Amerika Rugi Besar Jika Turki Keluar dari Progam Jet Tempur F-35
Seiring hubungan Amerika Serikat (AS)-Turki terus memburuk, dengan kedua belah pihak terlibat dalam perang sanksi dan tarif setelah Ankara menolak membebaskan seorang pendeta Amerika yang ditahan atas tuduhan terorisme, masa depan Turki dalam program F-35 pun jadi tak jelas.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini meloloskan sebuah RUU mengenai anggaran pertahanan yang memblokir transfer jet tempur generasi kelima tersebut dari AS ke Turki. Undang-undang itu diloloskan hanya beberapa minggu setelah pesawat F-35 pertama dikirim ke Turki, meskipun jet tersebut akan tetap berada di AS untuk program pelatihan.
Walau beberapa anggota parlemen telah mengangkat kasus warga AS yang ditahan sebagai salah satu alasan untuk menunda pengiriman F-35 tersebut, namun perhatian utama yang dikutip oleh Kongres adalah keputusan Ankara untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang canggih.
Menteri Pertahanan AS James Mattis telah melobi Kongres untuk mengizinkan Turki tetap melanjutkan program itu. Sebuah analisis yang diterbitkan oleh Australian Strategic Policy Institute pada Selasa (21/8), menjelaskan mengapa Mattis khawatir, dan mengapa mendorong Turki keluar dari konsorsium Joint Strike Fighter (JSF) akan menyebabkan ‘sakit kepala’ bagi Australia dan peserta lainnya.
“Jika Turki dikecualikan dari program JSF, pada gilirannya negara tersebut akan berhenti menyediakan komponen bagi lini produksi (F-35 Joint Strike Fighter). Itu sebabnya Menteri Pertahanan James Mattis menentang proposal tersebut, dengan menyatakan dalam sebuah surat kepada Kongres bahwa, ‘Jika rantai pasokan Turki terganggu saat ini, itu akan mengakibatkan jeda produksi pesawat, menunda pengiriman 50-75 F-35, dan akan membuang waktu sekitar 18-24 bulan untuk mendapatkan kembali suku cadang dan memulihkan (proses produksinya),'” tulis Marcus Hellyer.
Dia menambahkan bahwa angkatan udara Australia berada pada batasan waktu yang ketat untuk memulai dan bekerja dengan 33 F-35 dalam tiga tahun ke depan, dan penundaan produksi selama dua tahun akan menggagalkan rencana tersebut.
Turki juga diberi tanggung jawab untuk melakukan perawatan mesin yang menyeluruh di Eropa, menurut Hellyer, yang menyoroti tingkat ketergantungan antar anggota konsorsium.
Pada saat yang sama, Australia memiliki kecemasan yang sama dengan AS tentang pembelian sistem pertahanan rudal Rusia oleh Turki.
“JSF dirancang untuk mengalahkan sistem pertahanan udara Rusia kelas atas seperti S-400. Rusia akan sangat ingin memahami detail mengenai komponen elektromagnetik JSF, khususnya, profil radarnya… Para teknisi Rusia yang akan membantu Turki untuk memperkenalkan dan mengoperasikan S-400 tidak diragukan lagi akan mengumpulkan data spesifik mengenai JSF yang dapat digunakan untuk mengembangkan taktik untuk mengalahkannya,” Hellyer berspekulasi dalam artikel tersebut.
“Di dunia ‘normal’, orang akan memperkirakan bahwa aliran informasi akan menuju ke arah berlawanan, dengan Turki yang memegang kunci penting dan data kinerja mengenai S-400, dengan anggota NATO lainnya. Tetapi ketika satu anggota NATO berencana untuk mendapatkan sistem pertahanan udara Rusia, kita tidak lagi berada di dunia yang normal—belum lagi ancaman Erdoğan untuk menemukan sekutu baru dan berbeda.”
Baca Sumber
Share This Thread