Results 1 to 5 of 5
http://idgs.in/72210
  1. #1
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default Horta Tuding Desi Anwar Terlibat Makar

    Horta Tuding Desi Anwar Terlibat Makar

    SBY Terkejut, Beber Penangkapan Tiga Tentara Timor Leste
    JAKARTA - Hubungan Indonesia dengan Timor Leste memburuk. Hal itu dipicu tudingan Presiden Jose Ramos Horta yang menyebutkan bahwa elemen-elemen dari Indonesia terlibat dalam pemberontakan yang dipimpin Alfredo Reinado pada 11 Februari 2008 yang membuat dirinya hampir tewas.

    Dalam dua kali pernyataan yang disiarkan jaringan berita Australia, ABC News, Horta mengumbar tudingan adanya elemen eksternal dari Indonesia yang membantu Alfredo Reinado.

    Dalam pernyataan pertama yang disampaikan beberapa jam usai kembali setelah dua bulan dirawat di Darwin, Australia, Kamis (17/4), Horta masih tidak menjelaskan secara rinci siapa saja elemen Indonesia itu. "Ada sejumlah orang yang mengeluarkan dokumen perjalanan palsu untuk Reinado ke Jakarta," ujar Horta saat itu.

    Namun, dia juga menekankan bahwa dugaan tidak mencakup pemerintah Indonesia maupun militer Indonesia secara kelembagaan. "Dengan penduduk 250 juta orang, sulit bagi Indonesia untuk mengontrol setiap orang yang punya niat melanggar peraturan pemerintahnya," ungkap peraih Nobel Perdamaian tersebut.

    Pada hari kedua setelah kepulangannya ke Dili, Horta kembali menyalak. Kali ini, tudingannya lebih spesifik. Mengutip situs ABC News edisi kemarin (18/4), mantan presiden dan Menlu itu menyebut nama wartawati senior Desi Anwar sebagai pihak yang aktif berhubungan dengan Reinado.

    "Kami memiliki bukti kuat bahwa wartawati senior itu dibantu pihak berwenang di Timor Barat (Nusa Tenggara Timur, Red) membuat dokumen-dokumen palsu bagi kepentingan perjalanan Reinado ke Indonesia," kata Horta.

    Dia menyatakan, kegiatan Desi tersebut tidak hanya telah melanggar kode etik jurnalistik, tapi juga melanggar hukum Timor Leste. "Apa yang dilakukan Desi Anwar telah turut memberikan andil pada percobaan pembunuhan 11 Februari lalu. Saya tidak akan tinggal diam sampai kebenaran keterlibatan mereka bersama Reinado dibuka," tegasnya.

    Lontaran lidah tajam Horta dari seberang itu mengundang respons petinggi pemerintah. Tak kurang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku terkejut ketika mendengar pernyataan Ramos Horta kepada media massa yang seolah-oleh menuding keterlibatan Indonesia. "Saya sangat berharap kepada leadership di Timor Leste untuk tidak mengeluarkan statement yang bisa mengakibatkan salah interpretasi, seolah-olah ada keterlibatan pihak Indonesia di dalam peristiwa itu. Statement ini akan mengganggu hubungan bilateral yang sekarang ini dalam keadaan yang baik," kata SBY dalam konferensi di Kantor Presiden kemarin (18/4).

    Presiden mengungkapkan, dirinya telah melakukan percakapan dengan Horta saat di Darwin melalui telepon pada 10 April. Saat itu dibahas hasil investigasi yang sedang berlangsung untuk mengusut kasus penembakan yang terjadi. Horta kepada SBY menyebutkan, ada sejumlah informasi yang mengungkap adanya percakapan telepon antara pemimpin pemberontak Alfredo Reinaldo dengan pihak-pihak di Indonesia.

    Saat berbicara dengan SBY, Horta meminta bantuan untuk menindaklanjuti informasi investigasi tersebut. "Karena itu, saya segera instruksikan kepada Kapolri Jenderal Sutanto untuk dengan cepat melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk bekerja sama dengan pihak Timor Leste," kata SBY yang menyayangkan pembicaraan mengenai hasil investigasi itu seharusnya tidak diungkap ke publik.

