Awas Ledakan COVID-19, Izin Konser Keputusan Prematur
Kemungkinan akan ada ledakan kasus COVID-19 yang tidak dapat dikendalikan dalam beberapa pekan ke depan dengan melihat kondisi rumah sakit apakah overload atau tidak.
Meski situasi pandemi COVID-19 di Indonesia masih belum selesai, namun pemerintah baru-baru ini melalui Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate menyatakan bahwa pihaknya sudah memberikan izin untuk diadakannya penyelenggaraan kegiatan seperti konser musik, festival, konferensi maupun resepsi pernikahan atau pesta berskala besar.
Menanggapi wacana tersebut, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko membeberkan prediksinya mengenai puncak gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia yang berpotensi terjadi lebih cepat karena diberikannya izin aktivitas berskala besar kepada masyarakat.
Sebelumnya Epidemolog UI ini memprediksi puncak kasus ketiga COVID-19 berpotensi terjadi pada awal tahun 2022 imbas libur natal dan tahun baru. Tetapi, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pelonggaran aktivitas, puncak kasus diprediksi akan lebih cepat di bulan November-Desember ini.
"Menurut saya puncak kasus bakal lebih cepat, mungkin 1-2 bulan ke depan ini karena pelonggarannya semakin banyak," ujar Yunis kepada CNN Indonesia.
Yunis turut menyinggung adanya kemungkinan ledakan kasus COVID-19 yang tidak dapat dikendalikan dalam beberapa pekan ke depan dengan melihat kondisi rumah sakit apakah overload atau tidak.
Ia menilai, pelacakan (tracing) kontak erat yang rendah akan berimbas pada lonjakan pasien COVID-19 di rumah sakit, terdapat kemungkinan lonjakan kasus kematian akan lebih dulu terlihat dibandingkan lonjakan kasus positif.
"Menurut saya lonjakan kasusnya tidak akan termonitor. Tiba-tiba tinggi aja, Oktober ini juga bakal tidak termonitor, nanti kalau kasus sudah tinggi baru diperhatikan," ujar Yunis pada media yang sama.
Ia juga menyoroti tes COVID-19 yang hanya mengandalkan tes antigen dibandingkan tes PCR yang lebih akurat.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 Minggu (26/9) yang didapatkan CNN, dari total 148.743 orang diperiksa. 111.356 orang diantaranya diperiksa menggunakan antigen, 37.308 orang dengan PCR, serta 79 orang dengan TCM.
Sebab, saat ini orang-orang yang melakukan tes antigen lebih banyak dilakukan oleh mereka yang akan melakukan perjalanan keluar kota. Kondisi inilah yang ditakutkan dapat menurunkan probabilitas penemuan kasus COVID-19.
Jika testing benar-benar dilakukan pada orang yang mengalami kontak erat, maka kemungkinan ditemukan kasus positif akan lebih banyak dibandingkan testing dilakukan pada pelaku perjalanan, tulis CNN.
"Tes seakan-akan banyak, tapi sebenarnya miss, probabilitasnya kecil karena yang dites bukan kontak erat, tapi pelaku perjalanan," ucapnya.
Di tempat terpisah, Sufmi Dasco Ahmad Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta agar pemerintah dapat mengkaji mendalam sebelum memberikan izin penyelenggaraan acara berskala besar seperti konser musik, dilansir Suarasurabaya.net.
Share This Thread