Page 2 of 16 FirstFirst 12345612 ... LastLast
Results 16 to 30 of 229

Thread: 2. suling emas

http://idgs.in/730827
  1. #16

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 16
    Ketua Beng‐Kau ini keluar sambil tersenyum‐senyum dan menjura ke arah
    para tamu lalu duduk. Para tamu juga lalu duduk kembali, akan tetapi semua
    mata tetap terbelalak lebar memandang gadis yang keluar bersama, Pat‐jiu
    Sin‐Ong.
    Itulah dia, gadis yang kini menarik semua pandang mata bagaikan besi
    sembrani menarik logam. Liu Lu Sian, dara jelita yang pada saat itu
    mengenakan pakaian sutera putih terhias benang emas dan renda‐renda,
    merah muda. Cantik jelita bagaikan dewi khayangan!
    Para muda melongo, ada yang menelan ludah, ada yang lupa mengatupkan
    mulutnya, bahkan ada yang menggosok‐gosok mata karena merasa dalam
    mimpi! Namun orang yang menjadikan para muda terpesona itu tetap duduk
    dengan tegak dan senyum manisnya tak pernah meninggalkan bibir. Tapi
    banyak pula yang memandang dengan hati ngeri.
    Mereka semua, tua muda, sudah mendengar belaka tentang peristiwa hebat
    di dalam rumah penginapan, dimana tujuh orang pendekar muda yang
    tergila‐gila kepada gadis ini terbunuh secara aneh.
    Para tamu yang duduk di ruangan kehormatan mulai bergerak menghampiri
    Pat‐jiu Sin‐ong menghaturkan selamat, diikuti tamu‐tamu lain. Pat‐jiu Sinong
    menyambut pemberian selamat itu sambil tertawa‐tawa dan tidak
    berdiri dari bangkunya, sikap yang jelas memperlihatkan keangkuhannya.
    Setelah para tamu memberi selamat, dan mereka kembali ke tempat masingmasing,
    tiba‐tiba Pat‐jiu sin‐ong berdiri dari bangkunya memandang ke luar
    dan berseru keras. "Aha, saudara muda Kwee Seng ! Kau datang juga hendak
    memberi selamat kepadaku? Bagus! Menggembirakan sekali. Mari ke sini,
    kau mau duduk bersamaku!"
    Tentu saja semua tamu menoleh ke arah luar untuk melihat tamu agung
    manakah yang begitu menggembirakan Pat‐jiu Sin‐ong sehingga tokoh ini
    sampai berdiri dan berseru menyambut segembira itu? Mereka mengira
    bahwa yang datang tentulah seorang tokoh besar di dunia kang‐ouw.

  2. Hot Ad
  3. #17

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 17
    Akan tetapi alangkah heran hati mereka ketika melihat seorang pemuda
    berpakaian sastrawan yang melangkah masuk ke ruangan itu dengan langkah
    lambat dan sikap lemah‐lembut. Seorang pelajar lemah seperti ini bagaimana
    bisa mendapatkan perhatian begitu besar dari Pat‐jiu Sin‐ong yang terkenal
    angkuh dan tidak memandang mata kepada tokoh‐tokoh kang‐ouw yang
    hadir di situ?
    Pemuda itu bukan lain adalah Kwee Seng. Memang jarang ada orang kangouw
    mengenalnya, tetapi di antara sedikit tokoh besar dunia kang‐ouw yang
    tahu akan kehebatan orang muda ia adalah Pat‐jiu Sin‐ong, karena Ketua
    Beng‐kauw ini pernah bertemu dengan Kwee Seng ketika dia mengunjungi
    Ketua Siauw‐lim‐pai, Kian Hi Hosiang yang sakti, memperlakukan pemuda ini
    sebagai seorang tamu agung pula!
    Inilah sebabnya maka Ketua Beng‐kauw mengenal Kwee Seng dan biarpun
    belum membuktikan sendiri kehebatan pemuda ini, ia sudah dapat menduga
    bahwa pemuda yang di sambut demikian hormatnya oleh Ketua Siauw‐limpai,
    yang malah dijuluki Kim‐mo‐eng, tentulah memiliki ilmu kepandaian
    yang tinggi.
    Dengan tenang dan tersenyum ramah Kwee Seng menghampiri tuan rumah
    menjura dengan hormat sambil berkata, "Liu‐enghiong (Orang Gagah She
    Liu), maafkan saya datang menggangu secawan dua cawan arak. Terus terang
    saja, kebetulan lewat dan mendengar tentang keramaian di sini dan ingin
    menonton.
    "Akan tetapi sama sekali bukan untuk memberi selamat. Makin tinggi
    kedudukan makin banyak keruwetan dan makin besar kemuliaan makin
    besar pula kejengkelan, apa perlunya diberi selamat?"
    "Ha‐ha‐ha‐ha! Kata‐katamu ini memang cocok bagi orang yang mengejar
    kedudukan dan memperebutkan kemuliaan, yang tentu saja hanya akan
    menemui kejengkelan dan memperbanyak permusuhan. Akan tetapi aku
    menjadi koksu (guru negara) untuk membimbing pemerintahan negaraku
    yang dipimpin oleh keluargaku sendiri.