    Dalam kesempatan yang sama, Presiden SBY mengumumkan keberhasilan Polri menangkap dan menahan tiga warga negara Timor Leste yang terlibat di dalam kasus penembakan Ramos Horta. Mereka adalah Egidio Lay Carbalho, Jose Gomes, dan Ismail Sansao Moniz Soares. "Ketiga-tiganya adalah oknum tentara Timor Leste, bukan warga negara Indonesia," kata SBY dalam konferensi di Kantor Presiden kemarin. Karena penangkapan itu, SBY mengucapkan terima kasih kepada jajaran Polri.

    Penangkapan pemberontak yang bukan WNI itu, menurut SBY, mengklarifikasi pernyataan Horta yang menyebut ada keterlibatan pihak-pihak di Indonesia dan Australia dalam penembakan dirinya.

    Hal senada juga Wakil Presiden Jusuf Kalla langsung meminta agar Departemen Luar Negeri mengklarifikasi tudingan tersebut. Dia menyatakan, pemerintah Indonesia tidak mengetahui persis maksud pernyataan Horta yang disiarkan sebuah media internasional itu.

    "Saya tidak paham apa maksudnya karena itu kan hanya pernyataan sepintas lalu. Saya justru ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi," ujar Kalla dalam keterangan pers rutin di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (18/4).

    Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda yang sedang berada di New York menyatakan akan meminta agar Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta memberikan bahan bukti yang bisa menguatkan dugaan yang dilontarkan tersebut. "Jika Timor Leste bisa memberikan bahan-bahan yang dimaksud, Indonesia siap menindaklanjuti dugaan itu. Kami ingin dugaan itu juga didukung substansi," jelasnya.

    Jika informasi dan bukti bisa diberikan, dia menjamin, bukan hanya Deplu, berbagai institusi lain, termasuk pihak Imigrasi, akan melacak. "Sebenarnya bagi Indonesia tidak sulit untuk mencoba menyelidiki kebenaran dugaan tersebut. Kalau ada informasi, misalnya pembicaraan telepon, hubungan (aliran, Red) keuangan, berikan kepada kami. Gampang kok melacaknya," ujarnya.

    Mengenai potensi memburuknya hubungan diplomatik kedua negara, Wirajuda mengisyaratkan keinginan Jakarta bahwa Timor Leste tetap menjalankan komunikasi yang baik dengan Indonesia.

    Sementara itu, wartawati Metro TV Desi Anwar saat dihubungi tadi malam justru merasa geli atas tuduhan Presiden Timor Leste Ramos Horta yang menyatakan dirinya membantu Alfredo Reinado berkunjung ke Indonesia untuk wawancara pada 23 Mei 2007. "Sangat lucu dan tidak masuk akal. Sama sekali tidak benar," tegasnya lalu tertawa.

    Dengan berkelakar, wartawati senior itu berharap tudingan Horta tersebut bukan bagian dari April Mop. Desi mengaku prihatin karena Horta mendapat masukan yang tidak berdasar serta tidak profesional. "Saya justru kasihan. Kalau Horta mendapat masukan dari intelejen Timor Leste, kesannya kok tidak intelejen banget. Saya ini kok jago banget melakukan semua yang dituduhkan itu, seolah-olah saya menggalang sebuah konspirasi besar," katanya.

    Karena Horta tidak menunjukkan bukti-bukti yang mendukung tuduhannya, Desi menganggap Horta menderita trauma pascapenembakan. "Saya tidak tahu apakah dia masih trauma, belum lurus pikirannya, menjadi paranoid, sehingga semua orang dituduh-tuduh sebagai musuh," tukasnya.

    Selanjutnya, saudara pengamat ekonomi internasional Dewi Fortuna Anwar itu mendoakan agar Horta betul-betul sehat kembali. "Saya berdoa untuk kesembuhan Horta," katanya.

