia lalu menggereng
dan menubruk maju, menghujani Swat Hong dengan serangan bertubi‐tubi.
PART 99
Swat Hong diam‐diam terkejut juga. Ternyata bahwa pembantu utama dari
ketua Pulau Neraka ini hebat bukan main. Setiap gerakan tangannya
mendatangkan angin keras menyambar dan kecepatannya membuat dia
pening karena harus menggerakan kekuatan matanya untuk mengikuti terus
gerakan lawan. namun, tentu saja dia tidak menjadi gentar. Sejak kecil dara
remaja ini tidak pernah mengenal artinya takut, dan dia pun mengeluarkan
kepandaiannya untuk membalas dengan serangan yang tidak kalah
dahsyatnya. Semua mata memandang pertandingan itu dengan penuh
perhatian. Diam‐diam Soan Cu merasa kagum sekali kepada Swat Hong dan
dia harus mengaku dalam hatinya bahwa andaikata tadi dia yang maju, dia
akan kalah menghadapi kelihaian dara Pulau Es itu, maka dia merasa makin
bersyukur kepada Sin Liong yang tadi mencegahnya maju melawan Swat
Hong. Apakah pemuda itu sudah tahu bahwa dia akan kalah kalau melawan
Swat Hong? Soan Cu melirik ke arah Sin Liong dan melihat betapa wajah
pemuda yang tampan itu diliputi kekhawatiran, maka dia kembali
menyaksikan pertandingan yang hebat itu. Tubuh mereka berdua yang
bertanding itu sudah tidak dapat kelihatan jelas, yang tampak hanya dua
bayangan berkelebatan ke kanan kiri dengan cepat sekali. Ginkang yang
dikuasai oleh Lo Thong memang hebat sekali, akan tetapi sekarang dia
berhadapan dengan puteri Raja Han Ti Ong dari Pulau Es! Biarpun masih
kalah sedikit namun Swat Hong dapat mengimbangi kecepatan lawan,
bahkan dapat mendesak dengan ilmu silatnya yang luar biasa dan tenaga
sinkangnya yang berdasarkan hawa murni dari im‐kang yang dingin. Ilmu
silat yang dimainkan oleh Swat Hong adalah ilmu silat tangan kosong Jit‐capjiseng
(Jutuh Puluh Dua Bintang ) yang mempunyai tuluh puluh dua jurusjurus
ampuh. Sebagai bekas penghuni Pulau Es sebelum Swat Hong terlahir,
tentu Lo Thong mengenal ilmu ini, bahkan ilmu silatnya sediri pun
bersumber pada ilmu silat Pulau Es. Akan tetapi setelah dua puluh tahun
lebih berada di Pulau Neraka dan mempelajari ilmu‐ilmu dari Pulau Neraka,
maka ilmu silatnya menjadi campur aduk dan tentu saja kalah murni oleh
ilmu silat yang dimainkan oleh Swat Hong.Pula, Lo Thong dahulu belum
mempelajari Jit‐cap‐ji‐seng sampai habis, hal yang jarang dilakukan penghuni
Pulau Es kecuali keluarga raja. Mulailah Lo Thong terdesak oleh serangan
bertubi‐tubi yang dilancarkan oleh Swat Hong. Ingin sekali Lo Thong
menggunakan senjatanya, yaitu ular hidup yang melingkar di lehernya,
namun dia takut akan pesan ketuanya tadi. Kalau dia menggunakan senjata
itu dan sekali lawan tergigit mati tentu dia akan mendapat marah besar.
Maka dia lalu berteriak keras dan mengerahkan seluruh ilmunya
meringankan tubuh. "Aihhh...!" Swat Hong terkejut ketika melihat betapa
tubuh lawan dapat bergerak lebih cepat lagi dan dalam serangkaian serangan
yang tak terduga saking cepatnya, hampir saja pundaknya kena dicengkeram.