  4. #18

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 18
    "Ini namanya panggilan negara dan bangsa, kewajiban seorang gagah.
    Akupun tidak butuh pemberian selamat yang semua palsu belaka, basa‐basi
    palsu, berpura‐pura untuk mengambil hati. Ha‐ha‐ha! Lebih baik yang jujur
    seperti kau ini, Kwee‐hiante. Mari duduk!"
    Dengan gembira tuan rumah menggandeng tangan Kwee Seng, diajak duduk
    semeja dan segera Liu Gan memerintahkan pelayan mengambil arak terbaik
    dari cawan perak untuk Kwee Seng.
    "Liu‐enghiong, aku mendengar pula bahwa kau hendak mencari mantu dalam
    perayaan ini..."
    "Ah, anakku yang ingin mencari jodoh. He, Lu Sian, perkenalkan ini sahabat
    baikku, Kwee Seng!" Ketua Beng‐kauw itu dengan bebas berteriak kepada
    puterinya. Liu Lu Sian sejak tadi memang memperhatikan Kwee Seng yang
    disambut secara istimewa oleh ayahnya.
    Biarpun pemuda ini gerak‐geriknya halus seperti orang lemah, namun
    melihat sinar matanya, Lu Sian dapat menduga bahwa Kwee Seng adalah
    seorang yang memiliki kepandaian tinggi.
    Mendengar seruan ayahnya ia lalu bangkit berdiri lalu menghampiri Kwee
    Seng sambil merangkapkan kedua tangannya. "Kwee‐kongcu (Tuan Muda
    Kwee), terimalah hormatku!" katanya dengan suara merdu dan bebas, gerakgeriknya
    manis sama sekali tidak malu‐malu atau kikuk seperti sikap gadis
    biasa.
    Kwee Seng sejak tadi hanya memperhatikan Liu Gan saja maka tidak tahu
    bahwa di ruangan itu terdapat gadis puteri Liu Gan yang kecantikannya telah
    banyak pemuda tergila‐gila, bahkan agaknya yang telah menjadi sebab
    daripada akibat mengerikan di rumah penginapan malam kemarin.
    Mendengar suara merdu ini ia menengok dan... pemuda itu berdiri terpesona,
    sejenak ia tidak dapat berkata‐kata, bahkan seakan‐akan dalam keadaan
    tertotok jalan darah di seluruh tubuhnya, tak dapat bergerak seperti patung

  5. #19

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 19
    batu! Belum pernah selama hidupnya ia terpesona oleh kejelitaan seorang
    wanita seperti saat itu. Mata itu!
    Bening bersih gilang‐gemilang tiada ubahnya sepasang bintang kerling tajam
    menggores jantung kedip mesra membuat bingung
    Bulu mata lentik berseri bagai rumput panjang di pagi hari sepasang alis
    hitam kecil melengkung menggeliat‐geliat malas kedua ujung!
    "Kwee‐kongcu..." kata pula Liu Sian melihat pemuda itu diam saja seperti
    patung, dalam hatinya geli bukan main.
    "A... oh..., Liu‐siocia (Nona Liu), tidak patut saya menerima penghormatan
    ini...!" jawabnya gagap sambil cepat‐cepat mengangkat kedua tangannya ke
    depan dada. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika ia merasa betapa angin
    pukulan menyambar dari arah kedua tangan gadis yang dirangkap di depan
    dada itu.
    Angin pukulan yang mengandung hawa panas dan yang tentu akan cukup
    membuat ia terjungkal dan terluka hebat. Alangkah kecewanya hati Kwee
    Seng! Dara juwita ini, yang dalam sedetik telah membuat perasaannya moratmarit,
    yang kecantikannya memenuhi semua seleranya, menguasai seluruh
    cintanya, ternyata memiliki watak yang liar dan ganas!
    Sekilas teringat lagi ia akan pembunuhan tujuh orang pemuda tak berdosa
    dan seketika itu Kwee Seng merasa jantungnya sakit. Ia masih terpesona,
    masih kagum bukan main melihat dara jelita ini, namun kekaguman yang
    bercampur kekecewaan. Maka ia pun cepat mengarahkan tenaga ke arah ke
    dua tangannya yang membalas penghormatan.
    "Aiiihhh...! Mengapa Kwee‐kongcu demikian sungkan? Penghormatan kami
    sudah selayaknya!" kata Liu Lu Sian yng berseru untuk menutupi
    kekagetannya ketika angin pukulan yang keluar dari pengerahan sin‐kang di
    kedua tangannya membalik seperti angin meniup benteng baja.

