Warganet baru-baru ini diramaikan dengan video para santri yang menutup telinga saat tengah mengantre vaksin. Mirisnya, banyak yang mengkritik hingga mengejek para santri tersebut. Terlebih, jenis intoleransi itu juga disuarakan oleh mereka-mereka yang mengaku toleran.

Dalam video viral yang tersebar luas di sosial media, terlihat sekelompok anak yang disebut-sebut sebagai santri menutup kuping mereka saat tengah antre vaksinasi COVID-19. Orang yang merekam yang diduga guru mereka, menerangkan bahwa para santri menutup kuping mereka agar tidak mendengar musik yang disetel di lokasi tersebut. Meski sampai artikel ini ditulis, belum ada keterangan mengenai kapan dan di mana lokasinya.

Ironisnya, video tersebut mengundang kritik dan ejekan dari sejumlah pihak, termasuk mereka yang mengaku paling toleran.

"Sementara itu… Kasian, dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There's nothing wrong to have a bit of fun!!" tulis Diaz Hendropriyono dalam keterangan di video yang diunggahnya

Deddy Corbuzier pun ikut buka suara dan menulis di kolom komentar video tersebut. Ia antara ‘berusaha positif’ atau menyindir para santri yang menutup telinga.

"Mungkin mereka lagi pakai airpod... Terganggu… Ye kaaaan," tulis Deddy Corburzier.

Deddy pun banjir kritik dari warganet yang menganggapnya tidak menghargai para penghafal ayat suci Alquran.

Akun David Wijaya juga mempertanyakan para santri yang menutup telinga mereka.

"Ada yang tahu ini dari santri mana? Lebay banget sampai menutup kuping. Indoktrinasi mengharamkan musik ini enggak beda jauh dengan Taliban, ISIS, Al Qaeda, dan wahabi takfiri," tulisnya.

Apa Salahnya?
Melihat para penghafal Alquran yang dikritik lantaran menutup telinga dan enggan mendengarkan musik, sejumlah tokoh pun buka suara membela mereka.

Salah satunya adalah Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, yang menyebut bahwa seharusnya jika ingin berdemokrasi harus terbiasa dengan perbedaan.

"Jadi jangan main mengolok-olok, menurut saya, itu pendapat orang kan bebas ya. Mau pendapat apa pun boleh, mau mengharamkan, mau tidak itu kan urusan pribadi masing-masing, keyakinan masing-masing yang harus kita hormati. Di dunia ini variasi orang sangat bermacam-macam, jangan saling mengolok-olok," tuturnya, dikutip Republika.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/opin...elinga-toleran