Dia berseru sambil meloncat keatas, tinggi sekali kemudian bagaikan seekor
burung walet, tubuhnya sudah membalik di udara, menukik kebawah dan dia
sudah melancarkan serangan dengan jurus Kak‐seng‐jip‐hai (Bintang
Terompet Memasuki Laut), jurus terakhir yang paling ampuh dan yang dulu
PART 100
dilatihnya dengan ibu dan ayahnya sehingga dia mahir sekali mainkan jurus
ini. Hebat bukan main daya serang jurus ini karena selagi tubuh meluncur
turun dengan menukik kebawah, kedua tangannya sudah bergerak
mencengkram kearah ubun‐ubun kepala lawan yang botak itu! "Hayaaa...!"
kini Lo Thong yang kaget ketika merasa ada hawa dingin menyentuh ubunubun
kepalanya dari atas. Maklum bahwa serangan itu merupakan ancaman
maut bagi dirinya, dia tidak berani lengah, cepat membuang diri kebelakang
sehingga dia terjengkang, kemudian menggunakan ginkangnya untuk
berguling di atas lantai. Dengan gerakan ini, biarpun pakainnya kotor terkena
debu, namun dia selamat dan dapat menghindarkan diri dari serangan jurus
Kak‐seng‐jip‐hai tadi. Akan tetapi, betapa terkejutnya melihat dara itu sudah
meloncat ke depan dan baru saja dia bangkit berdiri, Swat Hong sudah
menghantamnya dengan kedua tangan didorongkan ke depan. "Haiiiiiiittt!!"
Swat Hong berseru nyaring dan mengerahkan tenaga sinkangnya. "Sumoi,
jangan....!" Sin Hong berteriak, kaget ketika melihat betapa sumoinya itu
menggunakan tenaga Swat‐im‐sin‐ciang (Tenaga Pukulan Inti Salju) yang
merupakan sinkang paling ampuh dari Pulau Es! Untuk melatih diri agar bisa
menguasai tenaga im‐kang yang amat kuat ini, orang harus bersamadhi di
atas salju, tanpa pakaian, dan melewati malam‐malam yang dinginya
menyusup tulang! Dan sebagai puteri Raja Han Ti Ong, tentu saja Swat Hong
telah menguasai sinkang itu yang kini dipergunakan untuk menyerang selagi
lawan terdesak. "Ciaaaattt...!!" Lo Thong juga berteriak keras dan cepat dia
menolak hawa serangan itu dengan dorongan kedua tangannya. Dua tenaga
sinkang bertemu tanpa kedua pasang telapak tangan itu bersentuhan dan
akibatnya, Lo Thong terhuyung kebelakang dan dari ujung bibirnya
mengucur darah! Sambil menggereng keras, Lo Thong yang merasa
penasaran itu melompat ke depan menerkam, akan tetapi Swat Hong yang
sudah siap menyambutnya dengan sebuah tendangan dari samping yang
tepat mengenai pantat Lo Thong dan membuat tubuhnya terlempar jauh ke
arah tempat duduk Ouw Kong Ek! Ketua Pulau Neraka ini marah sekali,
tangannya bergerak menyambut tubuh itu dan tahu‐tahu tubuh Lo Thong
sudah melayang lagi ke arah Swat Hong. Akan tetapi ternyata bahwa ketika
menyambut tadi, Ouw Kong Ek yang lihai telah menotok dua jalan darah di
pungung pembantunya yang seketika merasa dadanya lega kembali, begitu
dia dilontarkan ke arah Swat Hong, dengan nekat dia sudah menyerang
dengan kedua lengan dikembangkan, kedua tangan hendak mencengkram
tubuh gadis itu. Swat Hong terkejut sekali, tidak nyangka bahwa tubuh lawan
akan secepat itu melayang kembali ke arahnya, maka dia berteriak dan
maklum akan bahaya yang mengancam karena dia tidak sempat mengelak
lagi! Akan tetapi tiba‐tiba ada bayangan berkelebat dan tahu‐tahu Sin Liong
telah berada di dekat sumoinya. dengan tangan kiri dia menarik tubuh
sumoinya dan dengan tangan kanan dia menyapok ke atas dan kedua tangan
Lo Thong tertangkis, bahkan tubuh orang botak ini terdorong miring dan
cepat dia meloncat ke atas lantai dengan mata terbelalak heran dan kagum
akan kehebatan tenaga pemuda itu. Maklum bahwa dia tak mampu menang,
PART 101
dia lalu mengundurkan diri di dekat ketuanya dengan muka penuh keringat.
