Muak dan lelah dengan AS yang bermental Perang Dingin, China menegaskan bahwa mereka tidak sama dengan Uni Soviet.

Walau AS telah lama secara terbuka menggambarkan konfliknya dengan China sebagai geostrategis, sebuah dokumen Dewan Keamanan Nasional 2018 yang terungkap awal tahun ini menyatakan secara sederhana bahwa Gedung Putih melihatnya sebagai pertarungan antara kapitalisme dan sosialisme.

Utusan utama China untuk Amerika Serikat mengecam para pemimpin dan pemikir Washington pada Selasa (31/8) karena mendekati persaingan AS dengan China sebagai “perang dingin” baru, menyebut langkah itu sebagai “salah penilaian”.

“Kebijakan ekstrem China dari pemerintahan AS sebelumnya telah menyebabkan kerusakan serius pada hubungan kami, dan situasi seperti itu tidak berubah. Bahkan terus berlanjut,” ucap Duta Besar China untuk AS Qin Gang, di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komite Nasional nirlaba untuk Hubungan AS-China pada Selasa (31/8), dikutip Sputnik.

Di bawah mantan Presiden AS Donald Trump, Gedung Putih dan Pentagon memulai pergeseran strategis besar-besaran dari Perang Melawan Teror dan menuju apa yang disebutnya "persaingan kekuatan besar" dengan Rusia dan China, khususnya China, yang telah dipilih sebagai ancaman terbesar di seluruh dunia untuk supremasi AS.

Presiden AS Joe Biden, yang mulai menjabat pada Januari, telah melanjutkan pendekatan itu dengan memperluas sanksi terhadap pejabat dan perusahaan China, serta berusaha untuk menggalang negara-negara regional melawan China.

Biden mengatakan dalam pidato April di hadapan Kongres bahwa AS "bersaing dengan China dan negara-negara lain untuk memenangkan abad ke-21."

Dia juga mengklaim, dia menginginkan "persaingan, bukan konflik" dengan negara sosialis Asia Timur tersebut, tetapi juga menyatakan hubungan itu sebagai salah satu antara "otokrasi" dan demokrasi, mencerminkan banyak bahasa yang digunakan untuk membingkai perjuangan besar abad ke-20 antara AS dan sekutu kapitalisnya dengan Uni Soviet serta sekutu sosialisnya, yang untuk sementara waktu juga termasuk China.

“China bukan Uni Soviet,” tegas Qin pada acara tersebut, yang dihadiri oleh mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger, diplomat realpolitik yang meletakkan dasar bagi normalisasi hubungan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China, di antara para "pengamat China” lainnya.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/in-d...ina-uni-soviet