  6. #20

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 20
    Gadis ini sambil tersenyum manis menyambar guci arak pilihan dari tangan
    pelayan bersama sebuah cawan perak, lalu menuangkan arak ke dalam
    cawan itu. Cawan sudah penuh, terlampau penuh akan tetapi anehnya, arak
    di dalam cawan tidak luber, tidak membanjir keluar. Permukaan arak
    melengkung ke atas berbentuk telur.
    Dengan tangan kanan memegang cawan yang terisi arak itu Liu Lu Sian
    berkata,"Kehadiran Kwee‐kongcu merupakan kehormatan besar, harap sudi
    menerima arak sebagai tanda terima kasih kami."
    Kembali Kwee Seng tertegun. Dara juwita ini tidak saja cantik seperti
    bidadari, akan tetapi juga memiliki kepandaian hebat. Sin‐kang yang
    diperlihatkan kali ini lebih halus, sehingga bagi orang biasa tentu merupakan
    perbuatan yang tak masuk akal, seperti sihir.
    Akan tetapi makin kecewalah hati Kwee Seng karena ia menganggap bahwa
    gadis ini terlalu binal dan suka membuat malu orang lain. Kalau yang
    menerima arak sepenuh itu tidak memiliki sin‐kang yang tinggi, apakah tidak
    akan mendatangkan malu karena araknya pasti akan tumpah semua begitu
    gadis ini melepaskan pegangannya?
    "Siocia terlampau sungkan. Terlalu besar kehormatan ini bagi saya..." Kwee
    Seng menerima cawan sambil mengerahkan tenaganya sehingga ketika Lu
    Sian melepas cawan itu, arak yang terlalu penuh tetap melengkung di atas
    cawan tidak tumpah sedikitpun juga.
    Akan tetapi jantung Kwee Seng berdegup keras karena ketika ia menerima
    cawan tadi jari tangannya bersentuhan dengan kulit tangan yang halus sekali,
    sementara itu, hidungnya mencium bau harum semerbak yang luar biasa, bau
    harum bermacam bunga yang baru sekarang ia menciumnya karena tadi ia
    terlampau terpesona oleh kecantikan Lu Sian.
    Ia tadi sudah berhati‐hati sekali, sebagai seorang yang sopan, agar jari
    tangannya tidak menyentuh jari gadis itu, akan tetapi toh bersentuhan, maka
    ia tahu bahwa gadis itulah yang sengaja menyentuhkan tangannya!

  7. #21

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 21
    Berbarengan dengan datangnya degup jantung mengeras dan ganda harum
    yang memabokkan otak, timbul hasrat hati Kwee Seng untuk memamerkan
    kepandaiannya pula di depan gadis jelita yang berlagak ini.
    Ia segera menuangkan arak ke dalam mulutnya, mengangkat cawan tinggi ke
    atas mulut dan menuangkannya. Akan tetapi, sampai cawan itu membalik,
    araknya tetap tidak mau tumpah ke dalam mulut ! Arak itu seakan‐akan
    sudah membeku di dalam cawan!
    "Ah, maaf... maaf... saya memang tidak bisa minum arak baik!" kata Kwee
    Seng sambil menurunkan lagi cawannya. Tiba‐tiba ia membuka sedikit
    mulutnya dan dari cawan yang sudah berdiri lagi itu tiba‐tiba meluncur arak
    seperti pancuran kecil menuju ke atas dan langsung memasuki cawan itu
    menjadi kering!
    "Wah, kehadiran Kwee‐kongcu benar‐benar menggembirakan. Kalau tadi
    secawan arak untuk penghormatan kami, sekarang kuharap kongcu sudi
    menerima secawan lagi, khusus dariku!" kata pula Lu Sian sambil
    menuangkan lagi arak ke dalam cawan kosong, kali ini lebih penuh daripada
    tadi, lalu memberikannya kepada Kwee Seng.
    Seketika terbelalak mata Kwee Seng kedua pipinya menjadi merah dan sinar
    matanya berkilat. Lenyap seketika pesona yang menguasai dirinya. Gadis ini
    benar‐benar terlalu liar, aneh, dan ganas! Ia melihat betapa tadi dari tangan
    gadis itu berkelebat sinar putih memasuki cawan dan sebagai seorang
    pendekar sakti, ia maklum apa artinya itu.
    Arak kali ini dicampuri semacam obat bubuk yang biarpun sedikit sekali,
    namun ia dapat menduga tentu amat hebat akibatnya kalau terminum
    olehnya. Ia tahu bahwa gadis ini tidak sengaja mencelakakannya, hanya
    untuk menguji, akan tetapi cara ujian yang amat berbahaya!
    "Nona terlalu menghormat ...!" jawabnya dan ia menerima cawan itu. Begitu
    cawan diterimanya, ia berseru, "Ah, nona terlalu banyak mengisi araknya...!"
    dan tiba‐tiba, biarpun cawan itu dipegangnya lurus‐lurus, isi cawan
    berhamburan keluar dan tumpah semua sampai habis. Anehnya, tangan
    Kwee Seng yang memegang sawan sama sekali tidak basah karena ara itu