"Bagus! Puteri Han Ti Ong lumayan juga kepandaiannya, boleh coba‐coba
dengan aku sendiri!" Ouw Kong Ek turun dari kursinya dan melangkah ke
tengah lapangan. "Baik, majulah! Aku tidak takut menghadapimu!" Swat
Hong menantang. "Sumoi, mundurlah! Biar aku menghadapi Ouw Tocu." Sin
Liong mencegah sumoinya. "Tidak, aku akan menghadapi sendiri!" Sin Liong
melangkah menghampiri Ouw Kong Ek dan berkata, "Ouw‐tocu, benarkah
Tocu menantang sumoiku ini? Harap Tocu suka melihat baik‐baik. Sumoiku
adalah seorang anak perempuan yang usianya sebaya dengan cucumu,
sehingga kalau Tocu menantangnya sama artinya dengan Tocu menantang
seorang cucu! Kalau Tocu tidak malu bertanding dengan seorang anak
perempuan yang sepatutnya menjadi cucumu, silahkan. Kalau Tocu, cukup
gagah biarlah aku menerima tantanganmu tadi. mari kita bertanding
mengukur kepandaian. Kalau aku kalah, terserah kepada Tocu. kalau aku
menang, setelah aku mengajarkan ilmu pengobatan, Tocu akan membiarkan
kami berdua pergi dari pulau ini dengan aman. Bagaimana?" "Aku tidak
takut! Suheng, biar aku melawan dia, aku tidak takut!" Swat Hong berteriakteriak.
Ouw Kong Ek memandang kepada dara muda dan mukanya berubah
merah. Memang tidak keliru omongan Sin Liong tadi. Bocah itu masih amat
muda, masih kanak‐kanak sebaya Soan Cu. Seorang anak‐anak dan
perempuan lagi! Tentu saja akan amat merendahkan dirinya kalau sampai
dia menantang seorang anak perempuan kecil! "Baiklah, mari kita mengadu
kepandaian Kwa Sin Liong," katanya. Sin Liong menoleh kepada sumoinya.
"Nah, kau dengar. Yang ditantang adalah aku, buka kau, Sumoi. Mundurlah."
Swat Hong membanting‐banting kaki, terpaksa dia mundur akan tetapi lebih
dulu dia berkata kepada Ouw Kong Ek, "Aku selalu masih siap untuk
melayani jago Pulau Neraka yang manapun juga." Ouw Kong Ek dan Sin Liong
sidah saling berhadapan dan keduanya saling pandang tanpa bergerak,
seolaholah hendak mengukur dan menilai keadaan lawan dengan pandangan
matanya. Melihat sikap pemuda yang amat tenang itu, juga pancaran sinar
matanya lembut dan bebas dari rasa takut maupun kebencian dan
kemarahan, hati Ouw Kong Ek menjadi makin suka. Melihat sikap pemuda ini,
sukar untuk dipercaya bahwa pemuda ini adalah murid Han Ti Ong, Raja
Pulau Es yang sakti. Kelihatannya hanya seperti seorang pemuda yang lemah,
pantasnya seorang sastrawan yang biasanya hanya membaca sajak dan
menulis huruf indah atau meniup suling. "Orang muda, mulailah!" Ouw Kong
Ek berkata ragu‐ragu untuk menggunakan kepandaiannya menyerang orang
yang kelihatannya lemah ini. "Ouw‐tocu, bukan aku yang menghendaki adu
kepandaian ini, maka biarlah aku hanya menjaga diri saja." Jawaban yang
keluar dengan suara lembut dan sejujurnya itu setidaknya memanaskan hati
Ouw Kong Ek karena kedengarannya seolah‐olah pemuda itu memandang
rendah kepadanya. Pemuda ini sama sekali tidak gentar menghadapinya, hal
itu sama saja memandang rendah! "Kwa Sin Liong, sambutlah seranganku!"
bentaknya dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, gerakannya perlahan
saja namun didahului sambaran angin pukulan dari kedua telapak tangannya.