    Hubungan Desi Anwar dengan Mayor Alfredo Reinado, terkait dengan Program Kick Andy di Metro TV. Pada Kamis (24/5/2007) malam, acara talkshow itu menghadirkan Mayor Alfredo sebagai tamu pada tayangan berdurasi satu jam. Padahal saat itu Mayor Alfredo buronan paling dicari Pemerintah Timor Leste. Sehari setelah penayangan, Ramos Horta langsung meminta klarifikasi dari Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste Ahmad Dei Sofyan. (noe/tom/naz/kim)

    ini link nya:
    || Jawa Pos Online ||

    macem2 aja nih Horta.. makin panas deh hubungannya

    Kalo mau blok aja perbatasannya, pasti komat kamit deh

  2. Hot Ad
  3. #2
    krusszz's Avatar
    Join Date
    Dec 2006
    Location
    somewhere over the rainbow
    Posts
    3,255
    Points
    3,695.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    buset, koq nama desi anwar ya yg keluar dari mulutnya si horta ?

    aneh2 aja ni

  4. #3
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    RI Perlu Mengambil Tindakan Tegas Terhadap Timor Leste
    Reporter : Palce Amalo

    KUPANG--MI: Pemerintah RI diminta mengambil tindakan tegas terhadap negara Timor Leste terkait pernyataan Presiden Ramos Horta pekan lalu yang menuduh

    wartawan Metro TV Desi Anwar turut terlibat dalam percobaan pembunuhan atas dirinya.

    Tindakan tegas itu antara lain menutup pintu perlintasan RI menuju Timor Leste di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

    "Pernyataan Ramos Horta itu telah menganggap remeh Bangsa Indonesia. Seharusnya pemerintah memertimbangkan untuk menutup pintu masuk dari darat dan laut ke Timor Leste misalnya di Selat Ombai, dan jalan masuk ke daerah Oekusi dan jalan masuk ke Dili," kata Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni kepada Media Indonesia di Kupang, Minggu (27/4).

    Menurut Ferdi, arogansi pemerintah Timor Leste tidak disitu saja, Timor Leste telah memperluas wilayah maritimnya secara unilateral pada 2003 sepanjang 200 mil ke segala arah dari bibir pantai Timor Leste hingga mencaplok 50 mil wilayah laut Indonesia.

    Dengan penutupan pintu perlintasan tersebut, seluruh kebutuhan pokok yang selama ini didatangkan dari Indonesia, dialihkan ke Australia. "Pemerintah Indonesia bersikap terlalu lunak terhadap Timor Leste," katanya.

    Dia menjelaskan, Laut Timor kaya akan deposit fosil bahan bakar sehingga jangan dibiarkan saja dijarah oleh Timor Leste dan Australia.

    Terkait itu, Jakarta harus berani membatalkan secara unilateral seluruh perjanjian RI-Australia di Laut Timor yang dibuat sejak 1971- 1997 kemudian dirundingkan lagi secara trilateral bersama Timor Leste. (PO/OL-03)

    http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=167974

    Xanana ke Indonesia, Timor Leste harus Minta Maaf
    Reporter : Fardiansah Noor

    JAKARTA--MI: Pemerintah Indonesia dinilai tidak bisa melindungi warga negaranya karena lemah dalam menampik tudingan Presiden Timor Leste Ramos Horta yang menyebutkan wartawan Metro TV Desi Anwar sebagai biang penembakan yang dilakukan oleh Alfredo Reinado.

    Presiden Yudhoyono harus minta permintaan maaf Timor Leste ketika Perdana Menteri Xanana Gusmao berkunjung ke Indonesia.

    Demikian diungkapkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Damai Sejahtera (PDS) Jeffery J Massie dan Yuddy Chrisnandi (FPG) ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Minggu (27/4).

    Menurut Jeffrey, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya menampik keras tudingan Ramos Horta itu. Pemerintah juga harus meminta pemerintahan Timor Leste memberikan bukti kuat yang menjadi alasan keluarnya tudingan terhadap jurnalis Indonesia yang antiperang itu.