  8. #22

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 22
    tumpahnya "melayang" ke depan dan sebaliknya malah membasahi sebagian
    celana dan sepatu si jelita!
    "Ah, maaf.. maaf..!" kata Kwee Seng sambil menjura penuh hormat.
    "Kwee‐kongcu terlalu merendah ...!" Sepasang pipi Lu Sian menjadi merah
    sekali dan kilatan matanya membayangkan kemarahan ketika ia menjura dan
    mengundurkan diri kembali ke bangkunya sambil mengusap noda arak
    dengan sapu tangannya.
    Peristiwa aneh ini hanya disaksikan oleh beberapa orang tamu kehormatan
    yang duduk berdekatan, akan tetapi para tamu yang jauh tidak melihat jelas,
    dan hanya mengira bahwa pemuda pelajar itu amat canggung sehingga
    menumpahkan arak yang disuguhkan orang kepadanya. Namun, banyak yang
    merasa iri hati melihat betapa Si Bidadari sampai dua kali memberi suguhan
    arak kepada pemuda lemah itu.
    "Ha‐ha‐ha, lama tak jumpa, kau makin hebat, Kwee‐hiante! Mari, mari kita
    minum sampai mabok!"
    Sambil merangkul pundak Kwee Seng, Pat‐jiu Sin‐ong mengajak pemuda itu
    menghadapi meja penuh hidangan. "Liu‐enghiong tentu maklum bahwa aku
    tidak biasa minum arak lebih dari tiga cawan," bantah Kwee Seng.
    "Ha‐ha‐ha!" Ocehan burung yang tak patut didengar! Aku percaya, biarpun
    habis tiga guci, orang macam kau mana bisa mabok ? Ha‐ha‐ha marilah, tak
    usah sungkan. Kita orang sendiri!"
    Karena sikap tuan rumah ini setulus hatinya, Kwee Seng terpaksa melayani.
    Ia maklum betapa suara tuan rumah yang keras ini terdengar semua orang
    dan ia sudah melihat sinar mata iri dilempar orang, terutama kaum mudanya,
    ke arahnya. Ia memang tidak suka minum arak terlalu banyak, akan tetapi
    kali ini hatinya sedang rusak dan kacau.