PART 102
"Wuuuuuttt... wuuuuttt!!" hawa pukulan yang dahsyat dua kali menyambar
ke arah leher dan pusar Sin Liong ketika kakek itu menggerakan kedua
tangannya memukul. Dengan tubuh ringan sekali Sin Liong menggeser kaki
dan berhasil mengelah sampai berturut‐turut enam kali karena ternyata
bahwa pukulan kakek itu begitu luput dari sasaran terus dilanjutkan dengan
serangan berikutnya tanpa berhenti sedikit pun, sehingga enam kali
berturut‐turut kedua tangannya menyambar dahsyat dari segala jurusan!
barulah Sin Liong dapat membebaskan diri dari kepungan kedua tangan itu
ketika dia meloncat jauh ke belakang, dan siap lagi menghadapi serangan
berikutnya. "Bagus!" Ouw Kong Ek berseru kagum melihat betapa pemuda itu
dengan enak saja sudah berasil menghindarkan diri dari serangan pukulan
yang dinamakan Jurus Pukulan Badai Mengamuk. Kemudian dia menerjang
lagi, kini dia tidak bergerak lambat lagi, melainkan cepat sekali. Kaki
tangannya bergerak dengan cepatnya, gerakan yang aneh namun setiap
gerakan mengandung daya serang yang amat berbahaya. Kembali Sin Liong
menyambut serangan‐serangannya itu dengan tenang dan hati‐hati,
mengelak ke sanansini dan hanya kalau terpaksa dia menggunakan kedua
tangannya untuk menangkis atau menyampok. Perlahan saja pemuda itu
menangkis, namun selalu tangkisannya yang membawa hawa pukulan Imkang
itu berhasil menghalau tangan lawan! Sampai tiga puluh jurus lebih Sin
Liong selalu mengelak dan menangkis tanpa satu kalipun membalas serangan
lawan! Tentu saja hal ini membuat Ouw Kong Ek kagum sekali. Pemuda ini
sudah diserangnya dengan hebat, didesaknya sampai keadaannya berbahaya,
namun tetap tidak mau membalas. "Eh, Suheng, kau tidak membalas, apa kau
merasa phai‐seng‐gi (sungkan) kepada orang yang hendak memunggut
mantu kepadamu?" Swat Hong berteriak‐teriak penuh penasaran ketika
melihat suhengnya bertempur seperti orang mengalah saja. Merah muka Sin
Liong. Memang dia tidak mau membalas karena dia selamanya belum pernah
memukul orang! Dia memang mempelajari silat yang tinggi sekali
tingkatannya, bahkan dari kitab‐kitab lama yang rahasia dan tak pernah
dibaca orang di dalam perpustakaan Pulau Es, dia menemukan ilmu‐ilmu
mujijat, di antaranya ilmu mengenal inti gerakan semua ilmu silat. Akan
tetapi dia merasa sungkan dan ngeri kalau harus memukul orang lain, apalagi
kepada kakek yang sama sekali tidak ada permusuhan apaapa dengannya itu.
Kini mendengar ejekan Swar Hong, dia merasa tidak enak dan hatinya
terguncang. Guncangan ini memperlambat gerakan tangannya, maka ketika
dia menangkis sebuah pukulan, tangkisannya meleset dan pukulan tangan
kiri Ouw Kong Ek menyerempet pundaknya. Tubuhnya tergetar hebat dan
dia terhuyung ke belakang. Ouw Kong Ek yang merasa penasaran sekali kini
maklum bahwa kalau pemuda itu membalas serangannya, mungkin dia akan
kalah! maka melihat hasil pukulannya yang membuat Sin Liong terhuyung
dia cepat mendesak maju. Dia harus mengalahkan pemuda ini karena dia
ingin sekali pemuda ini menjadi penghuni Pulau Neraka, dan kalau mungkin
menjadi suami Soan Cu. Dan untuk itu, dia harus lebih dulu merobohkannya.
Maka dia cepat mendesak selagi tubuh Sin Liong terhuyung ke belakang itu.