    “Aneh kalau jurnalis yang dijadikan kambing hitam. Lebih aneh lagi kalau Presiden tidak menampik keras tudingan itu serta menuntut bukti konkrit atas tudingan yang dilancarkan Ramos Horta,” kata Jeffrey.

    Bukti konkrit itu, lanjutnya, bisa diminta oleh Presiden ketika menerima kunjungan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao yang direncanakan datang ke Indonesia pada 28 April ini. Apabila bukti itu tidak bisa diberikan oleh pemerintahan Timor Leste, seharusnya Presiden mendesak agar Ramos Horta mencabut tudingannya dan meminta maaf kepada Desi Anwar, serta pemerintah Indonesia.

    “Memprihatinkan sekali kalau Timor Leste tidak mau memberikan bukti dasar tudingannya. Setelah Singapura dan Malaysia mempermainkan Indonesia, kini Timor Leste pun sudah berani mempermainkan Indonesia karena pemerintahannya lemah,” cetus Jeffrey.

    Sedangkan, Yuddy Chrisnandi menyatakan, karena Timor Leste telah menuding Indonesia dan warga negaranya sebagai biang tertembaknya Ramos Horta, sebagai negara besar Indonesia tidak perlu menganggap Timor Leste ada. “Indonesia tidak perlu menjanjikan apapun kepada Timor Leste, karena negara kecil itu juga tidak bisa memberikan apa-apa kepada Indonesia. Kecuali hanya fitnah yang membuat masyarakat Indonesia sakit hati saja,” ujar Yuddy.

    Dia menilai, Ramos Horta kini sedang dihinggapi penyakit ketakutan yang berlebihan dan paranoid. Karena itu, pemerintah harus meminta pertanggungjawaban dan permintaan maaf dari Timor Leste atas tudingan terhadap warga negara Indonesia yang disebut-sebut menjadi biang keladi tertembaknya Ramos Horta.

    “Sebaiknya Ramos Horta jangan mencari masalah dengan Indonesia. Timor Leste bagi Indonesia tidak menjanjikan, seharusnya mereka sadar dan pemerintah harus menyadarkan hal itu,” tegas Yuddy.(Far/OL-03)

    http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=167975

    Pemerintah akan Pertemukan Desi dan Xanana
    Reporter : Fardiansah Noor

    JAKARTA--MI: Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal menyatakan, pemerintah Indonesia saat ini sedang mengusahakan dilakukannya pertemuan antara jurnalis Indonesia yang dituding sebagai penyebab tertembaknya Presiden Timor Leste Ramos Horta, Desi Anwar, dan Perdana Menteri Xanana Gusmao.

    “Sedang kita atur agar Desi bisa bertemu dengan Xanana yang akan datang ke Indonesia 30 April nanti,” kata Dino ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Minggu (27/4).

    Dia menjelaskan, sudah menjadi tugas pemerintah untuk melindungi warga negaranya dari tudingan negara lain. Apalagi, Desi Anwar sudah dikenal baik sebagai jurnalis profesional yang independen.

    “Saya sudah konsultasikan dengan Dubes Timor Leste dan menanyakan bahwa pemerintah sangat prihatin dengan tudingan itu,” ujar Dino.

    Dia menegaskan, pemerintah melalui departemen luar negeri bisa memanggil Dubes Indonesia di Timor Leste untuk meminta kejelasan. “Desi jangan khawatir. Pemerintah sedang berusaha menjernihkan kasus ini. Kita sedang coba pertemukan Desi dan Xanana, suratnya sudah kita kirim ke mereka,” ungkap Dino.

    Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang juga pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana menyatakan, sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan kepada Desi Anwar. Caranya adalah dengan membuka peluang komunikasi antara Desi dan Xanana Gusmao yang sedang berkunjung ke Indonesia.

    “Harus ada komunikasi antara Desi dan Xanana untuk menyelesaikan masalah ini secara informal. Ini tidak bisa diselesaikan antar dua negara, karena Timor Leste telah meralat tudingannya kepada pemerintah dan Desi bukan pejabat pemerintah. Tapi pemerintah bisa pertemukan Desi dan Xanana, dan berikan bantuan hukum,” jelas Hikmahanto.