  9. #23

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 23
    Harus ia akui bahwa ia tertarik oleh kecantikan Liu Lu Sian yang luar biasa,
    dan ia tahu bahwa hatinya sudah siap mengaku cinta. Seorang dewa
    sekalipun akan jatuh hati berhadapan dengan Lu Sian! Akan tetapi disamping
    perasaan yang baru kali ini ia rasakan selama hidupnya, terselip rasa nyeri
    yang membuat hatinya perih, yaitu kenyataan bahwa gadis yang
    menjatuhkan hatinya ini memiliki watak yang liar dan ganas, sama sekali
    berlawanan dengan pendiriannya.
    Karena perasaan yang bertentangan antara perasaan cinta dan benci inilah
    maka Kwee Seng menjadi seperti orang nekat dan ia menerima terus setiap
    kali Pat‐jiu Sin‐ong menyuguhkan arak. Sebentar saja ia sudah minum arak
    tua belasan cawan banyaknya!
    "Lu Sian, hayo kau gembirakan hati para tamu kita dengan tarian pedang!"
    tiba‐tiba Pat‐jiu Sin‐ong berseru memerintah puterinya sambil tertawa‐tawa
    karena tokoh inipun sudah terpengaruh hawa arak.
    Lu Sian tersenyum mengangguk, lalu bangkit berdiri dan dengan lenggang
    yang dapat mengayun hati para muda yang memandangnya, gadis ini ini
    berjalan menuju ke tengah panggung terbuka. Tepuk tangan riuh gemuruh
    menyambutnya. Lu Sian menjura dengan hormat sambil berseru, suaranya
    merdu nyaring mengatasi keriuhan tepuk tangan itu.
    "Permainanku masih amat dangkal, harap cu‐wi jangan metertawakan!"
    Setelah berkata demikian, Lu Sian menggerakan tangannya dan .... dalam
    pandangan mereka yang ilmu silatnya kurang tinggi, gadis itu tiba‐tiba
    lenyap dan berubah menjadi bayangan yang berkelebatan kesana kemari
    dibungkus sinar putih berkilauan bergulung‐gulung dan berkilat‐kilat.
    Dari sana‐sini terdengar seruan kagum, yang muda‐muda kagum akan
    keindahan ilmu silat pedang yang benar‐benar merupakan tarian luar biasa
    itu, adapun golongan tua kagum karena mereka melihat di dalam gerakan
    yang indah ini tersembunyi kekuatan yang dahsyat, setiap kelebatan pedang
    yang begitu indah tampaknya sebetulnya mengandung jurus maut yang tidak
    mudah dilawan. Dengan bukti kehebatan gadis ini makin tunduklah mereka
    akan kelihaian dan nama besar Pat‐jiu Sin‐ong.

  10. #24

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 24
    Lu Sian sengaja mainkan Hwa‐kiamhoat (Ilmu Pedang Kembang) yang indah
    untuk memamerkan kepandaian dan kecantikannya. Ia bersilat sampai lima
    puluh jurus dan ketika berhenti di tengah panggung sambil berdiri tegak, ia
    tampak gagah dan cantik jelita, dengan sepasang pipi kemerahan karena
    denyut darahnya agak kencang setelah bersilat tadi.
    Bibirnya tersenyum‐senyum, matanya yang tajam berseri‐seri menyambut
    tepuk tangan yang seakan‐akan hendak merobohkan panggung buatan itu.
    Akan tetapi begitu Lu Sian kembali duduk di tempatnya, berkelebatlah
    bayangan orang dan seorang laki‐laki berusia lima puluh tahun sudah berdiri
    di atas panggung.
    Gerakannya yang demikian ringan dan cepatnya menandakan bahwa ia
    seorang yang berkepandaian tinggi, sedangkan pakaian dan cara ia
    menggelung rambut ke atas menyatakan bahwa ia seorang pendekar To atau
    yang disebut tosu. Di punggungnya tergantung sebuah pedang.
    Tosu ini terdengar lantang suaranya setelah keadaan tadi kembali sunyi
    karena terhentinya tepuk tangan. Sambil menjura ke arah Pat‐jiu Sin‐ong,
    tosu itu berkata, "Kauwcu (Ketua Agama), pinto (aku) Ang Sin Tojin dari Knlun‐
    pai, merasa kagum akan kebesaran nama Pat‐jiu Sin‐ong, dan sengaja
    pinto diutus oleh ketua kami memberi selamat.
    Akan tetapi tidak nyana bahwa Kawcu dengan puteri Kauwcu menimbulkan
    hal‐hal yang tidak baik! Kauwcu memamerkan kepandaian dan kecantikan
    puteri Kauwcu, ada kabar hendak menggunakan kesempatan ini mencarikan
    jodoh bagi puteri Kauwcu. Hal ini sudah sewajarnya. Aka tetapi mengapa
    banyak pemuda tidak berdosa yang tergila‐gila kepada puteri Kawcu
    menemui kematian yang penuh penasaran?
    Sekarang, Kauwcu tidak menyelidiki dan membikin terang perkara itu, malah
    Kauwcu menambah pengaruh agar para pemuda makin tergila‐gila. Apakah
    sesungguhnya kecantikan yang gilang‐gemilang seperti puteri Kauwcu?
    Kecantikan hanyalah timbul dari kelemahan batin melalui pandang mata,
    sesungguhnya palsu adanya.

  11. #25

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 25
    Kecantikan hanya terbatas sampai di kulit, namun siapa tahu isi hati yang
    tersembunyi di balik kecantikan. Pat‐jiu Sin‐ong, Pinto kehilangan seorang
    anak murid Kun‐lun yang terbunuh secara tidak wajar, terpaksa mohon
    penjelasan?"
    Seketika tegang keadaan di situ. Terang bahwa tosu ini menuntut kematian
    muridnya, dan sekaligus mencela keadaan Beng‐kauw dengan adanya
    kematian tujuh orang pemuda dan mencela pula pameran kecantikan dan
    kepandaian Liu Lu Sian! Keadaan seketika menjadi sunyi karena semua orang
    menanti dengan hati berdebar.
    Sambil tersenyum Pat‐jiu Sin‐ong berdiri dari bangkunya, akan tetapi tidak
    mendekati Ang Sin To Jin. Sambil bertolak pinggang ketua Beng‐Kauw yang
    tinggi besar ini bertanya, "Tosu, Kau ini apanya Ang Kun To Jin ?"
    "Beliau adalah Suhengku dan Pinto hanyalah murid kedua dari suhu."
    Pat Jiu Sin Ong tiba‐tiba tertawa sambil menengadahkan mukanya ke atas.
    "Heh, Tosu mentah! Kau kira kematian bocah‐bocah ***** itu adalah
    perbuatanku atau perbuatan anakku?"
    "Pinto tak berani menuduh siapapun juga, akan tetapi setidaknya peristiwa
    maut itu terjadi karena Kauwcu berhasrat memilih mantu karena kecantikan
    putrimu dan tentu dilakukan oleh seorang dari Beng‐kauw! Karena itu
    ketuanya harus bertanggung jawab!"
    "Ha‐ha, bertanggung jawab bagaimana?"
    "Kauwcu harus dapat menangkap pembunuh itu dan menghukumnya mati di
    depan kami semua. Kemudian Kauwcu lakukan pemilihan calon mantu yang
    tepat dan tidak banyak menimbulkan korban, pilihlah mantu yang cocok dan
    karena ini urusan Kauwcu, terserah, asal tidak secara sekarang ini yang
    membikin gila banyak orang muda tak berdosa."

  12. #26

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 26
    "Wah, lagaknya! Kalau aku tidak menuruti permintaanmu itu, bagaimana?"
    "Hmmmmm, kalau begitu, berarti Kauwcu tidak peduli akan kematian murid
    Kun‐lun‐pai yang menjadi tamu di sini, dan hal itu tentu saja Pinto tidak
    dapat tinggal diam saja?"
    "Habis, kau mau apa, Tosu mentah?"
    "Pinto terpaksa menuntut balas atas kematian murid, dan melupakan
    kebodohan, minta pelajaran dari Beng‐Kauwcu Pat‐jiu Sin‐ong!" Dengan
    tegak berdiri, Tosu itu siap menghadapi pertandingan.
    "Tosu sombong, berani kau menghina ketua kami?" Tiba‐tiba Ma Thai Kun
    yang bertubuh jangkung kurus sudah melompat ke atas panggung, tangannya
    begerak memukul ke arah Ang Sin Tojin. Gerakan Ma Thai Kun cepat sekali
    sehingga kejadian yang tak tersangka‐sangka itu tidak dapat ditunda lagi.
    Pukulannya hebat, mengeluarkan angin bersiutan dan menuju ke arah dada
    tosu kun‐lun‐pai itu.
    Ang Sin Tojin adalah murid kedua dari Ketua Kun‐lun‐pai, Kim Gan Sian jin,
    tentu saja ilmu kepandaiannya sudah amat tinggi dan karena itu pula ia tadi
    berani mengeluarkan tantangan terhadap ketua Beng‐kauw. Kini melihat
    seorang tinggi kurus bermuka hitam telah berada di depannya dan mengirim
    pukulan maut, ia pun cepat menggerakkan tangannya menangkis, sambil
    mengarahkan Sin‐kang (tenaga sakti).
    "Dukkkkk!" Dua tangan mengandung tenaga sakti. Ma Thai Kun masih berdiri
    setengah membungkuk, tubuhnya tidak bergoyang. Akan tetapi akibat
    benturan kedua lengan itu membuat Ang‐sin to jin terhuyung‐huyung ke
    belakang sampai lima langkah.
    Diam‐diam tosu Kun‐lun‐pai ini terkejut bukan main. Harus diakui tenaga
    sakti Si Muka Hitam ini hebat sekali, sungguhpun tidak sampai menyebabkan
    ia terluka parah, namun cukup menggempur kuda‐kudanya dan membuat ia
    terhuyung‐huyung.