PART 103
"Wuuut‐plak‐plak! Wuuu‐plak‐plak!!" Pukulan‐pukulan tangan Ouw Kong Ek
hebat sekali dan setiap kali Sin Liong yang masih terhuyung itu mengelak,
pukulan itu berubah menjadi cengkraman yang amat lihai namun selalu
tangan Sin Liong masih dapat menyapoknya! Bahkan pemuda itu berseru
keras, tubuhnya melayang keatas, berjungkir balik dua kali dan sudah turun
lagi ke atas lantai dengan tubuh tegak dan sudah siap lagi! Ouw Kong Ek
makin penasaran. Cepat dia menerjang maju, kedua kakinya bergerak cepat
dengan tendangan berantai yang cepat dan kuat sekali. Kedua kaki itu seperti
kitiran saja sehingga kelihatannya kakek ini berkaki lebih dari dua yang
bergerak susul menyusul melakukan tendangan ke arah bagian‐bagian
berbahaya dari tubuh Sin Liong. "Siuut‐siutt...dess!!" Setelah berhasil
mengelak ke kanan kiri, Sin Liong terdesak ke sudut dan terpaksa dia
menggunakan kedua lengannya menangkis sambil mengerahkan tenaga inti
salju. Tubuh Ouw Kong Ek menggigil, terasa dingin sekali tubuhnya, rasa
dingin yang menjalar melalui kaki yang tertangkis. Dia menggoyang
tubuhnya beberapa kali dan ras dingin sudah terusir. Dia memandang
lawannya dengan mata terbelalak lebar, kemudian kakek ini mengeluarkan
suara melengking nyaring dan tubuhnya sudah melayang ke atas kemudian
menukik kearah Sin Liong. Sin Liong terkejut sekali, dia maklum bahwa
serangan terakhir ini bukan main hebatnya, maka dia pun lalu berteriak
keras dan tubuhnya juga mencelat ke atas menyambut tubuh lawannya,
kedua lengannya digerakkan di depan tubuhnya. "Plak‐plak... bruukkk!!"
tubuh Ouw Kong Ek terbanting ke atas lantai, dan hanya setelah dia
bergulingan beberapa kali saja dia dapat bangun dengan agak pening. Bukan
main, pikirnya. Dia tadi melakukan serangan dahsyat, serangan maut yang
akan sukar disambut oleh lawan yang sakti, akan tetapi pemuda itu
menyambutnya di udara, memapaki pukulan dengan pukulan sehingga kedua
telapak tangan mereka bertemu di udara dan akibatnya dia sendiri yang
terbanting keras! "Belum cukupkah, Tocu?" Sin Liong bertanya dengan suara
penuh penyesalan karena dia dipaksa untuk bertempur , hal yang sama sekali
tidak disukainya. "Hmm, aku belum mengaku kalah, orang muda!" Dan kini
kakek itu menyerang lagi dengan ilmu silat yang gerakannya cepat sekali,
akan tetapi juga aneh. Swat Hong yang menonton di pinggir, memandang
penuh perhatian dengan alis berkerut. Dia merasa heran sekali. Ilmu silat
yang dimainkan oleh kakek itu seperti pernah dilihatnya, seperti bukan
gerakan asing, namun mengapa begitu aneh dan sama sekali tidak
dikenalnya? Memang tidak mengherankan hal ini terjadi pada Swat Hong
karena ilmu silat yang dimainkan kakek itu memang bersumber pada ilmu
silat Pulau Es, hanya sudah diubah banyak sekali menjadi ilmu silat ciptaan
nenek moyang Pulau Neraka! Bahkan kini dari kedua telapak tangan kakek
itu mengepul uap hitam, dari mulutnya juga menyembur uap hitam yang
kadang‐kadang menyambar ke arah muka Sin Liong. Sebagai seorang hali
pengobatan Sin Liong segera mengenal hawa beracun keluar dari uap hitam
itu, maka dia bersikap hati‐hati, setiap kali ada uap hitam menyambar.