    Dia menambahkan, dalam pertemuan itu apabila ada bukti tudingan terhadap Desi seharusnya bisa diperlihatkan. Walaupun itu agak sulit karena Ramos Horta pasti memberikan buktinya langsung ke Kejaksaan Agung Timor Leste.

    “Atau Desi bisa meminta Xanana mempertemukannya dengan Ramos Horta. Agar masalah ini diselesaikan secara informal,” kata Hikmahanto.

    Jalan terakhir, lanjutnya, Desi menuntut Xanana di pengadilan Timor Leste dengan memakai pengacara dari negara itu. Masalah utamanya adalah Ramos tidak mungkin dituntut melalui pengadilan Indonesia karena dia tidak akan mau datang ke Indonesia. “Walaupun begitu pintu bias sangat terbuka, karena kemungkinan pengadilan Timor Leste akan membela presidennya,” papar Hikmahanto. (Far/OL-03)

    http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=167985

    CIDES : Horta Harus Minta Maaf
    Reporter : Fardiansah Noor

    JAKARTA--MI: Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies (CIDES) Syahganda Nainggolan menyatakan, Presiden Ramos Horta segera meminta maaf atas kekeliruan ucapannya yang menuding jurnalis Indonesia, Desi Anwar, terlibat konspirasi rencana pembunuhan dirinya.

    “Itu tudingan yang mengada-ada. Wartawan dan kalangan media di Indonesia tidak pernah melibatkan diri dalam pertikaian apapun di Timor Leste. Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta seharusnya tidak memperburuk hubungannya dengan media yang ada di Indonesia utamanya Metro TV. Mengingat televisi swasta nasional itu selama ini banyak memberitakan keberhasilan pembangunan negara Timor Leste baik saat dipimpin Presiden Xanana Gusmao maupun Ramos Horta sendiri,” kata Syahganda.

    Menurutnya, Horta selektif terhadap suatu informasi yang diterimanya dan hati-hati berbicara karena itu akan menjadi boomerang, bila Horta terlalu gampang menuduh tanpa adanya kesalahan.

    “Horta juga perlu cermat . Saat ini Horta masih labil akibat operasi bekas tembakan yang dialaminya, sehingga cenderung peka serta menjadi tidak objektif,” ujar Syahganda.

    Dengan demikian, lanjutnya, tudingan Desi Anwar atau Metro TV sebagai ‘kaki tangan’ bagi pemberontakan Alfredo Reinado sangat tidak berdasar sama sekali. “Jelas sebuah pernyataan internasional yang tidak lucu,” tandas Syahganda. (Far/OL-03)

    http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=167986

    Horta asbun amat jadi orang, mentang2 dibelakangin Aussie.. ck ck ck, kalo timtim diserang lagi baru nyaho lu

  5. #4
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Ramos Horta Minta Maaf
    Luhur Hertanto - detikcom

    Jakarta - Presiden Ramos Horta menitip pesan khusus pada PM Xanana Gusmao. Ia meminta maaf atas pernyataannya yang menuduh seorang jurnalis Indonesia memfasilitasi pimpinan pemberontak Alfredo Reinaldo.

    Pesan dari Presiden Horta tersebut disampaikan PM Gusmao seusai pertemuan bilateral dengan Presiden SBY di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/4/2008).

    "Presiden kami meminta maaf atas pernyataan tersebut. Kami harap masalah ini tidak dibesar-besarkan," ujar PM Gusmao dengan suara agar tercekat.

    Ia meminta kalangan di Indonesia dapat memahami kondisi Presiden Horta yang hampir kehilangan nyawa dalam penembakan pada 11 Februari lalu. Kepala Negara Timor Leste itu sempat dua minggu lebih mengalami koma akibat luka parah yang diderita.

    Pada kesempatan sama Presiden SBY menambahkan, penyesalan dan permintaan maaf Presiden Horta itu sudah cukup. Dengan demikian dapat dianggap selesai dan masalahnya tidak perlu lagi dibesar-besarkan.

