Mengingat fasilitas kesehatan di Indonesia yang masih jomplang serta vaksin yang masih bergantung pada negara lain, tampaknya perjalanan Indonesia melawan COVID-19 masih panjang.

Hendro Utomo (53) biasa mendengarkan nama orang-orang yang meninggal dunia sehari sebelumnya lewat pengeras suara masjid setempat.

“Lima hingga delapan tewas setiap hari, di lingkungan saya saja,” tutur Hendro, yang mengelola bank makanan Dapur Pangan Food of Indonesia (FOI). “Setiap beberapa menit kami mendengar ambulans, sirene, dan seseorang sekarat.”

Pada Juli 2021, ibu kota Indonesia, Jakarta menjadi episentrum pandemi COVID-19 di Asia Tenggara. Berbagai rumah sakit kehabisan tempat tidur atau tabung oksigen untuk menjaga para pasien tetap hidup. Korban meninggal COVID-19 di ibu kota terlantar di rumah masing-masing selama isolasi mandiri karena tidak ada fasilitas medis yang memadai untuk merawat mereka.

Dokter instalasi darurat seperti Debryna Dewi (29) harus secara teratur memutuskan pasien mana yang akan dirawat di rumah sakit dan mana yang dipulangkan.

“Itu bukan sesuatu yang seharusnya terjadi. Ini bukan daerah yang terkena gempa atau tsunami, tetapi rumah sakit di ibu kota.”

Pertengahan Agustus 2021, hampir setengah dari populasi kota yang berpenduduk sepuluh juta jiwa telah tertular virus dan setidaknya 5.200 orang meninggal karena COVID-19. Ketika jumlah kasus mulai melandai, pemerintah mengumumkan pada 23 Agustus akan melonggarkan pembatasan di wilayah Jakarta dengan membuka kembali rumah makan, mal, dan tempat ibadah.

Pada pertengahan September, jumlah kasus dan korban COVID-19 di Indonesia menurun, menurut data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan dorongan ambisius untuk memvaksinasi masyarakat Indonesia dan membawa bangsa ini menjadi negara endemik yang dapat hidup berdampingan dengan virus.

Pulau Bali dapat dibuka untuk orang asing pada Oktober, ujar Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang juga bertanggung jawab atas tanggapan pandemi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Bahkan ketika Indonesia menargetkan tujuan-tujuan tersebut, negara ini masih dilanda sejumlah masalah inti yang sama yang membuat ibu kota begitu rentan selama krisis tengah tahun. Melalui percakapan dengan para dokter lokal, ahli epidemiologi, dan analis data, Matthew Loh dalam analisisnya di Insider mengidentifikasi tiga faktor berupa pelaporan data yang buruk, kesenjangan akses medis, dan kurangnya akses vaksin.

DKI Jakarta sekarang membanggakan tingkat vaksinasi yang tinggi, tetapi ketiga masalah tersebut terus mengemuka di seluruh Indonesia, menurut analisis Matthew Loh di Insider.

Sekitar 23 persen dari populasi negara telah divaksinasi, tetapi sebagian besar vaksinasi tersebut terjadi di ibu kota, dengan jumlah vaksinasi hanya mencapai satu digit di banyak provinsi terluar. Para analis data khususnya mendesak agar lebih berhati-hati. Mereka khawatir Indonesia tidak mengumpulkan atau menerbitkan cukup data pandemi untuk mengetahui apakah negara ini siap untuk melakukan relaksasi.

Kepulauan Indonesia terdiri dari lima pulau utama dan enam ribu pulau kecil yang berpenghuni. Sekitar 270 juta penduduk tersebar di 34 provinsi. Respons pandemi COVID-19 setiap provinsi diawasi oleh gubernur dan kepala daerah setempat, mirip dengan pemerintah negara bagian di negara federal Amerika Serikat.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/anal...d-19-indonesia