Sementara itu, sambil mengelak dan menangkis dia mencurahkan seluruh
PART 104
perhatiannya dan dengan ilmu mujijat yang didapatnya dari kitab, yaitu
mengenal rahasia inti gerakan ilmu silat, dia sudah dapat mencatat dan hafal
akan jurus‐jurus yang dimainkan oleh lawannya. "Suheng, balaslah lawanmu!
Apa kau takut?" Swat Hong berteriak lagi. Ouw Kong Ek yang sudah merah
mukanya saking penasaran dan malu karena merasa dipandang rendah dan
dipermainkan, membentak, "Orang muda, berani engkau memandang rendah
kepadaku sehingga tidak mau balas menyerang?" Sin Liong terkejut bukan
main. Sama sekali tidak mengira bahwa sikapnya yang mengalah dan tidak
mau balas menyerang itu malah dianggap memandang rendah oleh kakek itu
dan dianggap takut oleh Swat Hon! Tadinya dia hanya mengharapkan kakek
itu akan tahu diri dan mundur sendiri. Siapa kira, kakek itu keras kepala dan
tidak akan mengaku kalah kalau tidak dirobohkan! Dalam keadaan seperti
itu, tidak ada pilihan lain bagi Sin Liong. Dia menggigit bibirnya menguatkan
hati karena menyerang orang merupakan hal yang berlawanan dengan
hatinya, lalu kaki tangannya bergerak cepat sekali. Terdengarlah seruanseruan
kaget dari mulut para pembantu Ouw Kong Ek, bahkan belasan jurus
kemudian, setelah dengan susah payah Ouw Kong Ek mengelak dan
menangis, kakek ini berseru keras dan tubuhnya terguling. "Heiiii... dari mana
engkau mendapatkan ilmuku ini ?" Kakek yang sudah terguling karena kedua
lututnya tercium ujung sepatu Sin Liong itu meloncat bangun lagi sambil
bertanya dengan mata terbelalak dan penuh keheranan. Selama belasan jurus
tadi, dia telah diserang oleh Sin Liong dengan ilmu silatnya sendiri dan pada
jurus ke lima belas, dia tidak mampu menghindar sehingga kedua lututnya
tertendang, membuat dia terguling dan kalau pemuda itu menghendaki,
ketika ia terguling tadi tentu pemuda itu dapat menyusulkan serangan maut
yang dapat menewaskannya! Sin Liong menjura dan melangkah mundur.
"Aku hanya meniru‐niru dari Tocu sendiri...." Ouw Kong Ek makin terheran
dan sejenak dia melongo, kemudian dia melangkah maju dan memegang
kedua tangan pemuda itu. "Kwa Sin Liong ...engkau hebat sekali! Aku
mengaku kalah terhadap Kwa‐taihiap (Pendekar Besar Kwa)! Aku telah
dirobohkan secara mutlak, bahkan dengan jurus‐jurus ilmu silatku sendiri!
Dia ini adalah seorang pendekar besar yang memiliki kesaktian seperti
dewa!" Semua penghuni Pulau Neraka membungkuk dan memberi hormat
kepada Sin Liong! Tentu saja pemuda itu cepat membalas penghormatan
mereka dengan memutar‐mutar tubuhnya sambil berkata tersipu‐sipu,
"Aahhh, harap Cuwi (Anda sekalian) jangan berlebihan..." "Kwa‐taihiap, aku
Ouw Kong Ek sudah mengaku kalah. Harap Taihiap suka mengajarkan ilmu
pengobatan itu agar kami dapat terbebas dari hawa beracun yang banyak
terdapat di pulau ini. Setelah aku paham, kami akan mempersilahkan Taihiap
dan Han‐lihiap (Pendekar Wanita Han) meninggalkan pulau ini dengan
aman." "Baik, Ouw‐tocu. Aku akan melakukan penyelidikan tentang racunracun
di pulau ini dan berusaha mencarikan obat penawanya." Soan Cu
berlari menghampiri Sin Liong dan berkata, "Sin Liong, kau hebat sekali! Aku
sungguh kagum kepadamu ." Sambil berkata demikian, Soan Cu memegang
kedua tangan Sin Liong dan mengangkat muka memandang wajah Sin Liong
Share This Thread