    "Semoga kita dapat mengambil hilmah, bahwa suatu pernyataan dan berita bisa timbulkan hal tidak baik. Saya minta media menyambut baik penyesalan Presiden Horta sehingga tercapai hubungan baik dua negara," sambung SBY.

    detikcom: situs warta era digital

    na gitu dong, jgn macem2

  6. #5
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Kunjungan Xanana dan Penyesalan Horta

    KUNJUNGAN Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao kali ini ke Jakarta tidak hanya menyangkut hubungan Indonesia-Timor Leste. Namun, mau tidak mau, Xanana harus pula menghadapi kenyataan yang tidak sedap menyangkut citra dan kredibilitas buruk Presiden Timor Leste Ramos Horta.

    Presiden Ramos Horta dengan gamblang telah menuduh Metro TV dan jurnalis senior Metro TV Desi Anwar terlibat dalam upaya pembunuhan terhadap dirinya. Tudingan tersebut adalah fitnah yang telah melukai kredibilitas Metro TV secara institusional dan reputasi Desi Anwar secara profesional sebagai seorang jurnalis. Itu tidak bisa diterima.

    Karena itu, Metro TV dan Desi Anwar mengajukan somasi untuk mendesak Presiden Ramos Horta menarik ucapan fitnahnya serta meminta maaf. Bila Horta tidak memenuhi permintaan tersebut, Metro TV dan Desi akan menggugat Horta secara hukum di Pengadilan Timor Leste.

    Sejatinya, tidak ada yang keliru dengan kunjungan kenegaraan Xanana. Apalagi kunjungan tersebut telah diagendakan sejak lama, dijadwalkan jauh sebelum Horta memfitnah Metro TV dan Desi Anwar. Tujuan kunjungan pun jelas untuk mempererat hubungan persahabatan Indonesia-Timor Leste.

    Namun, Perdana Menteri Xanana Gusmao tentu saja tidak bisa berdiam diri dan menganggap persoalan itu tidak ada. Apalagi kasus itu ditimbulkan presiden Timor Leste, negeri tempat ia menjadi perdana menteri saat ini.

    Karena itu, patut dihargai pernyataan Xanana dalam jumpa pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, kemarin, bahwa Presiden Horta telah menyatakan penyesalan mendalam atas persoalan itu.

    Namun, penyesalan Horta yang diungkapkan melalui Xanana jelas tidak menyelesaikan persoalan. Yang dibutuhkan adalah pernyataan resmi dari Presiden Ramos Horta secara langsung untuk menarik ucapan fitnahnya itu dan meminta maaf kepada Metro TV dan Desi Anwar.

    Menimbang bahwa Ramos Horta tengah berada dalam masa-masa pemulihan kesehatan dan trauma setelah tragedi penembakan yang nyaris merenggut jiwanya adalah satu hal. Tetapi, bersikap tegas atas pernyataan yang melukai kredibilitas dan reputasi adalah soal lain. Apalagi pernyataan tidak pantas, tidak proporsional, dan tidak bertanggung jawab itu dikeluarkan tidak saja oleh seorang presiden sebuah negara berdaulat, tetapi juga seorang peraih Hadiah Nobel untuk Perdamaian.

    Karena itu, Perdana Menteri Xanana Gusmao harus mengambil langkah lebih konkret agar Presiden Ramos Horta secara resmi mencabut ucapan fitnahnya itu dan meminta maaf secara langsung kepada Metro TV dan Desi Anwar.

    Horta semestinya belajar dan bersikap lebih arif setelah kasus ini. Jangan sampai reputasi Timor Leste sebagai bangsa dan negara rusak karena tabiat buruk pemimpinnya. Jangan sampai pemberian Hadiah Nobel untuk Perdamaian dipertanyakan atau dicabut karena telah diberikan kepada figur yang sejatinya tidak pantas menerima penghargaan yang sangat terhormat itu.

    Media Indonesia

    Yup, masa dapet nobel perdamaian malah mencari masalah

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •