​Peran pendukung operasi di bandar udara Kabul tampaknya menawarkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan lebih banyak risiko daripada manfaat.

Di tengah kekacauan pengambilalihan Taliban di Afghanistan, para pemain regional termasuk Turki telah berebut untuk memosisikan diri dengan rezim baru dan memanfaatkan keuntungan dari kekosongan yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat dan NATO, menurut analisis Iain MacGillivray di Lowy Institute The Interpreter. Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan telah menyatakan bahwa dia terbuka untuk bekerja sama dengan rezim Taliban, meskipun pernah melayangkan kritik terhadap Taliban sebelumnya.

Turki tidak asing dengan konflik Afghanistan karena telah terlibat dalam operasi NATO sejak 2001. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki juga memiliki hubungan yang kuat dengan pemerintah Afghanistan sebelumnya, sambil membangun hubungan regional yang lebih kuat dengan Pakistan dan Iran untuk menavigasi masalah Afghanistan.

Saat Amerika Serikat dan NATO menarik diri dari Afghanistan, Turki bersiap untuk mengambil kendali atas keamanan Bandar Udara Internasional Hamid Karzai di ibu kota Kabul. Sayangnya, jatuhnya pemerintah Afghanistan dengan cepat ke tangan Taliban meninggalkan proposal itu dalam keraguan. Taliban telah menawarkan Turki kesempatan untuk memberikan dukungan logistik ke bandara Kabul, dengan Taliban menjaga keamanan bandara.

Penjangkauan Taliban ke Turki dianggap sebagai upaya untuk menghentikan agar rezim baru Taliban tidak terisolasi oleh komunitas internasional dan justru disetujui. Memiliki kendali atas bandara dapat membuka hubungan ekonomi dengan Taliban untuk Turki serta memungkinkan barang-barang murah Turki membanjiri pasar Afghanistan, sambil memberikan peluang bagi perusahaan konstruksi Turki yang bersekutu dengan Partai AKP untuk membangun kembali negara yang dilanda perang. Mengontrol bandara memungkinkan Turki untuk mengatur bantuan yang masuk dan keluar dari Afghanistan. Hal itu juga dapat memberikan titik pengaruh agar Turki kembali ke dipandang secara positif oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Hubungan antara AS dan Turki telah memburuk sejak upaya kudeta 15 Juli 2016, akuisisi rudal S-400 Rusia oleh Turki, dan kasus Bank Halkbank di pengadilan AS. Menjadi anggota NATO terakhir di Afghanistan serta titik kunci komunikasi antara Taliban dan Barat dapat memberi Turki peran mediasi regional yang telah lama dicita-citakan. Namun, itu mungkin berarti Turki adalah satu-satunya anggota NATO yang mengakui rezim Taliban.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/anal...an-afghanistan