  13. #27

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 27
    "Ji‐sute (Adik Seperguruan ke Dua), mundurlah! Siapa yang mencari perkara
    dengan aku dan anakku, biarlah aku menghadapinya sendiri!" Pat‐jiu Sin‐ong
    menegur adiknya. Ma Thai Kun mendengus marah, lalu mengundurkan diri.
    "Ang Sin Tojin, apakah kau masih tidak mau menarik kembali tuntutanmu?"
    "Seorang laki‐laki sekali bicara dipegang sampai mati!" jawab tosu itu dengan
    suara ketus.
    "Ah, ah, benar‐benar tosu Kun‐lun‐pai keras kepala. Eh, tosu mentah, kau tadi
    bilang kecantikan puteriku sebatas kulit. Apa artinya?"
    "Pinto mengakui bahwa puteri Kauwcu cantik jelita dan pandai. Akan tetapi
    semua itu hanya sampai dikulit, hanya akibat pandangan mata lahir. Mata
    batin takkan dapat ditipu dan takkan silau oleh kecantikkan. Mata batin
    mencari sampai kedalam batin pula, mencari kebenaran yang suka tertutup
    oleh kepalsuan."
    Merah muka Pat‐jiu Sin‐ong, akan tetapi mulutnya masih tersenyum.
    "Anakku memang cantik, ini semua orang tahu. Kalau mata melihatnya tidak
    cantik sekalipun, yang salah bukan dia, melainkan matanya! Tosu mentah,
    lekas kau pulang ke Kun‐lun‐san, jangan mencari keributan disini."
    "Kalau begitu, pinto minta pelajaran dari Beng‐kauwcu!" kata tosu itu sambil
    mencabut pedangnya. Ia tadi sudah membuktikan betapa hebat sin‐kang dari
    Ma Thai Kun yang hanya merupakan adik seperguruan Ketua Beng‐kauw ini,
    maka ia tidak berani berlaku sembrono. Dengan pedang di tangan ia mengira
    akan dapat mengimbangi lawannya, karena memang Kun‐lun‐pai terkenal
    dengan kiam‐hoatnya (ilmu pedangnya).
    "Kau menantangku?" Liu Gan bertanya, masih tersenyum.

  14. #28

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 28
    "Pinto siap!"
    "Nah, terimalah ini!" Kedua tangan Pat‐jiu Sin‐ong bergerak. Begitu cepatnya
    gerakan kedua lengannya itu sehingga kedua tangan itu seakan‐akan berubah
    menjadi delapan! Inilah agaknya maka ia mendapat julukan Pat‐jiu (Lengan
    Delapan). Dalam segebrakan saja Ang Sin Tojin merasa seakan‐akan ia
    diserang oleh delapan pukulan yang kesemuanya merupakan pukulan maut!
    Cepat ia menggerakkan tubuhnya dan memutar pedangnya melindungi diri.
    "Plakk! Tranggg... aduhhh...!" Hanya dalam sekejap mata saja terjadinya.
    Entah bagaimana tosu itu sendiri tidak tahu, pergelangan tangannya sudah
    terpukul, membuat pedangnya terpental dan tiba‐tiba ia merasa amat sakit
    pada telinga dan mata kanannya. Ia roboh menggulingkan diri sampai
    beberapa meter lalu meloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan mata kanannya
    mencucurkan darah! Ternyata daun telinga kanannya pecah bagian atasnya,
    sedangkan pelupuk mata kanannya pun robek!
    "Tosu mentah! Mengingat akan suhengmu, Ang Kun Tojin, dan memandang
    muka terhormat suhumu, Kim Gan Sianjin Ketua Kun‐lun, aku tidak
    mengambil nyawamu. Akan tetapi aku tidak dapat membiarkan matamu yang
    salah lihat dan telingamu yang salah dengar. Hendaknya pelajaran ini
    membuka matamu bahwa Beng‐kauw tidak boleh dibuat main‐main oleh
    siapapun juga! Nah, pergilah!"
    Ang Sin Tojin maklum bahwa orang sakti didepannya ini bukan lawannya,
    bahkan suhunya, Ketua Kun‐lun‐pai sendiri, belum tentu akan dapat
    menandinginya. Ia bukan seorang bodoh dan nekat. Tanpa banyak cakap ia
    memungut pedangnya, menjura dan berkata, "Pinto hanya dapat melaporkan
    kepada suhu bahwa pinto gagal dalam tugas." Setelah berkata demikian, ia
    membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ.
    Keadaan di situ sunyi sekali. Ketegangan mencekam dan suasana ini amat
    tidak enak. Pat‐jiu Sin‐ong Liu Gan lalu tertawa dan mengahadapi para
    tamunya. "Cu‐wi yang terhormat harap maafkan gangguan tadi. Nah, karena
    soal pemilihan calon mantu sudah disebut‐sebut oleh tosu mentah tadi,
    terpaksa kami akui bahwa hal itu memang tidak salah.

