Dengan China sebagai penghasil karbon terbesar di dunia, rumah bagi 1,4 miliar orang dan ekonomi yang masih berkembang, strategi negara untuk mengurangi emisi dapat menjadi faktor penentu, apakah negara dapat mencegah kerusakan permanen dan bencana di Bumi.​

Selasa (21/9) lalu, Presiden China Xi Jinping menyampaikan komitmen iklim baru dalam pidato di Majelis Umum PBB. Ia berjanji tak akan membangun proyek pembangkit listrik batu bara di luar China. Ia juga mengatakan, China akan meningkatkan dukungan keuangan untuk proyek energi hijau dan rendah karbon di negara-negara berkembang.

David Sandalow, rekan senior di pusat energi global Universitas Columbia mengatakan kepada The Washington Post, "menutup keran itu penting" sebab sikap China akan mengirim "sinyal kuat kepada pengembang listrik di seluruh dunia bahwa setiap pembangkit listrik tenaga batu bara baru akan menghadapi tantangan yang signifikan di tahun-tahun mendatang,”

Dengan China sebagai penghasil karbon terbesar di dunia, rumah bagi 1,4 miliar orang dan ekonomi yang masih berkembang, strategi negara untuk mengurangi emisi dapat menjadi faktor terpenting dalam menentukan apakah negara dapat mencegah kerusakan permanen dan bencana di Bumi.

Sementara itu, sejumlah lembaga masyarakat sipil yang tergabung dalam Gerakan #BersihkanIndonesia menyambut baik dan mengapresiasi komitmen Presiden Xi Jinping. Dengan catatan, komitmen ini perlu diamati secara kritis untuk memastikan bagaimana janji ini efektif dilakukan terhadap proyek yang sedang dijalankan di luar negaranya yakni salah satunya di Indonesia.

“Investasi China di Indonesia dalam industri batu bara telah berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca di Indonesia, polusi udara, dan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat. Kami berharap pemerintah Indonesia melalui bank sentral dan bank-bank milik negara segera mengikuti dan membuat pengumuman serupa,” tutur Sisilia Nurmala Dewi, Indonesia Team Leader 350.org.

China sendiri diketahui banyak terlibat dalam berbagai proyek pembangunan PLTU di Indonesia.

Sekitar 71% dari daftar pembangkit listrik energi kotor batubara saat ini didukung oleh China. Setidaknya ada lebih dari 30 PLTU dengan total kapasitas lebih dari 10 GW baik dalam fase pendanaan, prakonstruksi, atau baru saja masuk dalam tahapan awal pembangunan.

Di sektor energi Indonesia, dalam kurun waktu 2000-2019, China telah menggelontorkan dana investasi sebesar US$9,6 miliar dan sebanyak US$9,3 miliar hanya untuk pembangkit listrik energi batu bara.

“China adalah pihak yang paling berpengaruh terhadap pembangunan PLTU batubara di Indonesia. Jika China betul-betul serius atas komitmen penghentian pembangunan PLTU untuk mencegah laju krisis iklim, mereka harus segera memulai langkah nyata dengan menarik keterlibatan mereka di proyek-proyek pembangunan PLTU di Indonesia secara menyeluruh,” ujar Andri Prasetiyo, peneliti Trend Asia.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/news...iginal-polling