Kesepakatan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS), di mana Inggris dan AS memasok teknologi kapal selam bertenaga nuklir dan drone bawah laut ke Australia, telah mengguncang hubungan internasional. Inisiatif itu juga akan secara fundamental mengubah dinamika strategis di Laut China Selatan, karena tujuan utama dari kapal selam nuklir itu adalah mencegah China mengendalikan wilayah bergejolak itu,

Laut China Selatan adalah salah satu tempat paling berbahaya di Planet Bumi dalam hal potensi perang antara negara-negara kekuatan besar, menurut opini Mark Valencia di Asia Times.

Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley menjelaskan bahwa jaminan kontroversialnya ke China selama pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump diperlukan, karena China takut AS akan menyerangnya di sana dengan kedok latihan militer armada kapal perang (carrier strike groups/CSG).

Membela keputusan AUKUS, Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton menyebutkan bahwa maksud dari pengaturan itu adalah “mengembangkan kemampuan Australia untuk melindungi wilayah serta teman-teman di kawasan”.

Namun, mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd bertanya apakah perjanjian itu berarti bahwa kapal selam itu akan “dapat dioperasikan dengan Amerika di Selat Taiwan, Laut China Selatan, atau bahkan Laut **** Timur dalam sengketa teritorial yang belum terselesaikan antara China dengan negara-negara tetangganya? Jika demikian, ini memang berisiko mengarah ke pra-komitmen untuk aktif melawan China dalam perang masa depan”.

Begitu aktif ditugaskan, kapal selam bertenaga nuklir akan memungkinkan Australia untuk berpatroli di Laut China Selatan secara siluman maupun mendeteksi, melacak, serta jika perlu menargetkan kapal selam bertenaga nuklir dan bersenjata nuklir China yang berbasis di Yulin, Hainan. Barat menyebut semua ini “pencegahan”, sementara China melihatnya sebagai “ancaman” nyata.

Kemungkinan Australia akan menggunakan kapal selam bertenaga nuklir untuk berpatroli di Laut China Selatan sangatlah mengancam China karena salah satu kelemahan militernya adalah perang anti-kapal selam, menurut argumen Mark Valencia di Asia Times. Seperti yang dikatakan mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Matt Pottinger, “Kemampuan perang bawah laut telah menjadi kelemahan China.”

Bagi China, Laut China Selatan adalah “perisai alami untuk keamanan nasionalnya”. Perairan itu menjadi tuan rumah jalur komunikasi laut vital China yang diyakini AS dapat dan akan menimbulkan gangguan dalam konflik.

Namun yang lebih penting, wilayah laut itu menyediakan “tempat perlindungan” relatif untuk kapal selam nuklir serangan kedua yang merupakan jaminan terhadap serangan pertama terhadapnya, yang tidak disangkal AS, yang berbeda dari China.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/opin...-china-selatan