  15. #29

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 29
    Cu‐wi sudah melihat ilmu silat anakku yang rendah. Oleh karena itu, kalau
    ada di antara para muda gagah yang hendak memperlihatkan kepandaian,
    anakku akan sanggup melayaninya. Mereka yang dapat mengalahkan anakku
    Liu Lu Sian berarti lulus dan akan diadakan pemilihan di antara mereka yang
    lulus, kalau‐kalau ada yang berjodoh menjadi mantukku.
    "Ha‐ha‐ha!" setelah berkata demikian dan menjura, Ketua Beng‐kauw ini
    duduk lagi di tempatnya.
    "Eh, saudara muda kwee, kau lihat tosu tadi, menjemukan tidak?"
    "Memang menjemukan! Semuanya menjemukan!" kata Kwee Seng.
    "Ha‐ha, urusan begitu saja jangan menghilangkan kegembiraan kita. Mari
    minum!"
    Keduanya lalu minum lagi dan keadaan di situ menjadi meriah pula.
    Sementara itu, Liu Lu Sian sudah meloncat ke tengah panggung lagi setelah
    meninggalkan pedangnya di atas meja. Hal ini berarti bahwa ia hanya akan
    melayani pertandingan tangan kosong, tanpa mempergunakan senjata.
    Ketika melihat gadis cantik itu sudah berdiri siap di tengah panggung, di
    antara para tamu muda timbullah suasana gaduh. Sebetulnya banyak sekali
    pemuda yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk menyaksikan
    kecantikan gadis yang sudah terkenal itu dengan mata sendiri.
    Dan sekarang, setelah melihat Liu Lu Sian, hampir semua pemuda yang hadir
    di situ tergila‐gila dan tak seorang pun yang tidak ingin memetik tangkai
    bunga segar mengharum ini. Akan tetapi, menyaksikan ilmu kepandaian Lu
    Sian dan kehebatan ayahnya, sebagian besar para muda itu sudah menjadi
    gentar dan tidak berani mencoba‐coba.

  16. #30

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 30
    Apalagi kalau mengingat akan pembunuhan‐pembunuhan aneh di dalam
    rumah penginapan kemarin malam, mereka merasa ngeri dan membuat
    sebagian besar di antara mereka mundur teratur! Betapapun juga, di antara
    mereka ada juga yang nekat karena mungkin dapat menahan hatinya yang
    sudah runtuh oleh kecantikan Lu Sian.
    Seorang pemuda berpakaian serba hijau dan yang duduknya di bagian
    bawah, berjalan dengan langkah lebar dan gagah ke arah panggung,
    kemudian sekali menggerakkan tubuhnya ia sudah meloncat ke atas
    panggung berhadapan dengan Lu Sian.
    Pemuda ini berwajah cukup ganteng, alisnya tebal dan matanya tajam, hanya
    mulutnya lebar membayangkan ketinggian hati. Dengan sikap gagah ia
    menjura dan merangkap kedua tangan di depan dada, memberi hormat
    kepada Liu Lu Sian sambil berkata, suaranya lantang.
    "Aku bernaama Han Bian Ki, dikenal sebagai Siauw‐kim‐liong (Naga Emas
    Muda) di lembah sungai Min‐kiang, ingin mencoba‐coba kepandaian nona Liu
    yang gagah."
    Lu Sian melirik dan bibirnya melempar senyum manis sekali. Akan tetapi
    sesungguhnya melihat mulut yang agak lebar itu ia sudah merasa tidak
    senang kepada pemuda ini. Orang macam ini berani mau coba‐coba, pikirnya.
    Apanya sih yang diandalkan ? Tampangnya tidak menarik, dan melihat
    gerakan loncatannya, juga tidak banyak dapat diharapkan tentang ilmu
    silatnya.
    "Han‐enghiong, tak usah ragu‐ragu. Mulailah!" katanya dengan suara dingin.
    "Saya Bhong Siat dari lembah Yang‐ce!" kata Si Muka Kuning yang suaranya
    seperti orang berbisik, atau kehabisan napas.
    Makin muak rasa perut Liu Lu Sian menyaksikan majunya dua orang yang
    berwajah buruk ini. Memang ia sengaja menantang agar mereka maju
    sekaligus agar ia tidak usah berkali‐kali menghadapi mereka seorang demi

Page 2 of 16 FirstFirst 12345612 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •